All Chapters of Neng Zulfa: Chapter 61 - Chapter 70
122 Chapters
Bab 60 - Pergi
Alim tidak pernah menduga jika semua ini akan terjadi. Kemalangan yang secara bertubi-tubi menimpa kehidupan saudara perempuannya satu-satunya. Zulfa, adik tersayangnya yang cerdas dan jelita, tetapi masih terlalu muda untuk menanggung segala derita rumah tangga—setidaknya menurutnya.Kemarin, Shodiq baru kembali ke Nurul Anwar setelah menemani Adhim melakukan perjalanan selama dua hari untuk mencari seseorang. Seseorang yang menjungkirbalikkan kehidupan Adhim dan hampir menyedot habis kewarasannya selain Zulfa, karena pada akhirnya, Adhim sepertinya berhasil menemukan seseorang yang membuatnya mengerti arti lain dari kata cinta. Ya, dia adalah Nur Walis Pelita.Keadaan Adhim sangat buruk. Sekembalinya Shodiq ke Nurul Anwar kemudian dihadapkan dengan sebuah kenyataan pahit yang menimpa Zulfa saudari sepupunya, Shodiq yang tidak bisa diam saja memutuskan menghubungi Alim setelah memikirkan keputusannya itu baik-baik.Sebenarnya Shodiq ingin mengabari Adhim
Read more
Bab 61 - Cinta Sabrina
Setelah membantu membawa Fatih untuk beristirahat di dalam kamarnya, Danang langsung keluar dari kamar Fatih dan Zulfa lalu mengajak Dewi yang masih ada di ndalem utama untuk mengikutinya guna bicara empat mata. Kedua abdi kepercayaan ndalem itu menyingkir keluar dari ndalem dan berbicara di teras sayap ndalem sebelah kanan.“Kamu yang memberi tahu keluarga ndalem Kediri soal keadaan Neng Zulfa?” tanya Danang sebagai orang yang pertama kali memulai pembicaraan di antara mereka.Dewi yang mendapat pertanyaan seperti itu langsung menggelengkan kepala, “Bukan. Bukan aku, Cak,” jawabnya. Suaranya terdengar sedikit sengau karena habis menangis.“Lalu siapa?” tanya Danang lagi yang kali ini tidak mendapat respons apa-apa dari Dewi.Sembari berkacak pinggang, Danang kemudian berjalan mondar-mandir di depan Dewi. Pikirannya berkecamuk memikirkan bagaimana bisa Alim datang ke Jombang jika tidak ada yang memberi tahu. Selain itu, Danang juga merasa khawatir
Read more
Bab 62 - Hari-hari di Kediri
Detik demi detik berlalu. Jam terus berputar. Matahari dan bulan beredar bergantian dan hari-hari rontok dari kalender di dinding ruangan. Rasanya masih sama menyedihkannya. Hati Zulfa masih remuk seperti sebelumnya dan hari-hari berjalan seolah tanpa warna. Satu bulan lebih telah berlalu sejak Zulfa meninggalkan Fatih dan kembali ke rumah orang tuanya di Kediri.Perempuan itu disambut tangis dan sedu sedan sang umi, begitu tiba di Kediri dengan kursi rodanya. Ratna menghambur memeluknya dan Kiai Hisyam, abahnya, beliau menatap Zulfa dalam diam penuh kesedihan.Zidan yang langsung diserahkan Ratna kepada seorang khodimah begitu Ratna melihat Zulfa dan Alim tiba melongo menatap Zulfa dengan raut keheranan di wajah lucu khas bayinya, mendapati Aunty Fa-nya tiba-tiba datang dengan lelehan air mata di pipi. Mungkin bocah tampan yang berusia nyaris dua tahun itu berpikir, ternyata bidadari bisa menangis juga.Zulfa tidak mungkin melupakan detail kejadian hari i
Read more
Bab 63 - Bertemu Kembali
Zulfa sudah berkali-kali mendapati pemandangan seperti ini sebelumnya, Fatih yang tiba-tiba muncul di depannya dan berdiri tidak jauh darinya.Namun, alih-alih tersenyum seperti biasa, Fatih yang kali ini menunjukkan ekspresi wajah yang seolah kelelahan.Rambut hitamnya semakin panjang—yang mana lebih panjang dari sebelumnya dan nyaris sepanjang milik Adhim saat terakhir kali Zulfa temui, dengan surai-surai rambut yang terlihat tidak tertata serta kurang rapi. Kedua manik jelaga laki-laki itu menyorot sayu di wajah tampannya yang tampak kuyu.“Cah Ayu.”Zulfa bahkan bisa mendengar dengan jelas suara husky Fatih yang memanggilnya dengan panggilan kesayangannya yang seperti biasa itu.Di tempatnya, Zulfa masih membeku.Mimpi, ilusi, bayangan, atau apa pun sebutannya untuk Fatih yang ini terlihat begitu nyata bagi Zulfa. Seolah-olah, Fatih yang sebenarnya memang benar-benar berdiri di hadapannya.Perempuan itu menghela napa
Read more
Bab 64 - Konversasi Dua Hati
Zulfa Zahra El-FazaRasanya tak terdefinisikan, saat Gus Fatih mengatakan jika ia merindukanku dan bayi yang tumbuh dalam kandunganku. Air mataku turun semakin deras setelahnya. Hatiku terasa kebas.Ia kemudian bangkit dari posisi berlututnya yang ada di depanku dan membawaku dalam pelukannya. Aku sudah tidak menolak dan membiarkan tangisku pecah sepecah-pecahnya di dada Gus Fatih.Sungguh, aku sangat merindukannya. Hangat peluknya, bau tubuhnya, dan segala sesuatu yang ada pada Gus Fatih, aku benar-benar merindukan suamiku ini.Bersama isak tangis yang keluar dari mulut dan cairan larikma yang tidak bisa berhenti luruh dari mata, hatiku yang kebas menemukan kembali perasaannya, perasaan sesak yang tak terkira namun kali ini bercampur perasaan lega karena Gus Fatih ternyata tidak melupakanku juga anak kami. Ia masih peduli terhadap kami.Mungkin, aku akan baik-baik saja jika Gus Fatih akhirnya melupakanku karena sejak awal ia tidak benar-
Read more
Bab Spesial - Wejangan Abah
Zulfa Zahra El-FazaSebelum menikah dengan Gus Fatih, Abah memanggilku untuk pergi ke kamar beliau dengan Umi saat kami masih berada di ndalem Kediri. Kami hanya duduk berdua di dalamnya.Abah duduk di sebuah sofa panjang dalam ruangan dan beliau mengizinkanku untuk duduk di sampingnya. Percayalah, hari itu adalah pertama kalinya bagiku melihat kedua netra Abah yang berkaca-kaca menatapku.Abah memelukku, menciumi wajahku kemudian memberikan petuah yang selamanya akan kuingat dalam hidupnya. Kupegang, dan sebisa mungkin kujalankan.Hari itu aku sadar, bagaimana besarnya rasa cinta dan sayang yang dimiliki seorang ayah kepada putrinya. Abah … beliau mengajariku arti cinta yang belum pernah kudapat dari siapa pun selainnya.***Nduk, Zulfa ....Menikah itu bukan tentang sekadar meraih kebahagiaan dalam kebersamaan saja. Tidak. Namun, juga tentang niatnya. Jika niatmu hanya itu, maka tidak akan pernah kamu mendapatkannya, k
Read more
Epilog - Cinta Sejati
Jika Fatih diberi pertanyaan apakah dirinya mencintai Zulfa. Maka, ya, Fatih mencintainya. Fatih sangat mencintai perempuan yang usianya lebih muda empat tahun darinya itu. Zulfa adalah kesayangannya, perempuan yang mengobati luka hatinya karena penolakan Sabrina, istrinya, juga perempuan yang sekarang sedang mengandung anaknya. Zulfa adalah kecintaannya. Mungkin Fatih pernah ragu akan perasaannya dulu. Namun, tidak lagi sekarang. Fatih yakin dan sadar, jika di dunia ini hanya Zulfa yang Fatih inginkan.“Apakah dia selalu seperti ini, Cah Ayu?” gumam Fatih lirih sembari menjauhkan tubuhnya dari Zulfa tanpa melepas pelukan mereka.Zulfa langsung mendongakkan kepala guna melihat wajah Fatih dengan dahi yang sedikit mengernyit. “Dia? Dia siapa Mas?” tanyanya dengan suara yang masih sengau. Belum mengerti, dia siapa yang Fatih maksud di sini.Fatih mengulas senyuman lantas membawa sebelah tangannya ke atas perut Zulfa. “Anak kita,” jawabnya.Zulfa lan
Read more
Extra Chapter 1/7
“Kamu yakin dengan keputusan kamu?” tanya Fatih.“Iya, Mas. Zulfa yakin.”Fatih langsung mendesah. “Kenapa?” tanyanya.Zulfa menundukkan kepala.“Mas mohon jangan pergi. Kamu tidak harus melakukan ini, Cah Ayu.”Ada jeda selepas itu.“Zulfa tahu, Mas,” balas Zulfa pada akhirnya. “Tapi Zulfa mohon izinkan Zulfa pergi. Ini permintaan pertama Zulfa pada njenengan. Tolong Mas izinkan.”Fatih menatap perempuan yang ada di hadapannya dengan tatapan nanar. Laki-laki bersurai gelap itu mendesah. Dadanya benar-benar terasa sesak sekarang, seperti dihimpit oleh ribuan batu.Setelah apa yang mereka lewati, kenapa situasi yang tak terduga harus mereka hadapi? Seolah-olah, bahagia alergi berlama-lama menetap untuk mereka.Fatih berlutut di depan Zulfa yang sekarang duduk di atas ranjang kamar mereka, meraih tangan kanannya dan menggenggamnya erat.“Zulfa,” lirihnya menatap wajah cantik istrinya itu. “Kita b
Read more
Extra Chapter 2/7
Sekesal-kesalnya Fatih pada Zulfa, laki-laki itu tidak bisa berlama-lama marah kepadanya. Sejak perbincangan terakhir mereka yang membuat Fatih meninggalkan Zulfa sendiri di dalam kamar, Fatih terus menyibukkan diri dengan urusan pesantren. Ia tidak kembali ke ndalem sama sekali karena tidak ingin melihat Zulfa kemudian meluapkan kemarahannya di depan istrinya itu.Fatih memang kecewa dengan keputusan dan permintaan Zulfa, tetapi Fatih tidak bisa menolaknya karena Zulfa yang menginginkannya. Sekali lagi, Fatih benar-benar mencintainya. Fatih tidak ingin Zulfa bersedih dan menangis lagi karenanya. Ya, meski pada kenyatanya ia telah membuat Zulfa menangis lagi tadi. Namun, mau bagaimana lagi, Fatih benar-benar kesal karena Zulfa yang seolah tidak memedulikan kebahagiaannya sendiri dan lebih mementingakan kebahagiaan orang lain.Perempuan itu sangat baik.Fatih terpaksa meninggalkan Zulfa yang menangis sendirian di kamar mereka karena Fatih tidak mau dirinya
Read more
Extra Chapter 3/7
Zulfa Zahra El-FazaJika Gus Fatih mengira aku sudah tidur, dia salah. Aku tidak tidur. Mataku memang terpejam, tapi aku tidak benar-benar terlelap sama sepertinya.Sejak tadi aku bisa merasakan Gus Fatih yang berulang kali mencium kepalaku. Menyelipkan hidungnya di antara surai-surai rambutku juga dirinya yang semakin erat memelukku. Beberapa kali aku juga merasakan hidungnya yang bergesekan dengan leherku. Aku bisa merasakan semuanya. Napas hangatnya, juga air matanya.Sama seperti Gus Fatih, aku juga masih terjaga.Saat Gus Fatih dengan hari-hati melingkarkan tangannya di perutku dan kembali menciumi puncak kepalaku, aku semakin bersusah payah menahan isakku. Gus Fatih tidak boleh tahu jika aku masih bangun dan ikut menangis bersamanya.Malam ini adalah malam terakhir kami. Malam perpisahan kami. Tentu saja aku juga merasa sedih.Air mataku tidak bisa kutahan. Untung saja aku dan Gus Fatih tidak saling berhadapan. Setelah maka
Read more
PREV
1
...
56789
...
13
DMCA.com Protection Status