All Chapters of Suamiku Pewaris Kaya Raya: Chapter 111 - Chapter 120
261 Chapters
Bab 111 - Mario
Malam ini, di dalam mau pun luar rumah milik Hermanto telah disulap menjadi tempat pesta. Sejak pukul tujuh, para tamu undangan mulai datang satu persatu dan memenuhi tempat pesta. Tamu undangan yang hadir adalah kerabat, kenalan dan rekan bisnis dari anggota keluarga Hermanto.Dalam sekejab, tempat pesta itu telah ramai oleh obrolan—yang diselingi dengan canda dan tawa. Para pelayan hilir mudik membawa nampan berisi gelas minuman. Meja-meja tersusun rapi dengan menu spesial yang terhidang di atasnya.Sementara para anggota keluarga Hermanto terlihat tengah berkumpul untuk menyambut tamu undangan yang datang. Aditama dan Vania akhirnya tiba di sana.Mereka berdua langsung disambut senyum lebar dan wajah berbinar-binar dari kepala keluarga Hermanto.Tentu saja sambutan seperti itu baru Aditama terima selama ia menjadi menantu di keluarga Hermanto. Di sisi lain, ia menjadi penasaran dengan sikap Hermanto dan Stephanie ke depannya.Apakah mereka akan bersikap baik kepadanya? "I
Read more
Bab 112 - Pembelaan Kakek Hermanto
Melihat hal itu, Bella seketika gelagapan. Bertanya-tanya. Apa yang akan dilakukan Mario kepada Aditama? Yang jelas, pasti dia akan membuat masalah! "Mario! Mau ke mana kamu! Jangan mencari mas—" Tapi, Bella mendadak menghentikan kalimatnya. Ia lalu memasang wajah tak berdaya seraya menghembuskan napas berat, hanya bisa pasrah. Percuma saja ia menahan Mario, sang adik tidak menghentikan langkahnya sama sekali, sepertinya dia sengaja, pura-pura tidak mendengar. Alhasil, ia pun memilih membiarkan Mario. Sementara Bastian dan Susan tidak terlalu fokus memperhatikan apa yang terjadi pada kedua anaknya karena tiba-tiba ada teman mereka yang datang menghampiri dan mengajak ngobrol. "Berani sekali kau menampakan diri di acara keluarga Hermanto?" ucap Mario sambil tersenyum sinis begitu sudah berada di samping Aditama. Mendengar itu, Aditama menoleh—menatap Mario untuk beberapa saat. Tiba-tiba ekspresi wajah Aditama menjadi buruk. Belum sempat Aditama menimpali, Mario sudah bic
Read more
Bab 113 - Masalah Kalung Tiffany & Co
Vania menoleh—menatap Aditama yang juga tengah menatapnya dengan senyuman tipis menghiasi bibirnya. Selama sesaat, Vania menatap sang suami dengan melakukan hal yang sama—tersenyum tipis—sebelum kemudian kembali menatap Susan dan Bella. "Suamiku yang membelikan kalung Tiffany & Co ini untukku." Jawab Vania setelah terdiam sebentar. Seketika Susan dan Bella kompak terbelalak diikuti oleh semua orang. Lalu, orang-orang yang ada di situ saling pandang satu sama lain, kasak-kusuk terdengar, membicarakan apa yang baru saja Vania katakan. Selagi semua orang tengah kasak-kusuk, Vania kembali menatap Bella yang masih terdiam kaget. "Kak Bella mengetahui kalung Tiffany & Co yang aku kenakan ini, 'kan? Kak Bella ... mengenalinya,'kan?"Belum sempat Bella menimpali, Vania lanjut berkata. "Kita pernah membicarakanya sebelumnya, bukan, Kak Bella ... tentang kalung ini? Dan bermimpi bisa memilikinya suatu saat nanti ... tapi sekarang aku sudah memilikinya, Kak ... Aditama membelikan
Read more
Bab 114 - Asli Atau Palsu?
Susan, Bastian dan Mario sedikit merasa berada di atas angin. Mereka bertiga merasa puas karena akhirnya bisa mempermalukan Aditama dan Vania. Melihat hal itu, Stephanie merasa kasihan dan tidak tega. Sebagai ibu, tentu ia marah saat melihat anaknya dicibir dan diolok-olok oleh banyak orang. Mirisnya, yang memulai adalah dari anggota keluarganya sendiri. Akan tetapi, ia masih belum bisa bertindak apa-apa dengan alasan Bastian adalah termasuk seseorang yang dihormati di keluarga Hermanto. Sedangkan Hermanto sedikit marah kepada ketiga orang itu. Menurutnya, mereka bertiga tidak bisa menjaga ucapan di depan banyak orang. Di sisi lain, ia menyayangkan Aditama dan Vania yang harus bertindak konyol. Lihat ... beberapa orang menjadi hilang respect kepada Vania. Melihat ekspresi wajah Vania berubah menjadi murung dan kepalanya tertunduk. Aditama segera melingkarkan tangan dan merapatkan tubuh sang istri ke dalam dekapanya. Bermaksud menenangkan. Aditama lalu berbisik. "Aku tidak
Read more
Bab 115 - Membungkam Semua Orang Yang Ada Di Pesta
Semua orang mematung di tempat setelah Aditama menunjukan nomor seri dan sertifikat kepemilikan dari kalung Tiffany & Co tersebut dan juga mendengar penjelasan dari wanita yang paham tentang perhiasan mahal dan merek terkenal. Tiba-tiba semua orang tersadar, kasak kusuk kembali terdengar, lalu menyadari ucapan mereka tadi. Seketika semua orang merasa bersalah karena telah menuduh Aditama dan Vania yang tidak-tidak. Semua orang kini telah percaya, seperti biasa, mereka pun langsung merasa malu bukan main. Lalu, saling berganti an meminta maaf kepada Vania dan Aditama. Susan, Bastian dan Mario membeku di tempat. Tidak bisa berkata apa-apa. Tentunya masih terkejut bukan main. Mereka bertiga tidak melakukan seperti apa yang baru saja dilakukan oleh orang-orang kepada Aditama dan Vania.Di sisi lain, mereka bertiga merasa sangat gengsi. Meminta maaf ... kepada Aditama dan Vania?Hal yang tidak mau dan pantang mereka bertiga lakukan! Melihat hal itu, Bella menghela napas lega.Wanit
Read more
Bab 116 - Mendatangkan Tamu-Tamu Penting Dan Berpengaruh
Aditama dan Vania tengah disibukan dengan menyambut dan berbincang-bincang dengan para tamu yang hadir. Ada beberapa tamu penting dan berpengaruh di kota Ferandia yang datang di pesta itu diantaranya adalah Fernando yang merupakan direktur rumah sakit Siola, Elias pemilik tempat hiburan malam elit bernama Groove House dan Joseph Hugo yang merupakan manager Hotel Gandhi Life.Hermanto sangat terkejut melihat kedatangan mereka.Pasalnya, ia merasa tidak mengundang mereka. Bagimana mau mengundang? Mengenal mereka pun tidak.Tiba-tiba ia mengerjap kala teringat sesuatu.Atau jangan-jangan ... Aditama yang mengundangnya? Pikir Hermanto. Mengingat, Fernando adalah teman lama mendiang Ayahnya Aditama. Juga Joseph Hugo yang waktu itu malah mengusir Edward—bukannya Aditama. Sedangkan Elias, ia baru pertama kali ini melihatnya. Hermanto pun menoleh menatap Aditama. Seakan meminta penjelasan mengenai tamu-tamu tersebut. Melihat hal itu, Aditama hanya mengulas senyum tipis ke arah Hermanto
Read more
Bab 117 - Restu Dari Kakek Hermanto dan Stephanie
"Apa kah ... Anda juga yang meminjamkan uang sebesar 31 miliar ... kepada Aditama yang digunakan Aditama untuk membeli kalung merek terkenal di dunia ... Tiffany & Co?" tanya Hermanto tercekat sambil menunjuk Ricard. Mendengar hal itu, Ricard menatap Hermanto untuk beberapa saat sebelum kemudian mengangguk. Sontak, pria tua itu membelakakan matanya, mencerna dalam sepersekian detik selagi menelan ludah. Detik berikutnya, ia membeku di tempat diikuti oleh yang lainya. Ricard lalu menatap satu persatu anggota keluarga Hermanto dengan saksama. Seketika ia menggeram marah.Mereka-mereka telah memperlakukan tuan muda keluarga Gandara dengan buruk selama empat tahun. Kalau saja sang tuan muda sudah mengungkapkan identitas aslinya, ia pasti akan menghajar mereka tanpa ampun. Menyadari ia yang mendadak emosional, Ricard pun buru-buru menguasai diri. Akhirnya, setelah beberapa saat terdiam, Ricard membenarkan, sekaligus memperjelas semua pertanyaan-pertanyaan yang diajukan oleh para
Read more
Bab 118 - Keputusan Kakek Hermanto
"Kee ... kenaaa ... paaaa ... Ayah tiba-tiba menerima Aditama?! Kenapa tiba-tiba ... Ayah memberikan restu kepada mereka berdua?!" ucap Bastian. Kemudian, rahangnya mengeras. "Apa hanya karena mereka berdua berhasil membuat perusahaan kita bekerja sama dengan Gandara corporation, Yah?!" Ucapan Bastian langsung dibenarkan oleh Susan dan Mario setelahnya. Hermanto mendengus dingin. Menatap Bastian untuk beberapa saat. "Salah satunya itu!" Jawab Hermanto dengan tegas. "Selain itu ... adalah kemauan Vania sendiri yang tetap memilih bersama Aditama!" Wajah Hermanto tampak tegas. "Kek ... apa kakek lupa? Jika kakek akan mendepak pecundang ini dari keluarga kita? Dia itu ... hanya menjadi beban bagi Vania dan juga keluarga kita saja, Kek!" ujar Mario yang secara refleks bangkit dari duduknya seraya menunjuk-nunjuk Aditama. Belum sempat Hermanto menjawab, Bastian sudah angkat suara lagi. "Yah ... dengarkan Bastian," Kemudian, ia bangkit berdiri dan duduk di samping sang Ayah."Walau Ad
Read more
Bab 119 - Bastian, Susan dan Mario Menuduh Vania
Hermanto beranjak lebih dulu dari ruang tamu dengan ditemani oleh Stephanie. Pasca operasi, tentu, pria tua itu harus melakukan anjuran dari dokter demi kesembuhanya. Menghadiri pesta, bertemu dengan banyak orang. Terlebih, sempat terjadi masalah pula tadi, membuatnya mengeluarkan banyak energi. Oleh karena itu, ia harus segera beristirahat. Setelah memastikan Hermanto telah pergi, Susan segera menatap Vania. "Eh, Vania ..." Panggilan itu membuat Vania menoleh. Begitu pula dengan Aditama. Diikuti oleh yang lainnya. Selagi semua orang tengah kompak menatap ke arahnya, Susan melipat tangan di depan dada.Ia menatap Vania dengan senyuman penuh arti. Dia kemudian berkata. "Bibi curiga padamu ... kamu itu ... sudah tidur dengan Pak Jauhar, ya? Wakil Presdir Gandara corporation ... makanya ... kamu bisa mendapatkan kontrak kerja sama dengan begitu mudah?" Sontak, Vania dan Aditama kompak membelalak. Begitu pula dengan semua orang. Susan ... tengah menuduh Vania?Se
Read more
Bab 120 - Menghadapi Segala Fitnah
Mendengar komentar-komentar keji itu, perasaan Vania langsung campur aduk tidak karuan.Sedih, sakit hati, kecewa dan marah—menjadi satu. Wanita itu pun tidak tahan untuk tidak menangis. Seketika darah dalam diri Aditama mendidih, kesabarannya habis dan emosinya membuncah. Tentu saja ia tidak terima. Ia pun sudah tidak peduli lagi dengan keluarga Hermanto. Awalnya ia masih memiliki rasa segan dan hormat kepada mereka. Tapi setelah melihat sang istri difitnah dan apalagi sampai membuatnya menangis?Jangan salahkan dirinya jika ia akan bertindak diluar batas dan menjadi tidak terkendali. Aditama refleks bangkit dari duduknya dan langsung melemparkan tatapan mematikan ke arah satu persatu anggota lain keluarga Hermanto. "Jaga mulut-mulut kalian semua! Dengar hal ini baik-baik ... Vania tidak melakukan hal menjijikan seperti apa yang dituduhkan oleh Bibi Susan, Paman Bastian dan Mario!" Aditama menghentikan kalimatnya sejenak. Kemudian, ia mendengus jengkel. "Dia berhasil men
Read more
PREV
1
...
1011121314
...
27
DMCA.com Protection Status