All Chapters of Benih Rahasia Yang Kau Sia-Siakan: Chapter 71 - Chapter 80
139 Chapters
Bab. 71.
"Bagaimana Pak, apa Pak Bandi berhasil membujuk Kiara untuk bekerja di sini kembali?"Tetapi pak Bandi hanya menggeleng yang membuat Aland lemas seketika, dia mengira kalau wanita itu masih kesal kepadanya, oleh karena itu Kiara menolaknya.Padahal hari itu juga Aland berharap kalau pak Bandi datang bersama dengan wanita itu, tapi ternyata manager itu datang dengan tangan kosong tanpa membuahkan hasil.Aland tidak sepenuhnya menyalahkan pak Bandi karena semua keputusan ada di tangan Kiara sendiri."Mungkin Kiara masih kesal padaku! Ya sudah kalau dia tidak mau. Tidak apa-apa, perusahaanku bisa berjalan tanpa sekretaris.""Nona Kiara tidak menolaknya, Pak! Dia hanya akan minta izin dulu sama kedua orang tuanya. Apalagi mereka berdua yang harus menjaga anaknya, bukan?""Jadi Kiara...!"Sedikit senyum mengembang di bibir Aland, ucapan pak Bandi berarti masih ada harapan Kiara untuk bekerja di kantornya lagi.""Saya
Read more
Bab. 72.
"Satya, apa kamu siap ikut Kakak menemui Pak Aland? Managernya bilang kalau hari ini dia mengajak ketemu untuk mengembalikan uang Kakak.""Siap, kenapa nggak!" ujarnya tanpa beralih pandang dari ponselnya."Tapi Kakak mau kamu bujuk dia supaya meneruskan, bukan membatalkan! Kamu tau kan apa maksud Kakak?""Memangnya aku nggak pernah melakukan ini sebelumnya?""Kakak nggak perlu khawatir! Akan ku buat Pak Alandmu itu kembali melanjutkan keras samanya."Dengan sombongnya Satya mengatakan itu, padahal dia sendiri belum tau dan belum pernah melihat siapa Aland yang sebenarnya.Beberapa kali berhasil meyakinkan klien membuat dia sangat percaya diri, dan berfikir kalau Aland hanya sama seperti mereka.Profesinya bukan hanya sekedar Direktur, tapi Satya lebih mirip seperti pengacara pribadi untuk Kakaknya. Nasya.Begitu juga dengan Nasya sendiri yang begitu percaya dengan adiknya itu. Dia yakin kalau Satya pasti bisa m
Read more
Bab. 73.
"Selamat siang, Pak! Ini Nona Kiara menghadap anda.""Permisi, Pak."Alan yang semula pura-pura sibuk dengan laptop di meja kerjanya, seketika mendongakkan wajahnya saat Kiara sampai di hadapannya."Selamat datang kembali di kantor saya Kiara, apa kabar? Bagaimana kondisi Ibumu, apa sudah baik-baik saja?""Kabar saya baik, Pak. Begitu juga dengan Ibu saya, dia pun baik-baik saja.""Syukurlah?""Oh iya, saya lupa! Saya mau mengucapkan terima kasih untuk Pak Aland yang sudah membantu saya dan Ibu selama di rumah sakit! Bapak juga sudah membayar semua biaya rawat Ini. Sekali lagi, terima kasih, Pak.""Maksud kamu? Aku tidak melakukan apa-apa!"Degh!"Ba-Bapak jangan becanda! Bapak kan yang memindahkan Ibu saya ke ruang VIP? Dan Bapak juga yang membayar biaya rumah sakit Ibu saya?""Tidak! Aku tidak melakukan itu semua, Kiara!""Astaga, kalau bukan Bapak, lalu siapa?" gumam Kiara lirih sam
Read more
Bab. 74.
"Itu dia Pak Aland datang! Akhirnya dia datang juga, Satya!"Nasya terlihat begitu senang saat sebuah mobil yang di yakini milik Aland mulai memasuki area parkiran restoran.Setelah menunggu cukup lama, bahkan mereka sempat memesan minuman dingin yang kini sudah tak dingin lagi gara-gara lama menunggu.Mereka seketika berdiri untuk menyambut kedatangan direktur itu.Satya mengucek matanya saat melihat siapa yang turun dari mobil memastikan kalau orang tersebut adalah orang yang dia hina tempo hari di rumah sakit.Berharap kalau itu tidak benar, akan tetapi pandangannya tak mungkin salah kalau itu memang benar-benar laki-laki cacat yang duduk di kursi roda.Begitu juga dengan Nasya yang membelalakkan matanya saat melihat siapa yang menemani Aland.Dia berfikir bukankah Kiara sudah di pecat dari perusahaan itu, tapi kenapa sekarang ada bersamanya. Bersama seorang yang dia suka."Kiara! Kenapa Kiara...!" gumam Nasy
Read more
Bab. 75.
"Semua ini gara-gara kamu! Coba saja kamu bicara tanpa emosi, pasti Pak Aland mau kerja sama dengan Kakak.""Ya udah sih! Lagian Kakak udah dapat ganti banyak dari si direktur angkuh itu!"Kasak kusuk mereka pulang terdengar sampai ke dalam di mana Kezia sedang duduk santai dengan ke dua mertuanya itu.Sikap kedua mertuanya itu sangat lembut dan penyabar tapi kenapa tidak ada satu pun yang meniru pada anaknya yang begitu egois dan keras kepala seperti Nasya dan Satya.Mendengar suaminya pulang, Kezia pun menghampiri Satya yang duduk di sofa ruang tamu dengan wajah yang masih kesal sambil melepas dasinya sedikit kasar."Mas, kamu sudah pulang?"Satya hanya melirik kesal pada Kezia tanpa menjawab pertanyaannya."Kalian kenapa? Kenapa pulang-pulang wajah kalian suntuk seperti itu?""Semua ini gara-gara Adik kamu! Aku jadi gagal kerja sama sama Pak Aland!"Justru Nasyalah yang menjawabnya dengan ketus dan S
Read more
Bab. 76.
"Kiara! Kiara di mana kamu!"Teriak Kezia dari luar begitu lantang sampai terdengar ke dalam dimana ibunya sedang memasak di dapur.Suara yang begitu keras membuat bu Marwah terpaksa mematikan kompornya sesaat dan menghampiri anaknya itu."Kezia, ada apa kamu teriak-teriak memanggil Kiara! Dia belum pulang kerja!""Ibu tau kenapa aku kesal padanya? Kiara bikin ulah yang membuat suami dan iparku kesal, Bu!""Maksud kamu? Ibu nggak percaya! Kiara tidak mungkin berbuat jahat pada siapa pun termasuk suami dan ipar kamu itu.""Aku tidak ada urusan sama Ibu! Yang aku cari itu Kiara, mana dia?""Astaga, bukan kah Ibu sudah mengatakan kalau dia belum pulang kerja? Masa kamu nggak percaya sama Ibu!"Baru selesai ibunya berbicara, terlihat sebuah taksi yang berhenti di depan rumah mereka.Kezia membuka matanya lebar-lebar saat melihat Kiara yang turun dari taksi tersebut dengan dandanan formal. Karena yang Kezia
Read more
Bab. 77
Pak Susanto dan bu Marwah siap mendengarkan apa yang akan disampaikan oleh Kiara.Mereka berfikir sepertinya ada hal penting yang mau Kiara bicarakan, dan berharap bukan hal buruk yang akan dibicarakan."Ada apa Ki? Kamu membuat Ibu takut saja!""Eh, tidak! Apa yang perlu ditakutkan, Bu! Aku cuma mau bilang kalau yang membayar total biaya rumah sakit dan yang memindahkan Ibu ke ruang VIP, ternyata bukan Pak Aland."Degh!Padahal Kiara sudah mengatakan pada ayah dan ibunya kalau kemungkinan besar yang melakukan itu adalah Aland.Pasalnya tidak ada yang tau selain dia kalau bu Marwah di rawat di ruangan itu. Pak Susanto dan bu Marwah saling pandang sesaat. Pernyataan Kiara membuat mereka semakin khawatir."Kalau bukan Pak Aland, lalu siapa, Kiara?" tanya bu Marwah dengan wajah memucat."Aku juga nggak tau, Bu. Pak Aland bilang tidak tau menahu tentang semua itu! Mungkin ada orang lain yang berniat membantu Kita,
Read more
Bab. 78.
"Mas Satya jahat! Aku kecewa sama dia!""Nggak!"Sempat Kezia berhenti di samping mobil yang biasa dia gunakan, tetapi mengingat mobil itu pemberian dari suaminya, dia memutuskan untuk pergi tanpa membawa barang apa pun darinya.Sambil menangis dia berjalan menyusur trotoar jalan raya, tak perduli dengan kemungkinan yang bisa terjadi padanya. Penghinaan itu terasa sangat menyakitkan baginya.Bagaimana mungkin Satya diam saat saat Nasya mengusirnya, lalu untuk apa dia memanggil pada saat Kezia pergi."Memang benar apa yang di katakan oleh Ayah, mereka memang egois! Mereka tak pernah tau bagaimana perasaanku selama tinggal di sana."Setelah tangisnya mereda, Kezia baru menyadari kalau jarak dirinya kini telah jauh dari sana sini, jauh dari rumah Satya, jauh pula dari rumah ayahnya.Melihat kanan kiri jalan yang terlibat sepi membuat dia semakin bergidik ngeri."Ya Tuhan, aku harus kemana sekarang! Tidak mungkin ak
Read more
Bab. 79.
"Turun! Turun sekarang!""Eh, apa kamu nggak mau turun untuk menemui pacar kamu di dalam.""Kenapa kamu banyak sekali bicara, aku bilang turun!"Terpaksa Aland sedikit membentak saat mereka sampai di depan rumah pak Susanto.Melihat sikap Kezia yang seolah ingin mengajaknya akrab justru membuat Aland muak, apalagi mengingat ucapannya, rasanya ingin segera menjauh dari wanita ini.''Iya, iya, aku turun! Dasar calon Adik Ipar sombong! Nggak sopan!"Brak!Bahkan Kezia menutup pintu mobil Aland dengan sangat keras yang membuat dada Aland bergemuruh kesal, tapi dia tahan sebisa mungkin dengan cara memejamkan mata sambil menarik nafas panjang.Mobil itu segera tancap gas pergi dari tempat itu.Tok! Tok! Tok!"Buka!""Buka ini aku Kezia!"Beberapa kali ketukan pintu terdengar sampai ke dalam, Kiara yang sedang berkumpul dengan anak dan kedua orang tuanya, memastikan bahwa memang ada
Read more
Bab. 80.
"Ayah, aku dan Reza berangkat sekarang! Nanti Ayah tolong jemput Reza seperti biasanya ya Yah.""Kamu tidak perlu khawatir, Nak! Reza akan dengan Ayah dan Ibu di rumah, iya kan Za!"Anak kecil itu hanya tersenyum sambil mengangguk.Selesai sarapan pagi Kiara seperti biasa mengantar Reza untuk sekolah sebelum berangkat ke kantor.Walau terkadang situasi sekolah masih sepi, tapi Kiara harus bisa membagi waktu untuk memperbaiki kinerjanya di kantor.Baru saja dia bangun dari duduknya dan menggandeng tangan mungil Reza yang menggendong tas ransel bergambar Doraemon.Tiba-tiba Kezia bersuara sambil mengunyah makanannya. Wanita yang duduk sambil mengangkat satu kakinya ke atas seolah ada sesuatu yang belum sempat dia ucapkan sebelumnya."Heh, Kiara! Salam buat pacar kamu itu! Bilang makasih padanya karena semalam mengantar Kakak pulang!"Rasanya Kiara malas untuk menjawab ucapan Kezia."Iya, nanti aku sampaik
Read more
PREV
1
...
678910
...
14
DMCA.com Protection Status