All Chapters of Suamiku Pewaris Kaya Raya: Chapter 91 - Chapter 100
261 Chapters
Bab 91 - Bastian Mempermasalahkan Surat Kontrak Kerja Sama
Akan tetapi, Aditama tidak menjawab perkataan sang ibu, malah menghempaskan punggung ke sandaran kursi dengan tatapan mata lurus ke depan seraya melipat tangan di depan dada. "Mama dulu saja yang kembali." ucap Aditama tanpa menoleh ke arah sang ibu pada akhirnya setelah terdiam sesaat. Dia kemudian menambahkan. "Aku belum siap kembali dan rasanya ... aku masih belum percaya saja mengenai kondisi ... papa itu." Mendengar jawaban Aditama, membuat Sophia menghela nafas berat dan memasang wajah tak berdaya diikuti Panji setelahnya. Aditama tidak percaya jika sang Ayah sedang sakit keras?Dan apakah itu artinya ... ia juga belum bisa memaafkan dan menerima sang Ayah kembali? Masih marah? Akhirnya, setelah beberapa saat terdiam, Sophia menatap putra satu-satunya itu dengan lembut. "Kalau itu keputusanmu ... mama hargai, Tam. Mama mengerti. Mama akan berikan kamu waktu untuk berpikir." ucap Sophia. "Tapi mama mohon kepadamu ... pikirkan lah hal tersebut secepatnya. Mama tidak ingin
Read more
Bab 92 - Membeli Mobil
Di kantor, Vania tak menyangka jika akan mendapat kejutan tak terduga dari teman-teman dan bawahannya. Kedatangannya disambut ucapan selamat dan buket bunga atas keberhasilan dirinya dalam membuat Hermanto Group bekerja sama dengan Gandara Group. Berita tersebut ternyata langsung menyebar cepat di telinga seluruh para karyawan perusahaan dan menjadi bahan gossip panas pagi itu. Hal tersebut membuat Vania mendadak menjadi seperti seorang selebriti saja. Mendapati hal itu, Vania merasa campur aduk menjadi satu—tak karu-karuan. Selain itu, teman-temannya juga menyambut dirinya dengan penuh haru dan suka cita karena ia telah kembali bekerja di Hermanto Group. Ternyata mereka menyayangkan dirinya yang dipecat dan mereka merasa kehilangan. "Kenapa Presdir tiba-tiba memecatmu, Van?" "Memangnya apa yang telah kamu lakukan? Apa kamu membuat kesalahan?" "Atau ... ada masalah yang terjadi?" "Dan ... kenapa kamu tidak meminta bantuan kepada kakekmu saja, Van?" "Kamu tahu,
Read more
Bab 93 - Dikira Gelandangan Jalanan!
Sang satpam menatap Aditama dan Vania dengan tajam. "Mau apa kalian berdua?!" tanyanya dengan kedua alis terangkat tinggi. Tidak ada senyuman di bibirnya dan sama sekali tidak ada kesan ramah pada sikap yang ditunjukan. Kemudian, ia berganti mengamati penampilan dua orang yang ada di depannya itu dari atas kepala hingga ujung kaki. Ia tiba-tiba mengerutkan kening dan dari tatapan matanya terpancar perasaan jijik ketika melihat penampilan Aditama yang ... mirip seperti gelandangan jalanan! Melihat hal itu, Aditama mendecakan lidahnya. "Memangnya ini tempat apa? Showroom mobil, 'kan?!" Aditama malah balik bertanya dengan nada dingin seraya memasukan kedua tangannya ke dalam saku celana. Balas menatap sang satpam tajam. "Jadi, sudah jelas, bukan? Jika kedatangan kami ke sini ... karena hendak membeli mobil?" Aditama mengangkat sebelah alisnya. Setelah mengatakan hal itu, Aditama menghela nafas berat, sikap satpam showroom ini menjengkelkan sekali. Pasti gara-gara penampilan dirinya
Read more
Bab 94 - Pelayanan Yang Buruk
Akhirnya, setelah terjadi adu mulut, sang satpam terpaksa mengizinkan Aditama dan Vania masuk ke dalam showroom. Tentu saja dengan perasaan jengkel bukan main.Akan tetapi, ia sudah menduga jika pasangan suami istri tersebut cuma membual saja dan tidak sungguh-sungguh akan membeli mobil di showroom ini dan pasti, tidak akan lama di dalam sana karena para karyawan showroom jelas tidak akan percaya dengan mereka berdua. Sesampainya di dalam showroom, Vania langsung takjub saat melihat mobil-mobil mewah dan mahal yang terpajang diikuti Aditama setelahnya.Pria itu refleks melakukan hal yang sama supaya sang istri tidak curiga padanya, menunjukan reaksi orang pertama kali mengunjungi showroom dan melihat mobil-mobil mewah. Padahal, ia sudah sering sekali mengunjungi showroom-showroom mobil mewah sebelumnya—bahkan ada yang lebih besar dari showroom yang sedang mereka kunjungi saat ini. Selagi mereka berdua tengah melihat-lihat mobil yang begitu memanjakan mata, sang satpam bergegas mend
Read more
Bab 95 - Sales Bernama Arin
Aditama dan Vania begitu geram dengan pelayanan yang buruk yang mereka berdua dapatkan dari para karyawan showroom.Tidak hanya itu, bahkan, sang manager dan sales girl bernama Evita itu menghina-hina, mengejek dan merendahkan mereka berdua.Lalu, tanpa mempedulikan apa pun lagi, Aditama dan Vania balik badan, kemudian melangkahkan kakinya hendak pergi dari sana. "Tunggu!" Tiba-tiba terdengar seruan seorang wanita yang membuat Aditama dan Vania menghentikan langkah. Sementara sang manager dan Evita kompak menoleh ke arah sumber suara.Ternyata sales girl lain bernama Arin yang baru saja memanggil Aditama dan Vania. Melihat hal itu, sang manager dan Evita pun kompak mengerutkan kening. Bertanya-tanya. Kenapa Arin menahan mereka berdua?Padahal, bagus jika Aditama dan Vania pergi. Akan tetapi, Arin tidak mempedulikan tatapan mata keheranan dari sang manager dan rekan kerjanya.Perhatiannya saat ini tengah tertuju kepada pasangan suami istri tersebut. Melihat Aditama dan Vania me
Read more
Bab 96 - Mulai Menunjukannya Kepada Vania
Arin tengah mengajak Aditama dan Vania berkeliling ruangan untuk melihat-lihat dan memilih mobil.Selagi berkeliling, sales girl tersebut menjelaskan spesifikasi dari beberapa mobil, harga dan lain sebagainya. Selain itu, ia juga menjawab pertanyaan dari Aditama dan Vania. Tidak ada kekesalan yang ditunjukan selama ia menjelaskan, senyum juga selalu terulas ketika ia berbicara. Melihat sikap Arin tersebut, membuat Aditama dan Vania senang bukan main. Mereka berdua pun akan memberikan bonus khusus untuk Arin karena sikapnya itu nanti.Hal tersebut mereka berdua lakukan karena sekalian untuk menampar sang manager dan Evita. Setelah berpikir, mempertimbangkan—agak lama—akhirnya, Vania menjatuhkan pilihan mobil BMW berwarna putih seharga 10 miliar yang ingin ia beli. Sementara Aditama hanya menurut dengan pilihan sang istri. Sebenarnya mobil-mobil yang dijual di showroom itu tidak menarik perhatiannya. Baginya, mobil-mobil itu tampak biasa saja. Pasalnya, di kediaman keluarganya,
Read more
Bab 97 - Pengguna Black Card
Arin terlihat sedang berjalan dengan langkah cepat dan bergegas, dengan ekspresi wajah panik, muka pucat pasi, serta tubuh gemetaran hebat ke arah sang manager, Evita dan pria yang sedang mereka berdua layani itu.Melihat kedatangan Arin yang seperti baru melihat hantu, membuat perhatian ketiga orang tersebut teralihkan.Tiba di hadapan mereka, Arin tidak langsung bicara, melainkan menghembus-hembuskan napas dengan berat lebih dulu untuk meredakan ngos-ngos san yang tengah ia rasakan.Pasalnya, keadaan dirinya benar-benar sangat kacau.Sang manager mengernyitkan dahi. "Ada apa denganmu, Rin?" tanya sang manager, kemudian mengamatinya."Kenapa ... kamu terlihat panik dan gugup begitu, Rin?" sambung Evita yang diikuti tatapan keheranan pria itu. Arin tidak langsung menjawab, kepanikan yang tengah melandanya belum sepenuhnya reda. Hal tersebut membuat ketiga orang itu jadi tambah semakin bingung.Selama sesaat, Arin mengigit bibirnya kuat-kuat. Ia juga bingung hendak memberitahu hal me
Read more
Bab 98 - Sudah Waktunya Memberitahu Identitas Dirinya Yang Sebenarnya Kepada Sang Istri
Sementara itu, setelah Arin pergi, Vania langsung menghadap sang suami dengan perasaan tak karu-karuan."Tama ... jelaskan kepadaku sekarang juga ... kenapa kamu bisa memiliki black card?!" tanya Vania dengan suara meninggi dan wajah mengeras.Mendadak, Vania merasakan kepalanya begitu berat, pandangannya berkunang-kunang setelah sang suami mengeluarkan black card dari dalam dompetnya.Sontak, tanah di bawah kaki Vania seakan hancur. Dia terasa ingin jatuh.Ia tahu banyak tentang black card.Black card adalah kartu hitam super eksklusif keluaran american express, sebuah bank Amerika legendaris. Black card dapat memberikan previliege mustahil bagi para penggunanya. Bukan hanya kartu terbatas saja, kartu kredit itu juga akan membuat para penggunanya mendapatkan prioritas nomor satu di mana saja. Selain itu, tidak semua miliarder berkesempatan menjadi pengguna black card. American Express selaku provider melakukan penilaian sendiri terhadap orang-orang yang berhak menerima black card.
Read more
Bab 99 - Kedatangan Presdir Showroom
Evita langsung gelagapan. Tapi, ia buru-buru menguasai diri."Sekarang banyak sekali kartu seperti itu yang dijual di marketplace ... saya pernah melihatnya ... stiker dan logonya itu hanya tempelan ... sehingga bisa mirip dengan yang aslinya!" ucap Evita. Kemudian, ia beralih menatap Aditama. "Pasti ... Anda membeli black card itu di marketplace, 'kan?! Ngaku Anda!" Mendengar hal itu, sudut bibir Aditama malah terangkat dan membentuk senyuman penuh arti. Kemudian, ia malah tersenyum miring. Hal tersebut membuat Evita mengerjap, kemudian malah terlihat ragu dengan apa yang baru saja diucapkannya. Sementara Vania mengernyitkan dahi, mencerna perkataan Evita.Benar kah? Jika black card milik Aditama itu ... palsu? Akan tetapi, Vania menggelengkan kepalanya. Tidak mungkin black card itu palsu. Ia mengetahui banyak hal tentang black card. Termasuk ciri-ciri yang membedakan, mana black card asli dan palsu.Dan ... milik sang suami ... asli! Mendadak, Vania merasa geram dengan Evita
Read more
Bab 100 - Langsung Mendapatkan Balasanya
Plak! Plak! Plak! Sang presdir melayangkan tamparan keras di pipi manager, satpam dan Evita bergantian. "Saya kan sudah pernah bilang sebelumnya kepada kalian ... apa perlu saya mengatakan hal itu berkali-kali?!" bentak sang presdir dengan emosi menggebu.Kemudian, ia menggeleng-gelengkan kepalanya. "Seharusnya hal seperti ini tidak terjadi! Kalian ... telah merusak nama baik showroom karena ulah kalian yang tidak becus ini dalam bekerja!" "Lihat ... tuan ini yang berpenampilan seadanya dan hanya mengenakan sandal jepit ... yang kalian sangka tidak punya uang dan tidak bisa membeli mobil di sini ... tapi ... ternyata beliau adalah pemegang black card!" Kata sang presdir lagi dengan kemarahan membara selagi menunjuk-nunjuk Aditama yang seketika membungkam mereka bertiga dalam tundukan kepala. Sang presdir lanjut berkata. "Asal kalian tahu saja ... bahkan tuan dan nyonya ini bisa membeli gedung showroom ini sekalian dan harga diri kalian pun bisa dibeli dengan sangat mudah oleh m
Read more
PREV
1
...
89101112
...
27
DMCA.com Protection Status