All Chapters of Kaisar Dewa Regera: Chapter 61 - Chapter 70
136 Chapters
60. Obelia Terpojokkan!
Kota Ngarai hitamBagian bawah ngarai yang selalu ramai tiba-tiba mereka terdiam, menoleh ke arah yang sama dan menyingkir, memberikan jalan kepada dua pria yang lewat. Pria berpundak besar dengan dengan pria kekar berjubah putih berpola emas. Bukankah itu tuan Gobar? Bukannya dia ditangkap oleh pasukan kerucut?! Lihatlah pria disampingnya! Jubahnya seperti yang dipakai pasukan kerucut! Keduanya tidak menanggapi celotehan para warga dan tetap berjalan dengan santai, hingga akhirnya Gobar melotot saat melihat penjaga di depan pintu masuk geng Ketu Merah. Penjaga yang melihat keberadaanya langsung terbelalak dan membungkuk. Namun, Gobar langsung melesat dan meraih lehernya, pria penjaga dibenturkan di dinding ngarai dengan tubuh terangkat. "Kalian berhianat?!" "Bukan tuan!" jawab sang penjaga dengan wajah memerah. "Omong kosong! Kau menjaga tempat Ketu Merah mau alasan apa lagi?!" "Bukan tuan Arrak yang merekrut kami!"
Read more
61. Tujuan Baram?!
Obelia terbentur ke dinding dengan tangan Baram yang mencekiknya. "Mau pergi ke mana gadis manis?!" "Pergilah!" Obelia berteriak tertahan sambil melotot tajam ke arah gadis lain. Mereka cukup ragu dan saling menoleh, tapi Obelia kembali berteriak. "Cepat!"Mereka serentak melesat dengan cepat, bukan kabur, tapi menghantam pria kekar. "Bodoh!" Jleng!... Mereka langsung tersungkur di lantai, membuat lantai hancur dan tubuh mereka terbenam. Walaupun berusaha bangkit sekuat tenaga, tapi tekanan intimidasinya jauh lebih kuat. Pria berjaket hitam dengan tudung kepala menutupi wajahnya muncul di belakang pria kekar dan menepuk pundaknya. Plak!... "Bisakah lebih lembut pada para wanita cantik?""Tuan?" Obelia langsung terlepas, terbelalak dan mendongakkan kepalanya dengan posisi jongkok. Sedangkan Baram terkekeh dengan senyuman lebar di bibirnya. "Akhirnya kau muncul juga empu!" Tangan Empu di pundak Baram terangkat dan men
Read more
62. Akhir Regera?!
"Sialan! Kau yang memulai semua masalah ini!" teriak Baram yang kini tubuhnya sudah tenggelam dalam pekatnya energi gelap, bahkan jiwa-jiwa ganas sudah mulai keluar dari tubuhnya. Akara masih berdiri tenang, bahkan jiwa-jiwa yang ingin masuk tubuhnya tidak berdampak apa-apa. "Itu karena anakmu yang tidak tau diri, sudah aku selamatkan malah ingin membunuhku dan mengincar Lina!" ucap Akara dengan geram, lalu kembali berkata dengan tenang tapi serius. "Sayangnya kau sudah memperluas masalah, hanya kematian yang menunggumu!" Api hitam berkobar menyelimuti tubuhnya, tapi tiba-tiba padam, disusul Baram yang tubuhnya diselimuti luapan energi hitam melesat di depannya. Crak!... Golok menebas tubuh Akara, pemuda itu sempat melompat ke belakang hingga hanya ujung golok yang mengenainya. Namun, malah membuat jaketnya terpotong dan terlihat luka dari depan pundak, dada dan perut atasnya. Pemuda itu langsung menelan dua butir pil dan mengalirkan
Read more
63. Kritis
Sebuah titik cahaya muncul, menyerap pekatnya energi kutukan yang memenuhi formasi. Udara menjadi bersih dan terang, hingga nampaklah pemuda bertudung kepala yang telah terbaring di tanah, lalu pria kekar berselimut energi hitam di ujung formasi. Jleng!... Ledakan yang sangat hebat terjadi, seketika menghancurkan formasi dan seluruh pilarnya. Terus meluas menggerus tanah, bahkan retakan kehampaan yang sudah pulih seketika hancur kembali. Cahaya sangat terang memenuhi seluruh tempat, bahkan menyilaukan seluruh orang. Jleng!... Gelombang energi menghancurkan seluruh tebing di liar kubah pelindung. Puing-puingnya yang langsung tersapu ke langit membuat semua orang terbelalak. Apa-apaan itu?! Apa semengerikan ini pertarungan ranah Jiwa Suci?!Jgleng!... Suara dentuman sangat keras baru terdengar, kecepatan suara lebih lambat dibandingkan gelombang energi yang dihasilkannya. Sangat memekikkan telinga, hingga membuat mereka berlutut dan menutup telin
Read more
64. Kegelisahan Viona
Alam bawah, di atas pohon Dewi Pengobatan. Gadis cantik berambut emas sedang memeriksa tanaman hebal yang ada di taman. Setiap langkahnya membuat pakaiannya yang lebih cocok disebut lingerie merumbai, memperlihatkan lekukan tubuh indahnya yang juga ikut berayun. Muncullah seorang gadis cantik berambut bob dan berpakaian maid yang langsung mendekatinya. "Nona Viona!" ucapnya lirih, tapi penuh ketegangan di wajahnya. Saat Viona menoleh, gadis maid segera mendekat dan berbisik kepadanya. "Komo menghilang, sudah kami telusuri di berbagai tempat tetap tidak menemukan keberadaannya."Matanya yang jernih dan begitu teduh jadi melebar, tapi tetap berusaha tenang dan berkata. "Tetap lakukan pencarian dan jangan sampai Lisa mengetahuinya!" "Baik nona!" Gadis itu langsung menunduk sebelum menghilang, meninggalkan hembusan angin yang menerpa tumbuhan di sekitarnya. Bukan angin kencang, tapi membuat tubuh Viona terhuyung. Untungnya muncul tanaman rambat yan
Read more
65. Rencana para Bawahannya
Pemuda bertanduk, Obelia, Arrak dan beberapa wanita malam pergi ke kota lain. Saat baru sampai dan kilauan energi belum sepenuhnya sirna dari altar teleportasi, mata mereka langsung melebar dan tanpa sadar memasang wajah kagum. Kota yang padat, dengan di kedua sisi di kejauhan ada deretan pilar putih raksasa yang melengkung. Bukan sembarang pilar, namun tulang rusuk dari makhluk raksasa. Tidak tau makhluk apa itu sebenarnya, tidak terlihat ujung tengkoraknya, bahkan tulang punggungnya berada di atas awan."Woah, tulang apa itu?" Pemuda itu tidak bisa menutupi kekagumannya. "Kota Leluhur Naga. Pengaruh Fraksi Cahaya Ilahi tidak mungkin ada di sini karena tempat ini adalah kota yang dihuni oleh para Draking," jelas Obelia. "Draking?" tanya Komo sambil menyapu pandangan ke sekelilingnya. "Seperti tuan muda Regera, evolusi dari para binatang sihir. Sebaiknya kita cari tempat terlebih dahulu," jelas Obelia dan mereka mulai turun dari altar teleportasi, tapi segera dicegat oleh seorang p
Read more
Arc Dewa Penempa (Spoiler!)
Arc Dewa PenempaTrailer secara garis besar dan terpotong-potong, alur cerita nanti tidak musti sama persis dengan ini. Hanya sebagai kerangka dan pedoman arah cerita mau ke mana.Aura ranah jiwanya telah hancur, hanya menyisakan aura naganya. Adlar menaruh penuh curiga kepada Akara, berusaha mengorek informasi dan memanfaatkannya. Di wilayah klan Vasto, Akara menghajar seorang pemuda klan Vasto yang ternyata kekasih dari seorang Zur Adlea (Keturunan ranah Dewa). Membuat Akara mendapatkan banyak masalah karena kelakuan gadis itu. Terlihat juga seorang Zurrark (Anak ranah Dewa) dari klan Sheva yang mendeteksi tubuh anaknya, seorang Zur yang Akara bunuh dalam perburuan sebelumnya. Saudari Adlea yang seperti kembarannya bernama Adlia, memiliki perasaan yang berbeda kepada Akara, ia terus mendekati Akara dengan rasa suka. Masalah merembet hingga nenek kedua gadis muncul, bersama beberapa Zurrark dari klan Vasto. Terjadilah pertandingan menempa melawan para Zur. Akara tidak bisa mengguna
Read more
66. Aura Ranah Hancur!
Sebuah ruangan yang terlihat seperti gua batu, duduklah pemuda di atas altar. Pemuda yang telah bertelanjang dada dengan bekas luka tebasan, dari pundak kanan hingga ke bawah dada kirinya. Ia menjulurkan satu tangannya, lalu menghentakkan jari-jarinya melebar. Muncullah api hitam yang menyelimuti tangannya, tapi segera menghilang saat ia mengibaskan tangannya pelan dan menyentuh bekas lukanya."Belum bisa hilang sepenuhnya, tapi untunglah apiku tidak terpengaruhi lagi," gumamnya. "Pria klan Vasto itu menyembuhkanmu, pasti ada sesuatu yang dia inginkan. Berhati-hatilah, aura ranahmu telah hancur, jika ada kesempatan langsung saja berteleport pulang." Serin masih tenang menasehatinya dan Akara berdiri sambil menjawab. "Baik mama!"Kilatan listrik merah tiba-tiba menyelimuti tubuhnya, dengan luapan energi yang tak terkendali. "Kenaikan aura naga?" Serin bertanya dengan ragu dan Akara segera mengangguk. Di atasnya muncul empat li
Read more
67. Penghianatan!
Magma menyelimuti dinding ruangan berbentuk kubah, seakan ada pembatas transparan hingga cairan panas itu tidak tumpah. Ruangan dengan sebuah ranjang, terlihat begitu terang karena magma merah yang terus bergejolak. Salah satu sisi magma bergerak, memberikan sebuah lorong kecil dan muncullah Adlar bersama Akara. "Ambillah!" Pria itu melemparkan lempengan kartu logam kepada Akara dan kembali berkata. "Kartu itu tidak hanya untuk masuk ke ruangan ini, tapi juga semua tempat di kota Laut Panas. Tidak ada yang bisa menyinggungmu jika menunjukkan kartu itu. Jika ingin lebih bersantai, pergilah ke atas." Ia menunjuk ke arah sebuah lubang tepat di atas kubah ruangan. "Baiklah!" jawab Akara sambil menyapu pandangan. Sedangkan Adlar mulai melangkah pergi, tapi segera terhenti dan berbalik sebelum berkata."Masih ada cincin seperti yang dimiliki wanita malam sebelumnya?"Tanpa basa-basi, Akara menjentikkan jarinya dan meluncurlah sebuah cincin yang langsu
Read more
68. Rencana Komo
Akara mengikuti Adlar, memasuki ruangan dengan altar batu yang sangat luas. Bukan sekedar ukiran batu, namun magma merah menyala mengalir di sela-selanya, membuatnya terlihat seperti lingkaran formasi yang menyala. Ia menyapu pedangan, melihat magma yang juga menyelimuti segala sisi dan akhirnya tertuju ke tengah altar, ada pancuran magma yang bertingkat seperti pagoda. "Jika tidak ada aura Alkemis, bagaimana cara kalian menempa?" Pria abu-abu bertubuh tinggi kurus mengibaskan tangannya, seketika pancuran magma berubah bentuk, menjadi sebuah tungku pembakaran. "Kami memanfaatkan altar. Aliran energi kita saat melakukan pembakaran akan ikut mengalir dengan magma. Aliran ini yang akan menjaga formasi tetap menyala," jawab Adlar sembari menunjuk magma yang mengalir di sekitarnya. "Oh?" Akara lalu berjalan ke samping dan menjulurkan tangannya. Ia merenggangkan jari-jarinya perlahan, namun bilah dimensi terbentuk sangat lebar. Altar rusak, membuat
Read more
PREV
1
...
56789
...
14
DMCA.com Protection Status