All Chapters of Gulai Ari-Ari Untuk Anakku : Chapter 21 - Chapter 30
71 Chapters
Membongkar Makam
Atika tampak modar-mandir didepan rumahnya. Pikiranya tidak karuan. "Apa aku harus melakukan itu?" Gumamnya dalam hati."Buk! belum tidur?" Mail, ternyata memperhatikannya sejak tadi."Belum. Kamu kok belum tidur?" "Mail nunggu ibuk. Tapi Mail kira ibu belum pulang. Ibu tidak ikut menguburkan orang meninggal?" Tanya Mail."Nggak. Ibu tadi nggak bisa lama-lama disana. Lagian cuaca sepertinya mau hujan. Kasian kamu sendirian dirumah," Jawab Atika berbohong. Padahal ia diusir dihina, dan diolok oleh ibu-ibu disana."Atika! Aku mau bicara sama kamu." Pekik Diwan, dari depan rumahnya.Mata atika membulat, melihat Diwan kerumahnya. Ia pasti ingin mempertanyakan soal Yuni. " Ada apa?" Jawab Atika datar."Kamu benar-benar keterlaluan ya. Gara-gara kelakuanmu Yuni masuk rumah sakit," Pekik Diwan. Raut wajahnya menampilkan kekecewaan."Kamu nyalahkan aku? apa kamu sudah tanya kepada istrimu siapa, yang mulai deluan." Atika menjawab, tanpa menoleh."Maksut kamu apa?" "Istrimu itu sudah menuduh
Read more
Gempar
Atika kebingungan. Antara bahagia juga. Karna melihat anak Karin masih hidup, dan berhasil ia selamatkan."Cup-cup! tenang ya nak. Ibu nggak akan menyakitimu." Lirihnya dipeluknya bayi itu, setalah ari-ari dipotongnya."Aku akan membawa bayi ini pulang. Aku akan merawat anakmu Karin." Ucapnya. Ia segera meletakkan bayi Karin Diatas tanah basah, dan segera menutup liang itu kembali. Namun tidak sama seperti smula, karna ia juga harus buru-buru membawa anak itu. Serta membawa ari-arinya juga."Sambil berjalan menggendong bayi. Dengan tubuh dipenuhi lumpur, dan darah Atika berjalan sembari menggigil kedinginan. " Sabar ya nak. Bentar lagi kita sampai rumah ibuk." Ia berharap bayi itu bisa sehat. Walaupun tidak tau apa, yang akan terjadi nanti.Sesampainya dirumah. Dilihatnya Mail masih sangat nyenyak tidur. Atika segera membersihkan dirinya dari kotoran-kototan sisa tadi. Tidak lupa ia juga membersihkan bayi Karin , dan diberinya penghangatan."Sebentar ya nak. Ibu masakkan nasi dulu. Bi
Read more
Kenyataan
"Kira-kira siapa ya, yang membongkar makamnya Karin, dan mengambil bayinya." Ucap Mirna. Mereka sedang membincangkan tentang mayat, dan pembongkaran makam Karin."Serem banget. Tau nggak perutnya mengaga, Usunya keluar. ngerih banget sumpah." Sahut Dini. Mereka semua adalah tetangga Karin. Atika yang sedang lewat dari depan mereka sedikit menguping. Untuk mencari tau informasi apa, yang sedang dibicarakan orang-orang."Bude, beli mi instan satu." Ucap Atika."Atika kemana suamimu? denger-denger sudah menikah lagi ya?" Tanya Mirna."Suamiku?" Atika canggung saat ditanya."Suaminya sudah menikah lagi. Karna dia selingkuh sama Diwan kata Yuni. Jadi suami mana, yang tahan kalau istrinya tukang selingkuh." Ketus Dini. Wanita, yang sedang hamil besar itu menertawakan Atika."Jaga ucapanmu Dini. Kamu sama kakakmu itu sama saja. Sama-sama tukang fitnah. Aku emang susah. Tapi aku nggak seperti yang kamu bayangkan." Bentak Atika.Ternyata fitnah itu sudah menyebar, dan itu semua Yuni sendiri,
Read more
Dia Harus Tau
"Anak siapa ini? kenapa ada, yang membuang bayi disini?" Wanita tua , yang bernama Marni itu tampak celingukan kesana kemari."Ada apa buk?" Tampak Sandi suami Karin juga keluar, karna mendengar tangisan bayi."Ini loh. Kok ada yang membuang bayi disini." Ucap Marni."Astaghfirullah. Anak siapa ini buk?" Sandi terheran. Diperhatikannya bayi itu, dengan sangat teliti. " Wajahnya mirip Karin buk. Ada tanda lahir besar semacam tompel di tanganya, Persis seperti Karin." Lirih Sandi."Anak Karin gimana? jelas-jelas Karin sudah meninggal, dan anaknya juga sudah dicuri orang. Kamu bilang anak Karin." Pekik Marni. Ia tidak yakin, dan baginya itu sangat mustahil."Tapi buk. Ini beneran mirip tanda lahirnya. Siapa tau saja memang ini jawaban dari Allah." Lirih Sandi. Ia sangat yakin dan batin seorang ayah juga sangat kuat."Ah, ibu nggak mau percaya hal mustahil. Pasti ini orang bunting diluar nikah, yang tega membuang anaknya.""Tapi Sandi yakin buk! firasat Sandi sangat kuat." Lirihnya lagi.
Read more
Menyelamatkan Satu Nyawa
"Kenapa kamu nggak segera mencari tumbal itu? apa kamu mau melarat terus-menerus.""Maaf Mbah! saya tidak tega melakukan itu. Tapi saya janji akan mencari gantinya." Atika sedikit ketakutan karna ternyata Mbah Rondo berubah wujud. Badanya, yang tadi utuh seketika kepalanya terlepas, dari badanya. Usus beserta organ dalamnya bergelantungan, dan itu sangat membuat Atika merasa ketakutan."Aaaaakh," buk! ibu kenapa?" Mail menguncang-guncangkan tubuh ibunya."Huhh," Atika membuang napas kasarnya. Dan ternyata ia mimpi lagi. " Ibu nggak apa-apa nak. Sudah jam berapa ini?" Tanya Atika."Sudah malam buk." Jawab Mail. Atika menijit-mijit kepalanya, pantas saja ia mimpi buruk. Ternyata ia ketiduran dari mulai sore tadi."Buang anak itu buang." Pekik warga, yang berbondong-bondong melewati rumah Atika. Atika dan Mail, yang mendengar suara keributan itu segera keluar rumah untuk melihatnya."Ada apa itu berisik-berisik?" Atika segera membuka pintu. Betapa terkejutnya saat melihat Sandi diarak sa
Read more
Kabar Gembira Untuk Mail
"Kenapa kamu nggak segera mencari tumbal itu? apa kamu mau melarat terus-menerus.""Maaf Mbah! saya tidak tega melakukan itu. Tapi saya janji akan mencari gantinya." Atika sedikit ketakutan karna ternyata Mbah Rondo berubah wujud. Badanya, yang tadi utuh seketika kepalanya terlepas, dari badanya. Usus beserta organ dalamnya bergelantungan, dan itu sangat membuat Atika merasa ketakutan."Aaaaakh," buk! ibu kenapa?" Mail menguncang-guncangkan tubuh ibunya."Huhh," Atika membuang napas kasarnya. Dan ternyata ia mimpi lagi. " Ibu nggak apa-apa nak. Sudah jam berapa ini?" Tanya Atika."Sudah malam buk." Jawab Mail. Atika menijit-mijit kepalanya, pantas saja ia mimpi buruk. Ternyata ia ketiduran dari mulai sore tadi."Buang anak itu buang." Pekik warga, yang berbondong-bondong melewati rumah Atika. Atika dan Mail, yang mendengar suara keributan itu segera keluar rumah untuk melihatnya."Ada apa itu berisik-berisik?" Atika segera membuka pintu. Betapa terkejutnya saat melihat Sandi diarak sa
Read more
Menagih Janji
"Kenapa kamu nggak segera mencari tumbal itu? apa kamu mau melarat terus-menerus.""Maaf Mbah! saya tidak tega melakukan itu. Tapi saya janji akan mencari gantinya." Atika sedikit ketakutan karna ternyata Mbah Rondo berubah wujud. Badanya, yang tadi utuh seketika kepalanya terlepas, dari badanya. Usus beserta organ dalamnya bergelantungan, dan itu sangat membuat Atika merasa ketakutan."Aaaaakh," buk! ibu kenapa?" Mail menguncang-guncangkan tubuh ibunya."Huhh," Atika membuang napas kasarnya. Dan ternyata ia mimpi lagi. " Ibu nggak apa-apa nak. Sudah jam berapa ini?" Tanya Atika."Sudah malam buk." Jawab Mail. Atika menijit-mijit kepalanya, pantas saja ia mimpi buruk. Ternyata ia ketiduran dari mulai sore tadi."Buang anak itu buang." Pekik warga, yang berbondong-bondong melewati rumah Atika. Atika dan Mail, yang mendengar suara keributan itu segera keluar rumah untuk melihatnya."Ada apa itu berisik-berisik?" Atika segera membuka pintu. Betapa terkejutnya saat melihat Sandi diarak sa
Read more
Kematian Dini
"Ternyata Dini belum juga lahiran. Lama bila harus menunggu dia, bisa-bisa Mbah Rondo ngamuk," Gumam Atika."Kalau begini lebih baik kita ajukan rujukan saja. Bahaya kalau nunggu lebih lama lagi," Ucap bidan muda, cantik itu."Nggak, saya nggak mau operasi. Saya takut," Pekik Dini."Gimana ini Mbah?" Tanya Bidan muda itu. Ia binggung, sedangkan pembukaan terus masih buka 5. "Lebih baik kamu operasi saja nduk. Semua demi kebaikan anakmu." Bujuk Mbah Karsem."Kok jadi Mbah, yang ngatur! kan, yang lahiran saya," Bentak Dini. Sembari menahan sakit."Gimana apa Dini sudah lahiran," Wanita paruh baya, yang gayanya elit datang menghampiri mereka. Siapa lagi kalau bukan Mamanya Dini, dan Yuni."Ini buk! Dininya nggak mau dioperasi. Sedangkan pembukaan masih terus 5. Tapi dia nggak sanggup menahan sakit. Kamu jadi binggung, kalau dia teriak-teriak terus." Jelas bidan muda, yang bernama Ranti itu."Ma! Dini nggak mau operasi Ma. Dini takut," Ucap Dini. Sembari menahan Isak tanggis nya."Kamu
Read more
Ancaman Itu Nyata
Suara oranng-orang membaca Yasin sudah terdengar. Semua orang sudah pada datang untuk melayat, kerumah Dini."Kamu dirumah saja ya nak. Ibu mau melayat dulu " Ucap Atika. Ia segera memakai kerudungnya."Ibu cantik sekali kalau tiap hari pakai gitu." Ucap Mail."Kamu bisa aja nak. Makasih ya! Udah bilang ibu cantik." Atika tersenyum, dan sedikit tersipu. Selama menikah, dengan Daut belum pernah dirinya dipuji seperti itu."Ningsih sudah Dateng belum ya! aku males disana kalau nggak ada kawan. Apalagi kalau ada Mirna. Untung juga Yuni nggak ada kalau ada pasti bakal diusir sekalian aku," Gumam Atika.Sesampainya disana Atika langsung duduk disebelah kanan pojok. Matanya tertuju kepada Diwan. Namun karna suasana sedang, lagi mendung-mendungnya Diwan sama sekali tidak begitu melirik Atika. Ia malah fokus untuk menenangkan Dela, ibu mertuanya."Kamu sudah lama?" Tanya Ningsih, yang baru saja datang."Baru aja kok. Oh iya nanti si Dini mau dimakamkan kemana?" Atika sedikit keceplosan."Kamu
Read more
Tumbal Pertama
"Sepertinya Mail sudah tidur. Aku harus segera menyanggupi persugihan itu. Aku nggak mau Mail, anakku menjadi korban atas keegoisanku," Gumam Atika.Atika segera pergi meninggalkan rumahnya, dan berjalan ditengah gelapnya jalan kearah pemakaman."Kira-kira ada yang berjaga nggak ya? apalagi kemarin udah ketauan kalau makam Karin aku bongkar. Ah, tapi aku nggak bisa menunda lagi. Aku harus nekat, dan harus tetap menjalankannya." Gumamnya.Setelah sampai tepat didepan makan Dini. Atika segera mencangkul tanah itu. Ia sudah membawa cangkul dari rumahnya sendiri. Ia juga sengaja hanya membawa senter mini agar cahayanya tidak begitu terang, dan tidak diketahui orang."Whusss!" Angin semilir lewat dari tengkuknya. Dan itu membuat bulukuduk Atika berdiri seketika. Dengan susah payah, dan dengan tenaga dalam Atika mencangkul tanah, yang begitu lembab. Karena Musim hujan."Sudah mati saja masih merepotkan. Kenapa kemarin kamu mati nggak ninggalin ari-ari bayimu." Gumam Atika."Ti!" Terdengar s
Read more
PREV
1234568
DMCA.com Protection Status