All Chapters of Legenda Pendekar Pedang Ganda: Chapter 71 - Chapter 80
119 Chapters
71. Topeng Iblis Lagi!
Yu Zhen menggeleng. "Tidak terluka, tapi mengapa lenganmu ini berdarah?" Qu Fei tidak kalah khawatir. "Zhen'er, ikut bibi ke ruang pengobatan. Lukamu ini harus segera diobati. Qu Fei menarik tangan Yu Zhen untuk dibawa ke ruang pengobatan. Akan tetapi, Yu Zhen menahannya dengan lembut.Yu Shu memberi isyarat kepada Yu Zhen agar segera mengikuti Qu Fei. "Aku tidak apa-apa, Paman, Bibi. Ini bukan darahku," jawab Yu Zhen sambil menyingsingkan sedikit lengan bajunya, memperlihatkan jika tidak ada luka apa pun di sana.Demi melihat tangan Yu Zhen baik-baik saja, Yu Shu dan Qu Fei merasa lega. "Baguslah kalau kamu tidak terluka. Tapi, jika itu bukan darahmu, lalu darah siapa?" Qu Fei merasa penasaran. "Dia." Yu Zhen menunjuk ke dalam kamar, tepatnya ke arah wanita yang ia baringkan di atas pembaringan. "Dia?" Qu Fei memerhatikan secara saksama sesosok tubuh seorang wanita yang terbaring di atas pembaringan bersampul kain biru tua. "Siapa gadis itu, Zhen'er?""Zhen'er juga tidak tahu,
Read more
72. Bintang Sedap Malam
"Kami juga sangat tidak menyangka kalau para manusia bertopeng itu tiba-tiba datang menyerang kami. Aku bahkan sampai terpisah dengan Shi Qin, adikku!" Saat mengisahkan ini, mata Shi Qian terasa panas dan ada genangan air mata di sana. Sepasang mata besar yang berkaca-kaca itu tampak sayu namun terlihat semakin cantik. Terlebih lagi ketika ia berkedip dan sebaris bulu mata panjang nan lentik berhasil menjatuhkan air sejernih kristal di sana.Shi Qian menangis saat teringat pada adiknya yang juga lari entah ke mana saat mereka dikejar oleh beberapa manusia bertopeng yang membantai siapa pun dengan kejam.Saat gadis itu terisak sembari memeluk lutut, maka orang lain pun tak bisa untuk tidak merasa bersedih. Qu Fei ikut menitikkan air mata dengan hati dipenuhi keprihatinan. Ia mengangkat tangannya, menyentuh bahu Shi Qian untuk menghibur nona ketiga dari Keluarga Shi. "Adik Qian, tenanglah. Kakak tahu kalau kejadian itu membuat semua orang merasa marah dan sedih. Kita hanya bisa berhar
Read more
73. Sampah Berlian
"Kita benar-benar sial!" Seorang pria berbadan kekar dengan wajah bengis sangat ingin menghancurkan Yu Ling. Wanita yang semula menemaninya ternyata ikut berlari mengejar bintang idola. "Setiap kali dia datang, maka kita sudah tidak dianggap lagi oleh wanita-wanita di sini! Aku sungguh ingin menghancurkan wajahnya supaya dia tidak bisa berlagak sok tampan lagi di mana pun!" "Benar. Mari kita beri pelajaran kepada anak itu! Karena kalau terus dibiarkan, maka dia akan selalu menjadi pengganggu kesenangan kita!" Orang lain memprovokasi, seperti sengaja memanaskan suasana."Tunggu apa lagi? Ayo kita hajar dia!" Pria kekar bangkit dari duduknya, mengepalkan kedua tinju besarnya dan melakukan peregangan otot dan persendiannya mengeluarkan bunyi 'krek' hingga beberapa kali.Keempat pria berbadan besar dengan gaya busana etnik atau pajangan adat suatu suku dari padang pasir itu pun langsung mendatangi kerumunan di mana Yu Ling sedang dikerubung, dirayu dan dipuja-puja oleh para wanita cantik
Read more
74. Merayu Yu Ling
"Cih, sampah berlian! Berlian apanya?" Seorang pengunjung berkumis tebal mencibir dengan sinis. "Dia hanya mengandalkan ketampanan dan kekayaannya semata untuk merayu wanita-wanita di sini.""Tapi setidaknya dia memiliki banyak uang dan rupa yang bagus. Itu masih lebih daripada orang lain yang tidak memiliki keduanya." Pengunjung lain menimpali.Pria berkumis tebal merasa tersinggung Ia sungguh ingin merobek mulut orang yang dianggap sedang membela Yu Ling. "Siapa orang lain yang kamu maksudkan itu, Du Meng?" "Siapa lagi memangnya? Tentu saja yang merasa." Orang yang dipanggil Du Meng menyahut dengan sikap acuh tak acuh."Kamu mengataiku?" "Menurutmu?" Du Meng melirik malas. Pria berkumis ingin menampar Du Meng yang sangat meremehkannya. Namun, suara bentakan keras seseorang terdengar bagai sambaran petir di siang hari bolong."Diam!" Pria berbadan besar yang menjadi pimpinan merasa kesal dengan keributan di sekitarny
Read more
75. Istri Simpanan
"Tuan Muda Yu!" Qu Ying merasa sangat kecewa atas ucapan Yu Ling. Bahkan pemuda itu sekarang sudah menempel dekat dengan Qi Mei. Hanya melihatnya saja, hati Qu Ying merasa sangat sakit. Sudah berapa kali ia mencoba untuk mendapatkan Yu Ling, tapi selalu berakhir dengan kegagalan."Kakak Mei, kami juga ingin sekali-kali menemani tuan muda ini," ujar seorang gadis berbaju biru sambil merengut."Benar, Kak Mei. Kau tidak pernah memberi kami kesempatan untuk sehari saja dengannya. Kakak egois sekali!""Sudah! Sana kalian pergi!" Qi Mei dengan sengaja mengusir para gadis penghibur."Kakak ini, huh!" Gadis-gadis itu pun segera pergi dengan menahan kekecewaan masing-masing."Tuan Muda Yu, Kakak Mei merasa tidak rela kalau ada yang menyentuhmu. Tapi, dia sendiri juga sudah melayani banyak pria setiap harinya," ujar salah seorang dari kelima gadis penghibur.Perkataan itu sukses membuat Yu Ling seperti tak menginginkan Qi Mei lagi."Tuan Muda tampanku, jangan dengarkan mereka yang sangat iri p
Read more
76. Mengantar Sup Obat
"Tapi meskipun aku ingin dan bersedia menjadi istri simpanan, aku tetap tidak bisa. Karena dengan bekerja sebagai wanita penghibur di Sedap Malam, itu adalah caraku untuk membalas kebaikan orang yang telah merawatku sejak kecil." Kepala Qi Mei tertunduk dengan perasaan sedihMenjadi wanita penghibur memang bukan murni keinginannya. Dia memang harus melayani para tamu di tempatnya bekerja saat ini. Namun, di dalam hati Qi Mei hanya ada Yu Ling yang ia cintai dengan tulus."Aku akan menebusmu." Yu Ling berkata tegas, meyakinkan."Menebusku?" Qi Mei terkejut. Namun dia tidak meragukan sedikit pun akan ucapan Yu Ling. Pemuda ini sangat kaya raya, mana mungkin tidak akan mampu menebus dirinya?"Benarkah, Tuan Muda?" Qi Mei sangat gembira. Dia bangkit dari jatuhnya dan kembali memeluk Yu Ling dari belakang.Perasaan keduanya melayang, menikmati keindahan mimpi musim semi yang akan mereka lalui kelak. Pada saat keduanya begitu bahagia, baik Qi Mei ataupun Yu Ling, mereka berdua menjadi sang
Read more
77. Terpesona
Ucapan Yu Ling terputus saat gadis berambut panjang itu membalikkan tubuhnya dengan gerakan anggun. Meski ada kain perban di kepalanya, tetapi gadis itu terlihat sangat memesona. Keindahan ini layak disebut sebagai keindahan tak terperi yang sepertinya sanggup membius perasaan Yu Ling.Mereka saling beradu mata dalam waktu yang cukup lama. Baik Shi Qian atau Yu Ling sama-sama terpesona oleh rupa orang di hadapannya.Dalam hati Yu Ling berteriak, "Ya Dewaaaa! Alangkah cantiknyaa!""Tampan sekali pemuda ini!" bisik Shi Qian dalam hati dan merasa dadanya berdebaran.Keduanya sama-sama terpukau, hingga suasana menjadi sangat hening. Yu Ling masih tertegun, menatap gadis berbaju biru muda dengan mata tak berkedip, sedangkan Shi Qian langsung menundukkan wajahnya yang telah memerah.Getaran lembut dan hangat menjalari setiap pembuluh darah mereka, hingga jantung mereka terasa berdetak lebih cepat dari biasanya."Silakan, Nona!" Yu Ling
Read more
78. Iri Hati
"Dia ... dia calon istriku," ucap Yu Ling dengan wajah bersemu merah, sementara Shi Qian juga tersenyum karena malu."Calon istri?" Qi mei merasa tak terima. Kecemburuan langsung berkobar di dadanya. "Bukankah Tuan Muda mengatakan, kalau Anda tidak menyukainya?" Saat menanyakan hal ini, wajah wanita itu sebentar memerah, sebentar pucat seiring dengan pergolakan kecemburuan, iri dan takut kehilanga. Dadanya terasa panas dan membuat air mata Qi Mei jatuh tanpa terasa akibat perasaan hati yang sudah hancur lebur."Minggir! Apakah kau ingin mati hari ini juga?" Sebuah suara bentakan dari belakang kuda Yu Ling membuat Qi Mei melompat ke pinggiran jalan dengan wajah sangat ketakutan.Yu Zhen muncul dengan memegang sebuah cambuk kuda. Mata elang miliknya yang tajam bagai pedang Batu Bintang Merah menatap Qi Mei penuh kebencian."Tuan Muda Kedua, maaf!" Qi Mei tak berani menatap Yu Zhen."Kak, jangan buang waktu lagi! Bukankah Kakak sud
Read more
79. Tekad Membalas Dendam
Gurun bunga equinox merah merupakan tempat kesukaan Qing Yuan. Qing Wei berjalan dengan langkah tegap dengan diikuti oleh Shen Ji yang tak henti-hentinya menyuarakan ungkapan kekagumannya. "Ladang bunga yang indah!" Rahang Shen Ji sampai terjatuh akibat terlampau kagum.Ke mana pun matanya memandang, ia hanya melihat bunga-bunga cantik berkelopak merah dengan batang-batang benang sarinya yang panjang. "Aku tidak menyangka, kalau di kedalaman hutan yang dikabarkan sangat menyeramkan, ternyata adalah suatu tempat yang indah laksana surga!" Qing Wei hanya tersenyum tipis sambil terus berjalan di depan Shen Ji dan membiarkan gadis berbadan gemuk itu terus mengoceh seperti burung murai. Qing Wei sedikit merasa sedikit pening dengan tingkah laku Shen Ji yang tidak menggambarkan lagi akan sosok gadis pemalu. Dari kejauhan, Qing Yuan tampak berdiri di tengah gurun bunga ekuinoks dengan sikap tenang. Sosoknya yang gagah, tinggi menjulang dengan tubuh pun terlihat memancarkan aura wibawa seo
Read more
80. Berlatih
Di hamparan lautan bunga semerah darah itulah, Qing Yuan mengajak Shen Ji untuk memulai latihan pertamanya. Lelaki muda calon pemimpin Sekte Lembah Kegelapan itu berdiri dengan gagah di atas pematang yang hanya selebar satu meter. Dari bibir tipis Qing Yuan terkembang senyum manis bak madu di musim bunga. Sepertinya, ia sedang merasa senang hati ini."Muridku, hari ini adalah latihan pertamamu. Tapi, shifu belum akan memberikan pelatihan yang terlalu berat padamu." Qing Yuan berucap sembari menatap gurun dengan ribuan bunga laba-laba merah.Shen Ji berdiri di belakang pria itu seraya menyatukan kedua tangan di depan perutnya. Dia ikut memerhatikan lautan bunga lambang kematian itu dengan sedikit tegang.Latihan pertama apakah yang akan diberikan oleh pria keras kepala ini padanya?"Lalu, apa yang harus aku lakukan, Shifu?" tanya Shen Ji sambil menatap punggung sang guru.Hari ini dia memakai hanfu berbahan kasar dan sangat tidak nyaman baginya. Baju itu pun dipinjam dari seorang wanit
Read more
PREV
1
...
678910
...
12
DMCA.com Protection Status