All Chapters of SUKSESNYA ISTRI YANG DIREMEHKAN: Chapter 21 - Chapter 30
43 Chapters
Bab 21. Bagaikan Pasangan Harmonis
Disinilah aku sekarang. Setelah dua tahun bercerai dengan mas Raka, aku masih setia dengan keputusanku untuk tidak menikah lagi. Aku fokus mengurus Kalila dan pekerjaanku. Selama dalam masa tahanan mas Raka hilang kontak dengan kami. Entah bagaimana kabarnya sekarang, apakah sudah bebas atau masih mendekam di dalam jeruji besi. Dia tidak pernah menafkahi anakku sampai usia Kalila saat ini sudah menginjak diangka dua tahun empat bulan. Mengenai pak Aslan, setelah penolakan malam itu, beliau sudah mulai banyak berubah. Tidak lagi banyak berbicara, juga sering menghindar setiap kali kami berpapasan. Begitu juga jika ada pekerjaan dikantor yang memaksakan kami harus mengerjakan bersama, pak Aslan lebih memilih menghubungiku melalui telpon seluler atau melalui asisten pribadinya. Bagiku itu lebih baik, aku juga merasa tidak enak jika pak Aslan terlalu dekat dan mencampuri urusanku. Bukan sok cantik, tapi seperti yang aku katakan tadi. Aku ini seorang janda, yang selalu dipandang sebelah
Read more
Bab 22. Kalila Rindu Papa
"Papa, jangan pergi!" Kalila menarik tangan pak Aslan ketika lelaki berhidung mancung hendak keluar rumah."Gak boleh gitu, Nak. Pak Aslan harus pulang." ujarku menenangkan Kalila."Papa, Ma! Bukan pak Aslan!" Teriak anakku histeris. Belum selesai aku berbicara dia sudah duluan memotong pembicaraanku. Mungkin efek dari kecapaian sehingga membuat dia menjadi tantrum."Besok Papa kemari lagi ya, Nak. Papa harus ke kantor dulu. Cari duit biar kita bisa jalan-jalan lagi kayak tadi!" Janji pria dua puluh sembilan tahun itu seraya mengelus pucuk kepala anakku. Gara-gara Kalila menabrak pak Aslan jadinya semakin ribet dan susah untuk menjauhkan lelaki itu dari hidupku."Janji ya? Gak boleh bohong." Kalila menautkan jari kelingkingnya ke jari kelingking pak Aslan. Beliau tersenyum melihat kecerdasan anakku. Usianya masih dua tahun empat bulan tapi cara berbicara bagaikan anak usia lima tahun."Iya. Papa janji!" Pak Aslan terpaksa menyebut dirinya sebagai papa karena Kalila menganggap lelaki b
Read more
Bab 23. Kalila Demam
"Kalila demam?" tanya Ratih dengan suara serak khas orang bangun tidur. Aku mengangguk merespon pertanyaan sepupuku itu. Dengan tergesa-gesa Ratih melangkahkan kakinya menuju ke kamar kami. "Pa ..." Kalila masih saja memanggil-manggil papanya. Aku dan Ratih saling pandang, beberapa detik kemudian Ratih mengangkat Kalila dan menggendongnya. "Kita bawa ke rumah sakit, sekarang!" titahnya. Tanpa berfikir dua kali aku langsung meraih jilbab instan dan memakainya. "Demamnya tinggi banget, Ris! Cepat dikit. Aku takut anakmu step!" Benar sekali apa yang diucapkan Ratih. Pernah aku baca disebuah artikel, jika anak belum genap lima tahun akan rawan kejang-kejang jika panas tinggi. Gegas aku menuju ke garasi dan mengeluarkan mobil. Jam di dinding menunjujkan diangka tiga dini hari. Sengan keberanian yang aku punya, akhirnya kami keluar membawa Kalila ke rumah sakit. Sampai dirumah sakit, Ratih segera membawa Kalila ke ruang Unit Gawat Darurat. Aku ikut menyusul dari belakang. "Suster, to
Read more
Bab 24. Pak Aslan
Saat ini Kalila sudah bisa dibawa pulang. Anakku tidak demam lagi dan sudaha mulai ceria lagi. Kata dokter demamnya bukan karena ada penyakit tertentu. Namun, ada keinginan dia yang belum terpenuhi. Aku jadi berfikir sendiri, keinginan apa yang belum aku penuhi? Lagi pula Kalila tidak pernah meminta apa-apa padaku. "Kamu kerja hari ini, Ris?" tanya ibu tatkala melihat aku bersiap-siap mau ke kantor. "Iya, Bu. Risma sudah lama libur kerja. Kerjaan pasti sudah semakin menumpuk!" ujarku seraya membenahi bentuk jilbab segi empat yang aku pakai. "Tidak bisa kah kamu libur sehari lagi, Nak?" tanya ibu dengan nada memohon. "Kenapa, Bu. Kalila kan sudah sembuh? Lagipula ada mbok Sri yamg menemaninya!" tanyaku pada wanita lima puluh tahun itu. "Bukan itu masalahnya, Nak. Ibu masih kangen sama kamu. Kita belum selesai berbicara masalah yang ibu bilang tadi malam kan?" jawab dan tanya ibu seraya memasangkan bros dijilbabku. Sejak kecil ibu yang selalu memperhatikan penampilanku. Jika tid
Read more
Bab 25. Menikahlah Dengan Saya
Setelah perjumpaan dengan mas Raka tadi pagi, aku berharap tidak akan berjumpa lagi dengan manusia tak berhati itu.Padahal anaknya baru saja keluar dati rumah sakit dan sangat merindukan sosok ayahnya. Tetapi ayahnya jangan menjenguk anaknya, bertanya kabar saja tidak pernah.Heran, bukannya nanya bagaimana perkembangan Kalila malah bertanya apa aku sudah menikah atau belum. Memang kalau aku belum menikah, apa akan merugikan dia? Enggak 'kan?Meeting hari ini dibatalkan karena ada sesuatu hal yang tidak bisa dijelaskan. Aku juga tidak menanyakan apa sebabnya sama pak Aslan. Untuk berjumpa dengannya saja aku sudah sangat malu. Bagaimana tidak. Dia mengatakan punya mas Raka sebesar kelingking bayi makanya tidak enak saat berhubungan denganku. Tuhan ... kalau mengingat itu, aku sangat malu. Apalagi aku janda dan pak Aslan duda.Selama seminggu tidak masuk kerja, pekerjaanku dikantor jadi menumpuk. Aku mengerjakan tanpa mengenal lelah. Hingga tak terasa waktu sudah menunjukan diangka ti
Read more
Bab 26. Keluarga Aneh
"Hama?" tanyaku penasaran. Pak Aslan menyebutkan mantan suamiku dan keluarganya sebagai hama. Betul juga sih. Mereka selalu saja suka mengganggu kemana saja aku pergi."Iyalah. Kalau bukan hama apalagi yang pantas dijuluki untuk keluarga mantan kamu?" Aku tersenyum mendengar pak Aslan berbicara. Lelaki berlesung pipi itu sekali-kali menatap kearahku.Sesampai dihalaman rumah aku dikejutkan dengan pemandangan yang menurutku aneh.Dirumahku ada acara apa ya? Kok ramai sekali? Apa ini berkaitan dengan Ratih pulang cepat tadi siang ya?"Ada acara apa rame-rame dirumahmu, Ris!" tanya pak Aslan dengan wajah penasaran tatkala melihat banyak mobil pribadi berjejer dihalaman rumahku. Ada sekitar empat mobil terparkir disana."Gak tau, Pak!" jawabku seraya melepaskan seatbelt."Masak kamu gak tau?" tanyanya heran. Aku juga heran, mengapa sebagai anggota keluarga tidak diberitahu jika dirumah ada acara."Coba Saya lihat dulu! Bapak mau masuk atau langsung pulang?" tanyaku pada lelaki berhidung m
Read more
Bab 27. Ratih Dilamar
"Darimana ibu bisa kenal sama keluarga Kusno itu sih? Risma gak suka pria macam itu. Gak menghargai wanita sedikitpun." tanyaku pada ibu saat kami sedang makan malam bersama. Saat ini Kalila sudah tidur jadi aku bisa leluasa berbicara dengan ibu. "Dikenali sama ibu-ibu arisan. Ibu pikir apa salahnya dicoba!" jawab wanita yang telah melahirkanku kedunia ini dengan polosnya. "Astagfirullah. Masalah jodoh kok mau coba-coba! Kayak gak laku aja Risma, Bu!" ujarku. Jelas aku tersinggung diperlakukan begitu, apa disangka aku tidak laku. Padahal bukan tidak ada yang mau menikahi dengan diri ini tetapi aku berfikir seribu kali jika ingin mencari pengganti mas Raka. Aku tidak mau menikah dengan pria yang tidak menginginkan anakku, seperti orang tua ustaz Kusno. Kemana Kalila akan pergi jika tidak ikut ibunya? Apa mereka tega melihat anakku terlunta-lunta dijalan tanpa orang tua? Tidak ... tidak bisa begitu. Sampai kapanpun aku tidak ingin berpisah dengan Kalila apalagi dia masih sangat kecil
Read more
Bab 28. Diterima
"Siapa yang menghubungi pak Aslan. Kamu ya, Rat?" tanyaku pada wanita berhidung mancung itu. Dia cengengesan kayak kuda nil. Sudah bisa kupastikan bahwa Ratihlah tersangkanya."Mama, Papa pulang!" Ya Tuhan ... anakku bikin malu saja. Masak katanya papanya pulang. Sejak kapan pak Aslan menjadi papanya."Sini!" Pak Aslan menggendong bocah dua tahun itu seraya menciumnya. Kuakui hati Kalila dan juga hati ini sudah dicuri oleh duda beranak satu itu. Tapi aku bisa apa?"Ma, sini!" Kalila menarik tanganku untuk duduk disebelah pak Aslan."Keluarga yang harmonis!" Diam-diam Ratih memfoto kami bertiga. Kalila dipangkuan pak Aslan dan aku duduk disebelah kirinya."Udahlah, Pak. Kalian jadian aja. Kasian nanti. Aku menikah dengan mas Arkan, Risma masih saja menjomblo!" tukas wanita dua puluh enam tahun itu."Aku sih oke-oke aja. Risma aja yang gak mau!" Pak Aslan ikut menimpali. Mereka mengerjai aku."Jual mahal dia Pak. Sebenarnya Risma cinta mati sama Bapak!" ejek Ratih membuat aku malu. Mung
Read more
Bab 29. Lamaran
Aku sangat bahagia saat mendengar perkataan yang terucap dari bibir mungil wanita nyang selalu hadir dalam mimpiku. Hatiku berbunga-bunga tatkala mendengar wanita dua puluh enam tahun itu bersedia menjadi istriku. Sekian lama aku menunggu jawabannya akhirnya berita ini sampai juga ketelingaku."Pak, Saya bersedia menjadi istri Bapak!" Aku ingin berjingkrak-jingkrak kesenangan tetapi demi menjaga wibawa semua itu aku pendam sendiri dalama hati."Ya udah, malam besok orang tua saya datang kemari untuk melamarmu dan menetapkan tanggal pernikahan kita!" Sekian lama menduda akhirnya aku bisa juga jatuh cinta lagi pada janda beranak satu itu. Aku tidak menyadari sejak kapan aku sudah mulai menyukai wanita berkulit putih susu itu. Wanita cantik bermata sipit dan juga berhati lembut. Bodoh sekali Raka meninggalkan ibu ati Kalila itu. Bagaikan membuang berlian demi mendapatkan batu nisan.Apa yang bisa dibanggakan dari wanita seperti Rita istri dia saat ini? Kalau Raka mengetahui bagaimana se
Read more
Bab 30. Penentuan Hari Pernikahan
"Maksud kedatangan kami kemari hendak melamar anak ibu dan bapak!" ujar seorang pria yang memiliki wajah sangat mirip dengan pak Aslan. Aku sangat yakin bahwa beliau itu ayahnya pak Aslan."Saya sih terserah anaknya, Pak. Kalau memang mereka sudah saling mencintai, kita bisa apa?" jawab ayahku seakan pasrah."Gimana Aslan. Kamu betul mau menikah dengan nak Risma?" Kembali sang wanita berkerudung merah menanyakan kepastiannya sama pak Aslan. Eh mas Aslan. Beliau ibunya lelaki kembar itu."Bagaimana pula tidak betul, Ma. Aneh-aneh aja. Kalau bisa sekarang aja pun Aslan sudah siap." jawab pak Aslan disambut tawa anggota keluarga yang datang melamar malam ini."Enak saja kamu mau menikahi anak orang secara gratis." seru calon ibu mertua. Nampaknya beliau wanita yang lembut dan suka humor. Nampak sekali keakraban diantara mereka."Siapa bilang gratis. Mama jangan main fitnah deh. Aslan sudah menyiapkan mahar jauh-jauh hari. Kalau gak percaya, nih!" Pak Aslan mengeluarkan kotak berisi perhi
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status