Semua Bab Perjalanan Balas Dendam Termanis: Bab 151 - Bab 160
181 Bab
Bab 151 Pertemuan Dengan Klien
Suara telepon berbunyi ke telepon sekretaris. Ia langsung berjalan ke tempat itu dan langsung menjawabnya."Halo?""Baik!"Selepas menjawab telepon, sekretaris itu langsung kembali menghadap Endrick yang merupakan atasannya tersebut."Pak, katanya klien kita sudah menuju ruang rapat. Kita temui mereka sekarang atau tunggu sebentar lagi?"Endrick beranjak dari duduknya. "Kita ke ruang rapat sekarang saja! Siapkan semua dokumen penting yang akan dibahas itu!" perintahnya.Sekretaris itu mengangguk dengan tubuh agak membungkuk paham terhadap apa yang dikatakan oleh atasannya tersebut.Sementara di tempat lain, Zsalsya kembali bimbang dengan dengan segala sifat de m an kedua orang tuanya. Ketika mamngk"Kenapa aku terus berada di sini?" Zsalsya swgwrs beranjak dsri duduknya ia melihat ke arah wadah belanja yang kemudian ia pindahkan ke tempat yang seharusnya. Endrick segera menaruhnya pada sebuah meja kecil di kamar itu.Ketika Zsalsya tidak bisa melakukan banyak pekerjaan di rumah i
Baca selengkapnya
Bab 152 Memanfaatkan Kesempatan
Dengan lesu, Endrick berjalan memasuki rumah. Ia membuka satu kancing kemeja, lalu melonggarkan dasinya. Suara langkah kaki yang sangat dikenal, membuat Rosmala segera berjalan ke arahnya. Terlebih lagi ia melihat Endrick yang tampak sangat berbeda dibanding biasanya, seolah kekurangan semangat dalam dirinya. "Kamu kenapa, Nak, tampak tidak bersemangat begitu?" tanya Rosmala dengan nada lembut sembari menghampiri ke arah Anaknya itu.Endrick terduduk di sofa sejenak, Rosmala pun ikut duduk. Ia merasa bahwa Endrick saat itu tampak sangat lelah. Rosmala mendekatkan dirinya pada Endrick, tangannya memeluk punggung Endrick."Kamu kenapa? Sini cerita sama Mama ...."Rosmala mulai semakin membuka diri, agar Anaknya menjadi lebih terbuka. Perssaan seorang Ibu tidak pernah salah. Sekali ia merasa ada sesuatu hal yang aneh pada Anaknya, tentu dugaannya tidak pernah meleset.Endrick menghadapkan tubuhnya pada Rosmala, sampai kaki itu mengarah pada Ibunya tersebut. "Ma, mau tanya.""Tanya apa,
Baca selengkapnya
Bab 153 Dua Lelaki
Kenal cukup banyak dengan Arzov membuat Nana khawatir, entah kesepakatan seperti apa yang dibuat oleh pria licik itu. Tentu, pasti sesuatu telah terjadi dan ia tidak tahu apa sebabnya itu.[Kamu berani buat kesepakatan sama aku?]Arzov yang mendengar hal itu langsung tersenyum licik, ketika sadar bahwa mungkin saja Nana telah menyadari sesuatu. Namun, tetap saja, ia akan terus menyembunyikan hal itu.[Berani. Itu 'kan juga maumu. Kamu yang mengontak aku duluan!] Karena ambisinya dan kini mulai snagat terfokus pada Zsalsya, sehingga dirinya tidak mempedulikan cintanya kepada Nana. Ia melihat bahwa Zsalsya pun sudah cukup sangat cantik. Perubahan baik yang terjadi pada mantan kekasihnya, membuatnya berpikir bahwa tidak perlu lagi Nana untuk jadi pendamping hidupnya."Kalau aku bisa dapatkan Zsalsya, aku akan mendapatkan dua hal. Yaitu dendamku terbalas dan aku bisa kembali kepadanya. Walaupun dulu sempat aku duakan. Wajar saja, dulu dia tidak cantik dan kurang modis. Sekarang, aku piki
Baca selengkapnya
Bab 154 Permainan Drama dan Kepalsuan
Arzov yang khawatir dan menjaga ketidakmungkinan yang terjadi, ia berjalan menjauhi ruangan itu dan langsung pergi ke tempat tersembunyi. Dan tempat itu adalah dapur.Ia mengambil ponsel dan langsung menghubungi Nana. Sebab, ia melihat Nana yang berjalan menaiki tangga. Ingin mengikutinya, tetapi ia takut jika dicurigai sesuatu.Nana yang saat itu tangannya sudah memegang gagang pintu, tetapi ia harus menghentikan itu ketika dirinya mendengar suara dering ponsel yang berbunyi."Siapa, sih?" umpatnya kesal. Tetapi, ketika teleponnya dijawab oleh Nana, suara langkah kaki menuju dapur terdengar. Ia menoleh ke arah pintu dan kedua matanya langsung melebar ketika yang datang ternyata adalah Zsalsya. "Kamu sedang apa di sini?" tanya Zsalsya sembari mengenakan sandal bulu dengan hiasan telinga kelinci.Karena dirinya tidak mau kedinginan, ia harus memakai sandal itu. Untungnya ia menemukan sandal hangat di kamar, sehingga barang itu bisa ia gunakan.Sontak, Arzov pun langsung mematikan te
Baca selengkapnya
Bab 155 Mengambil Hati Calon Mertua
Endrick mengikuti Firman yang menunjukkan jalan, yang sebenarnya entah ke mana pria paruh baya itu akan mengajaknya. Yang pasti, ia hanya mengikuti alur permainan demi suatu usaha yang harus berjalan dengan baik.Dengan lemas, Zsalsya terduduk di sofa ruang tamu. Pada saat itulah Arzov datang dan duduk di samping Zsalsya. Ia mencoba untuk menghiburnya."Aku tahu itu pasti tidak nyaman. Tapi, aku janji bakal selalu ada di sampingmu selamanya," ucap Arzov. Tangannya merayap perlahan, lalu memegang tangan Zsalsya. Zsalsya melirik dan menjauhkan tangan itu dari Arzov. "Tahu dari mana kamu dengan perasaanku?" "Tadi aku melihatmu secara tidak sengaja. Ada Endrick, ya? Itu pasti berat sekali, diabaikan dan dia malah memilih pergi dengan Papamu."Secara perlahan, Arzov mulai mencuci otak Zsalsya agar tidak menyukai Endrick lagi. Sebab, ia tidak mau melewatkan kesempatan yang mana memang menurutnya sangat baik itu."Pokoknya, aku akan membuatnya kembali ke pelukanku," batin Arzov sembari ter
Baca selengkapnya
Bab 156 Persekongkolan
"Tidak bisa, aku harus mendekati Zsalsya dan mengungkap semuanya! Dia tidak boleh sampai menikah dengan orang lain! Sampai kapanpun, dia harus menjadi milikku! Jika aku tidak bisa mendapatkannya, maka yang lain pun tidak!" batin Arzov dengan segala ambisi yang bergejolak dalam darahnya. Arzov pun berjalan menaiki tangga. Baru satu tangga naik, seseorang menyerukan namanya. "Nak Arzov, mau ke mana?!" Sontak saja, ia pun langsung menoleh ke belakang. Ia melihat ada Mariana yang tengah berdiri sembari memperhatikan dirinya. "Oh ya, Tan, Nana-nya ke mana, ya? Kenapa dari tadi belum juga turun?" "Kamu mau bertemu dia? Baiklah, biar Tante panggilkan buat kamu! Kamu duduk sana di sana!" jawabnya. Ketika Mariana sudah berkata begitu, ia tidak memiliki pilihan lain lagi selain menunggu. Padahal, tangan dan kakinya sudah gatal ingin menemui Zsalsya. Tetapi, dirinya berpikir bahwa tidak mungkin menemuinya sendiri. Ia butuh perantara supaya dirinya tetap aman dan Zsalsya tidak mencuri
Baca selengkapnya
Bab 157 Tips Menghindari Drama
"Tuh! Dia muncul! Cepat samperin!" bisik Arzov kepada Nana.Dengan agak ragu, Nana pun langsung berjalan menaiki tangga. Ia pura-pura sibuk dengan ponselnya. Sampai ketika dirinya berdiri dekat Endrick, kakinya pura-pura terkilir hingga nyaris jatuh. Sontak saja, Endrick pun langsung menahannya. Nana terus menatap sepasang mata Endrick. Tetapi, saat itu mata Endrick berpaling ke arah lain, ia tampak malas dan terpaksa karena harus menangkap Nana agar tidak terjatuh.Saat itu, Firman pun ada di sana. Ia juga tidak mau dicap buruk dengan mengabaikan seseorang, terlebih lagi orang itu nanti akan menjadi bagian dari keluarganya ketika dirinya sudah menikahi Zsalsya."Terima kasih, maaf aku merepotkan," kata Nana dengan mulut manisnya.Endrick membantu Nana kembali berdiri, lalu berjalan menuruni tangga kembali. "Sama-sama!" jawaban singkat dan ketus."Aaarghh! Kakiku ..., sepertinya aku tidak bisa berjalan!" kata Nana.Arzov segera menjauh dari tempat sebelumnya. Yang mana sebelumnya ia
Baca selengkapnya
Bab 158 Trik Untuk Menyelamatkan Dari Paksaan
"Sialan! Apa-apaan itu! Kenapa dia malah pergi!" umpat Nana dalam hati. Arzov yang menunggu di bawah itu terus mondar-mandir ke sana kemari tanpa henti. Ia merasa tidak bisa berdiri dengan nyaman ketika dirinya belum bisa bertemu Zsalsya."Mana orang itu?"Ketika tengah mondar-mandir, ia melihat Endrick yang sudah di dekat pintu pun membuatnya langsung berpikir. "Dia pergi secepat itu? Apa itu artinya Nana tidak berhasil mendekatinya?" Ia penasaran dengan itu.Sejenak, ia melihat ke atas tangga. Di sana, tampak jelas Nana yang masih di tangga. Seperti sedang dalam keadaan kesal."Kamu yakin masih mau di sini? Tidak mau Papa antar naik ke kamar?""Tidak usah! Aku masih mau di sini. Papa duluan saja!"Karena tidak mau terus berada di tangga, Firman pun akhirnya memilih pergi menuju ruangannya. "Ya sudah, Papa duluan."Perlahan, Nana bangkit dari duduknya. Pada saat yang sama, Arzov yang sudah melihat Firman pergi dari hadapan Nana pun, baru ia berani."Tunggu sebentar!" seru Arzov keti
Baca selengkapnya
Bab 159 Mengelabui Musuh
Selesai berbelanja, Endrick pun langsung menaruh semua barang yang baru dibelinya itu di jok belakang. Ia menutup pintu jok belakang, lalu menuju jok depan. Mesin mobil itu ia nyalakan, lalu dengan cepat dirinya tancap gas pergi menuju rumah. Sebab, ia berpikir bahwa mungkin saja Rosmala tengah menunggu dirinya karena pesanannya masih dalam perjalanan.Rupanya, pikiran mereka berkebalikan. Dugaan Endrick kali ini pun sangat keliru. Justru, Rosmala berharap jika dalam perjalanan, Endrick terjebak macet. Supaya tidak segera sampai ke rumah. Rosmala tidak mau mempertemukan Ayah dan Anak, karena baginya itu bukan hal yang baik. "Semoga dia tidak segera pulang!" batin Rosmala penuh harap. Bibirnya memucat dengan kedua tangan saling meremas satu sama lain, sambil sesekali ia melihat ke arah Rejho yang tampak tidak sabar ingin segera menemui Endrick.Rejho menoleh ke arah Rosmala, tetapi dengan cepat Rosmala langsung memalingkan wajahnya ke arah lain. Ia tidak mau jika Rejho curiga kepada
Baca selengkapnya
Bab 160 Sinar Hijau Pekat
"Biasanya dia tidak bersikap tak acuh begitu. Kenapa, ya, tadi malah seolah tidak peduli dengan keberadaanku? Apa dia marah karena kemarin tidak jadi fitting baju?" gumamnya dalam kamar sembari memeluk dirinya sendiri.Seiring berjalannya waktu, rasa sakit pada perutnya pun mulai membaik. Ia bisa menikmati camilan yang beberapa waktu yang lalu ia ambil dari dapur. Minuman yang dibelikan oleh Endrick itu sesekali ia tatap. Ada lima botol minuman yang katanya obat pereda nyeri haid. Baru ia habiskan salah satunya saja."Dia perhatian, tapi kemudian bersikap dingin. Apa yang sebenarnya dia inginkan? Apa dia sedang merencanakan sesuatu?" Zsalsya melihat ke arah pergelangan tangannya yang bersinar. Sinar berbeda yang tak biasa. Biasanya berwarna merah muda, tetapi kini malah berwarna hijau pekat."Ada apa ini?" Zsalsya terkaget-kaget kala melihatnya.Sorot matanya seolah mengatakan. Ada apa ini? Apa yang membuatnya berubah?Camilan yang ada di telapak tangannya pun langsung ia taruh. Dir
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
141516171819
DMCA.com Protection Status