Semua Bab Perjalanan Balas Dendam Termanis: Bab 161 - Bab 170
179 Bab
Bab 161 Balas Mengelabui
"Sampai kapan aku harus jauh dari rumah begini? Apa perlu aku tinggal di hotel sebentar?" gumamnya. Endrick sudah tidak betah setelah putar balik, ia memilih berada di suatu tempat yang cukup jauh dari jangkauan rumah. Dan kini, tidak ada panggilan telepon yang masuk.Ia tidak tahu jika Rejho tidak menyerah untuk menunggu. Rejho masih berada di rumah Rosmala, pria itu tidak pernah bosan dengan ambisinya."Sampai kapan dia akan berada di sini?" bisik salah seorang pelayan yang ada di sana kepala rekan pelayan lainnya.Tetapi, kemudian mereka kembali pada posisi mereka masing-masing. Ketika itu, Rosmala pun sudah mengantuk. Begitu pula dengan Endrick yang berkali-kali menguap di dalam mobil. Tetapi, begitu mengecek ponselnya, tak satupun ada panggilan yang masuk."Kenapa lama sekali? Apa aku harus memesan hotel semalam?" gumamnya.Waktu telah menunjukkan pukul 20.00. Endrick pun sudah merasa lapar. Ia perlu mengisi perutnya sebentar. Tanpa berlama-lama, ia pun menyalakan mesin mobil.
Baca selengkapnya
Bab 162 Perlahan Tetapi Pasti
Gantungan ponsel telah didapatkan. Tetapi, Zsalsya merasa belum cukup karena harga gantungan ponsel itu hanya sekitar tujuh puluh ribu saja. Sedangkan, ada banyak hal yang telah direnggut Nana darinya."Kita makan sekarang, yuk!" ajak Arzov kepada Nana dan Zsalsya.Tetapi, Nana yang merasa geram pun membuatnya segera menyeret Arzov pergi."Kak Zsalsya, tunggu di sini sebentar, ya!" seru Nana kepada Zsalsya. "Iya!" sahut Zsalsya dengan santainya.Di tempat itu, Zsalsya melihat keduanya yang pergi entah ke mana dan entah akan membicarakan apa. Tetapi, dirinya mencoba untuk tenang. Meskipun, pikirannya agak khawatir, khawatir jika mereka meninggalkan dirinya sendirian di sana."Ponselku!" gumamnya sembari mencari ke saku celana jeans panjang yang dipakainya.Ia juga takut jika ponselnya sampai tertinggal. Jika begitu, ia akan kesulitan menghubungi siapapun di sana.Setelah ia menemukan ponsel di dalam saku celana tersebut, ia pun kemudian mencari tempat duduk sejenak. Rupanya, nyeri hai
Baca selengkapnya
Bab 163 Kepuasan dan Dendam
Semua tampak telah memesan makanan yang mereka inginkan masing-masing. Dan saat itu, yang memesan makanan paling banyak adalah Zsalsya. Nana dan Arzov pun sungguh tidak percaya jika ternyata Zsalsya dengan berani memesan makanan. Padahal, sebelumnya Zsalsya adalah orang yang pemalu dan segan. Bahkan, jika ditawari makanan berkali-kali pun kadang lebih memilih menolaknya.Namun, itu Zsalsya yang dahulu sebelum ia sadar bahwa terlalu segan bukanlah hal yang baik. Ia harus lebih tegas dalam menjalani hidupnya sendiri. Ada saat bersikap tidak enak, namun ada pula saat dimana dirinya harus bersikap seenaknya dan lebih mementingkan dirinya sendiri. Sebab, hanya diri sendirilah orang pertama yang selalu menguatkan dalam keadaan apapun. Bukan dia atau siapapun yang terkadang dianggap spesial. Itulah yang tertanam dalam pikiran Zsalsya saat ini."Kamu yakin bakal habis?" tanya Arzov kepada Zsalsya.Zsalsya memandangi semua makanan yang tersaji di meja dengan bibir tersenyum. "Kalau tidak ha
Baca selengkapnya
Bab 164 Menunggu Itu Melelahkan
Gengsi yang tinggi di hadapan Zsalsya membuatnya rela melakukan apapun. Walaupun dalam hati keberatan, tetapi ia memaksakan untuk memenuhi keinginan Zsalsya yang baginya tidak biasa itu."Kamu yakin bisa habiskan semuanya?" tanya Arzov sekali lagi.Zsalsya mengambil kantong plastik penuh makanan yang telah disiapkan oleh pramusaji yang ada di sana. "Yakin. Aku 'kan suka sekali ayam. Apa kamu lupa?""Tentu saja tidak. Mana mungkin aku bisa melupakan sedikitpun mengenai dirimu."Zsalsya tidak menyahut lagi. "Terima kasih banyak buat semua makanannya. Tenang saja, aku tidak akan membuang ini," ucap Zsalsya sembari mengangkat kantong plastik yang berisi makanan yang baru dibelinya itu.Selepas membayar semuanya, Zsalsya dan Arzov pun kembali ke tempat duduk mereka.Nana yang masih menyantap ayam gorengnya pun kemudian langsung mengangkat wajahnya kala mendengar langkah kaki Zsalsya yang ada di dekatnya."Kak, itu apa?" "Ini semuanya ayam krispi.""Sebanyak itu?" tanya Nana yang juga ti
Baca selengkapnya
Bab 165 Salah Satu Cara
Malam semakin larut, dessert terakhir yang ia pesan pun sudah habis ia santap sedikit demi sedikit dan secara perlahan. Para pelanggan yang berdatangan pun telah pergi. Kini, tinggal diri dengan para pramusaji yang berdiri menunggu Endrick pergi.Lalu, salah seorang pramusaji menghampirinya dengan sebuah kain kecil berbentuk persegi yang ada di bahu kanannya."Permisi. Cafenya sudah mau tutup."Pramusaji itu tidak berani mengusir. Ia hanya memberikan kalimat kode, berharap Endrick langsung mengerti."Tutup, ya? Kalau begitu, saya sewa tempat ini sampai pagi! Bagaimana?" tanya Endrick kepada pramusaji. Ia mencoba membuat kesepakatan. "Tapi, cafe ini ...."Endrick mengambil dompetnya. Ia mengambil lima sepuluh lembar uang berwarna merah muda, lalu langsung menyerahkannya kepada pramusaji yang berdiri di sampingnya itu.Pramusaji itu menoleh ke tempat di mana rekan kerjanya yang lain berdiri dan memperhatikannya dari sana. Mereka pun tidak bisa melihat dengan benar, karena agak terhalan
Baca selengkapnya
Bab 166 Saatnya Menikmati Hasil
Di rumah Firman, Nana yang mengendap-endap untuk menuju kamarnya pun akhirnya ketahuan oleh Mariana yang ternyata terus menunggunya di ruang tamu. Sedangkan Zsalsya, ia tidak merasa khawatir dengan apapun, karena memang tidak ada yang peduli dengan dirinya. Entah akan pulang atau tidak, semuanya hening tanpa ada omelan apaun."Jadi kamu semalaman dan baru pulang larut malam begini ternyata main sama anak itu!" gerutu Mariana sembari menggertakkan gigi.Nana belum bisa tidur karena harus menerima ceramahan langsung dari Ibunya yang memang pergi tanpa izin.Zsalsya terus lanjut melangkahkan kakinya menuju kamar sembari membawa kantong plastik yang berisi makanan tersebut."Ma, aku ada urusan penting. Asal Mama tahu, aku sebenarnya sedang menjalankan rencana kita yang waktu itu. Karena sepertinya Mama sibuk terus, jadi biar aku saja yang melakukannya sama Arzov. Aku hebat, 'kan, Ma?" ungkap Nana dengan nada pelan. Ia celingak-celinguk, memastikan bahwa tidak ada yang menguping ia bicara.
Baca selengkapnya
Bab 167 Hal Tak Terduga
Pada pagi harinya ....Dengan leher yang terasa sakit, Endrick bangun dari tidurnya. Semalam suntuk ia menunggu, sampai tak terasa dirinya tertidur di meja pelanggan itu.Perjalanan malam menuju memang tidak terasa dan berlalu sangat cepat sekali. "Aahh .... Leherku sakit sekali," ucapnya sembari menggerakkan perlahan lehernya ke kanan dan ke kiri. Tetapi, tetap saja terasa kaku dan sakit.Pramusaji yang sebelumnya menerima uang pun kemudian membuka pintu kaca cafe tersebut. Ia segera menghampiri Endrick."Mas, maaf kalau tempatnya kurang nyaman," katanya."Tidak masalah. Sekarang saya mau pulang, terima kasih karena telah mengizinkan saya tinggal di sini semalam," ucapnya sembari beranjak dari duduknya, lalu melangkah pergi keluar.Endrick menekan tombol pada kunci mobilnya. Lalu, ia pun membuka pintu tersebut. Perlahan tubuhnya memasuki mobil tersebut dan langsung duduk di kursi. Ia menoleh ke belakang ketika teringat pada pesanan Rosmala."Kuharap buah semangkanya tidak terlalu m
Baca selengkapnya
Bab 168 Cari Muka
"Apa yang terjadi pada Papa, kenapa bisa begini?" tanya Zsalsya, panik."Mama juga tidak tahu, Zsa. Sejak tadi pagi, dia sudah begitu."Zsalsya pun berlari menuju nakas. Biasanya, Firman menyimpan obatnya di sana. Tetapi, ia langsung terdiam ketika menemukan obat, namun juga malah teringat pada Mariana. Ia curiga kepada Ibu tirinya itu."Pa, ayo kita ke rumah sakit sekarang, Pa!" ajak Zsalsya.Meskipun tubuhnya berat, tetapi ia merasa bahwa tidak ada pilihan lain lagi. Di rumah itu pun tidak ada sopir yang bisa diandalkan. Hanya ada dirinya, Nana, Mariana dan ...."Oh ya, ada Mbok Minah. Dia juga bisa membantu," batin Zsalsya.Sontak, Zsalsya pun keluar dari kamar itu. Di luar kamar, ia berteriak menyerukan nama asisten rumah tangga tersebut."Mbok Minaaah! Mbok cepat naik ke kamar Papa!" teriaknya. Ia merasa tidak boleh meninggalkan Firman sendirian di sana tanpa dirinya, sehingga ia pun memilih untuk berteriak.Minah yang merasa terpanggil pagi itu ketika tengah menyiapkan sarapan
Baca selengkapnya
Bab 169 Unit Gawat Darurat
Perjalanan menuju rumah sakit tidak ada istilah santai lagi. Arzov mengemudikan mobilnya dengan cepat, bahkan sesekali ia menyalip mobil lain agar segera sampai di rumah sakit.Tidak ada memilah dan memilih rumah sakit lagi. Sebab, yang Zsalsya inginkan hanyalah agar Firman segera mendapatkan perawatan atas penyakit yang dideritanya itu."Sabar, ya, Pa. Papa harus bertahan," kata Zsalsya sembari terus berusaha menguatkan. Ia memeluk Firman di sampingnya.Mariana tidak ikut. Ia memilih untuk menyusul, katanya harus mempersiapkan sesuatu. Firman tidak terlalu mempermasalahkan itu, ia memaklumi walau ada rasa kecewa yang menggores hatinya.Terlebih lagi Nana, ia yang baru bangun pun memberikan alasan itu untuk tidak pergi ke rumah sakit saat ini juga. Walaupun sebenarnya, Nana tidak mau menjenguk Ayah tirinya, yang mana baginya snagat tidak penting untuk hidupnya.Sampai akhirnya, setelah melewati perjalanan yang cukup menguras energi pun setengah berakhir. Mereka sampai di Rumah Sakit A
Baca selengkapnya
Bab 170 Keberadaanku Seperti Tak Dianggap
Kyora yang sejak semalaman ia tidak bisa tidur karena menunggu Rejho mewujudkan segala apa yang telah ia rencanakan sejak lama.Namun, ia harus menerima kenyataan bahwa ternyata Rejho bersama anak buahnya tidak berhasil membawa Endrick ke hadapannya. "KALIAN MEMBIARKAN AKU MENUNGGU, LALU KALIAN PULANG DENGAN TANGAN KOSONG!!! APA-APAAN INI, SIA-SIA AKU MEMBAYAR KALIAN SEMUA!" teriak Kyora sembari berkacak pinggang penuh amarah. Kala itu, amarah seolah telah menumpuk di kepala sampai menggunung, membuatnya tidak bisa menahan segala macam amarahnya itu. Kekecewaan terhadap para anak buahnya membuatnya muak."SEGERA OUT KALIAN DARI SINI! AKU TIDAK MAU MELIHAT MUKA KALIAN LAGI!" usirnya dengan teriakan yang begitu keras sampai terdengar ke luar. Semuanya menunduk. Mereka tidak sedikitpun berani membantah apa yang Kyora katakan. Memang benar, mereka pun sadar bahwa pekerjaan mereka tidak menghasilkan apa-apa bagi Kyora. Sedangkan, Kyora sangat mengharapkan itu dari mereka."Apa harus aku
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
131415161718
DMCA.com Protection Status