Semua Bab Suamiku Pewaris Kaya Raya: Bab 121 - Bab 130
264 Bab
Bab 121 - Mencoba Mempengaruhi Pikiran Aditama
"Aku tidak kaget sama sekali." Jawab Aditama dengan ekspresi wajah datar. Kemudian, ia memicingkan pandangan. "Apalagi hal itu keluar dari mulut-mulut kalian yang tidak bisa dipercaya." "Kalian itu ... pasti sengaja memfitnah Vania yang tidak-tidak karena kalian merasa iri, 'kan? Dengan pencapaian, Vania?" Lanjut Aditama. Mendengar hal itu, senyum sinis di bibir Mario seketika pudar. Sedangkan Bastian dan Susan yang sedang memikirkan Bella tiba-tiba tersadar, kemudian langsung menatap Aditama. Mario pun lalu memaki dalam hati. Pasalnya, Aditama tidak terlihat terpengaruh sama sekali dengan perkataanya. Aditama lanjut berkata. "Kalian pikir ... aku akan terpengaruh dengan fitnah dari kalian semua?!" Ucapan Aditama membuat semua orang terdiam. Bastian, Susan dan Mario saling pandang satu sama lain, seakan tengah menyamakan frequensi. Sepertinya mereka tidak bisa mempengaruhi pikiran Aditama mengingat Aditama sangat mencintai Vania. Tapi Mario tidak menyerah. Ia akan berusaha
Baca selengkapnya
Bab 22 - Melaporkan Bastian, Susan dan Mario Ke Polisi
Menantu itu sungguh sudah tidak takut lagi dengan anggota keluarga Hermanto.Termasuk dengan salah satu orang yang paling dihormati di keluarga mereka sekali pun. Aditama juga terlihat sudah tidak memiliki rasa segan dan hormat lagi seperti yang dulu selalu dia tunjukan. Mendapati dirinya diperlakukan dengan rendah oleh Aditama, membuat Bastian merasa campur aduk tidak karu-karu an. Ia lalu menggerakan tanganya, berusaha lepas dari cengkraman tangan Aditama. Akan tetapi, hal tersebut sia-sia belaka karena cengkraman tangan Aditama begitu kuat. "Bajingan kau, Aditama!!!" teriak Mario selagi bergegas menghampiri Aditama dan Ayahnya dengan emosi menggebu-gebu.Dia tidak terima Ayahnya diperlakukan seperti itu oleh Aditama. "Berani kau mencengkram tangan Papaku, bangsat?!" Lanjut Mario. Sontak, Aditama menoleh ke arah sumber suara. Tapi tiba-tiba Mario sudah berada di hadapanya. Mario langsung mendorong tubuh Aditama menjauh dari hadapan sang Ayah yang membuat cengkraman pada perg
Baca selengkapnya
Bab 123 - Berterima Kasih Kepada Hermanto dan Stephanie
Seluruh anggota keluarga Hermanto telah pulang. Begitu pula dengan Bastian, Susan dan Mario. Sebelum beranjak, mereka bertiga menantang Aditama. Dengan mengatakan jika tidak takut dengan ancaman Aditama yang akan melaporkan mereka bertiga ke polisi. Mendengar hal itu, Aditama jadi semakin bersemangat untuk segera melalukan hal tersebut. Ia akan membuktikan jika ancamanya itu tidak main-main. Setelah semua orang pergi, Aditama dan Vania lalu berjalan masuk ke dalam hendak menemui Hermanto dan Stephanie untuk mengucapkan terima kasih atas restu yang telah diberikan. Di dalam kamar kepala keluarga Hermanto, pria tua itu sedang menyenderkan punggung di tepi tempat tidur. Sudah bersiap hendak tidur.Melihat kedatangan mereka berdua, membuat Hermanto mengurungkan niat. Vania duduk di samping sang kakek. Sedangkan Aditama berdiri di sebelah sang istri. "Kakek ... hanya menuruti permintaanmu saja, Van." Ucap Hermanto setelah terdiam sebentar, menatap Vania dengan lekat. Mende
Baca selengkapnya
Bab 124 - Ada Apa Dengan Vania?
Aditama dan Vania kompak terdiam untuk beberapa saat. Detik berikutnya, Aditama mengulas senyum seraya mengangguk—membenarkan pertanyaan ibu mertua. Mata Stephanie melebar!Mencerna dalam sepersekian detik, lalu tercengang. Walau ia sudah tahu hal itu dari Vania, tapi tetap saja kaget. Mendapat uang warisan sebanyak 1 triliun? Itu sangat lah banyak! Pasti, Aditama akan langsung diterima dikeluarga Hermanto jika mereka mengetahuinya. Namun tiba-tiba Stephanie tersadar dan buru-buru menguasai diri.Kemudian, ia kembali menatap Aditama, pandangannya memicing. "Apakah ... sebenarnya kamu itu membeli kalung seharga 31 miliar ... bukan hasil meminjam uang dari Ricard? Melainkan menggunakan uangmu sendiri, Tam?" tanya Stephanie lagi dengan suara tercekat, tertinggal di tenggorokan. Hendak memastikan hal itu. Aditama mengangguk lagi. Sontak, Stephanie mengerjap sebelum kemudian tercengang lagi. Walau sebenarnya ia juga sudah menebak hal itu, tapi tetap saja kaget saat menge
Baca selengkapnya
Bab 125 - Vania Hamil
Di dalam kamar, tampak seorang dokter wanita sedang memeriksa Vania. Sesekali Vania menjelaskan keluhan yang ia rasakan kepada sang dokter. Setelah selesai memeriksa, sang dokter terlihat berpikir. Akhirnya, setelah terdiam beberapa saat, ia mendongak dan menatap Vania untuk beberapa saat. "Anda sedang tidak masuk angin, Nona Vania. Bukan pula sedang sakit." Kata dokter itu. Sudut bibirnya lalu terangkat dan membentuk senyuman penuh arti.Mendengar hal itu, Vania mengerjap. Di saat ini, ia langsung teringat dengan dugaanya tadi. Kala memikirkan hal itu, jantungnya seketika berdetak kencang. Mendadak, ia berharap jika dugaanya itu seratus persen benar. Pasalnya, dalam lubuk hatinya yang paling dalam, ia sudah sangat ingin hamil. Namun tiba-tiba Vania tersadar dan langsung menatap sang dokter. "Lalu, jika saya tidak sakit apa-apa ... apa yang terjadi dengan saya, Dok?" tanya Vania hati-hati. Kemudian, ia menelan ludah. "Atau ... jangan-jangan ... sa ... saya hamil, Dok?"
Baca selengkapnya
Bab 127 - Kabar Terbaru Bella
Begitu pintu terbuka, Vania langsung dihadapkan pada sosok Bella yang berdiri di depan pintu unit apartemenya. Kepergian Bella karena diusir oleh keluarganya, tentu membuat Vania dan Aditama bersimpati. Mereka berdua mengkhawatirkan kakak sepupunya itu. Terlebih Bella sangat baik kepada mereka berdua. Maka, mereka berdua pun mencoba menghubungi Bella untuk mengetahui kabar terbaru darinya. Mereka berdua cukup lega setelah mengetahui jika Bella tidur di rumah temanya. Vania merasa kasihan dengan Bella. Maka, ia pun membicarakanya dengan Aditama supaya Bella tinggal bersama mereka berdua saja untuk sementara waktu. Aditama pun memperbolehkanya. Akan tetapi, Vania belum memberitahukan perihal hal itu kepada Bella. Ia hanya menyuruh kakak sepupunya itu untuk datang ke unit apartemenya saja dulu. "Kak Bella," panggil Vania. Kemudian, mata Vania tertutup. Ia begitu lega melihat kakak sepupunya dalam keadaan baik-baik saja dan sungguh atang ke unit apartemenya. Setidakny
Baca selengkapnya
Bab 128 - Kevin
Sementara itu, di tempat lain sebuah klab malam. Para pria dan wanita muda tampak sedang asik mengobrol, diselingi canda dan tawa. Sesekali, mereka menenggak minuman masing-masing. Sebagian dari pria itu ada yang merokok. Di sekeliling mereka, lampu berkelap-kelip dan suara musik juga terdengar keras. Mereka sedang membahas acara reuni yang akan diadakan esok malam hari. Selain itu, mereka juga tengah membicarakan Vania yang mengabarkan di group chat jika dia dan suaminya bersedia datang di acara reuni tahun ini. Hal tersebut tentu saja membuat mereka semua heran. Akan tetapi, tiba-tiba perhatian semua orang yang ada di situ teralihkan dengan kedatangan seorang pria tampan yang tengah berjalan ke arah sofa yang sedang diduduki oleh orang-orang itu. Kepala-kepala pun tertoleh, kemudian senyum lebar langsung menghiasi bibir mereka masing-masing. "Kevin!!!" seru pria bernama Robi yang secara refleks bangkit dari sofa, kemudian bergegas menghampiri pria bernama Kevin itu d
Baca selengkapnya
Bab 129 - Berangkat Ke Acara Reuni
Vania dan Gabriella tengah berpelukan di cafetaria kantor Hermanto Group. Gabriella adalah teman Vania semasa kuliah dulu. Namun mereka berdua tidak terlalu akrab. Hanya sebatas kenal saja. Sebelumnya Gabriella mengabari Vania jika ingin bertemu karena ada hal yang mau dibicarakan.Berhubung Vania juga tidak sedang terlalu sibuk, mendekati jam makan siang pula, akhirnya ia pun mengiyakan. Setelah ngobrol basa-basi sebentar, mereka berdua duduk saling berhadapan di kursi masing-masing. Di saat yang sama, datang pelayan cafetaria ke meja mereka dengan membawa buku menu, lalu memberikanya kepada mereka berdua. Selama sesaat, mereka berdua disibukan dengan memilih makanan dan minuman. Setelah pelayan pergi, Gabriella memperbaiki posisi duduk, menatap Vania dengan lekat. "Kamu ... sungguh akan menghadiri acara reuni nanti malam bersama kita, 'kan, Van?" tanya Gabriella, hendak memastikan kesanggupan Vania menghadiri acara reuni tahun ini di group chat itu. Vania balas menat
Baca selengkapnya
Bab 130 - Dipergunjingkan
"Aditama ... Vania ... " Panggilan itu membuat Aditama dan Vania kompak membalikan badan, menoleh ke belakang, lalu mencari sumber suara. Tampak seorang pria tengah menunjuk mereka berdua dengan jarinya selagi berjalan mendekat. Ternyata pria itu adalah Steven. Teman lama Vania semasa kuliah dulu. Jadi sudah dipastikan jika pria itu akan menghadiri acara reuni juga sama seperti Vania dan Aditama. "Ini ... aku tidak salah lihat, 'kan?" ujar Steven terbata sambil menunjuk Aditama dan Vania bergantian begitu tiba di hadapan mereka berdua. "Kamu Vania, 'kan dan ini ... suamimu ... Aditama?" Lanjut Steven, hendak memastikan ia tidak salah tebak.Mendengar hal itu, Vania tersenyum miring. Begitu pula dengan Aditama. Vania lalu melipat tangan di depan dada. "Kau tidak salah liat, Steven. Aku benar Vania dan ini ... adalah suamiku ... Aditama." Kata Vania, sesekali menatap ke arah sang suami. Seketika terbit seringaian di bibir Steven. "Ternyata kamu beneran datang, Van. Kukira
Baca selengkapnya
Bab 131 - Dicemooh dan Dicaci Maki
Rendi menatap Aditama sinis. "Eh, miskin ... kau mendapatkan jas bagus ini dari mana?!" tanya Rendi dengan kedua alis terangkat tinggi seraya berkacak pinggang. "Pasti dibelikan oleh Vania lah. Mana mungkin dia punya uang sendiri untuk membeli jas yang kelihatanya mahal itu. Dia kan ... suami yang bergantung pada istrinya!" celetuk salah satu wanita. Rendi menyeringai mendengar hal itu, kemudian geleng-geleng kepala dengan senyuman menghina. "Kuli bangunan sepertimu sama sekali tidak pantas mengenakan jas mahal seperti itu ... kau itu tetap gembel ... selamanya ... akan tetap menjadi gembel!" Rendi tertawa, yang langsung diikuti oleh semua orang setelahnya. Aditama dan Vania geram mendengar hal itu. Akan tetapi, mereka berdua bersikap seolah tak terpengaruh. Berusaha mengontrol emosi dalam diri masing-masing supaya tidak meledak dulu. "Emang bener-bener pria sialan kau, Tam!" sambung pria lain bernama Alex dengan suara meninggi dan wajah mengeras sambil menuding muka Aditama.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1112131415
...
27
DMCA.com Protection Status