All Chapters of Benih Rahasia Yang Kau Sia-Siakan: Chapter 91 - Chapter 100
139 Chapters
Bab. 91.
"Hai jagoan kecil, sedang apa kamu di sini sendirian?"Kelas sekolah Reza di bubarkan karena semua gurunya ada kegiatan bersama. Pihak guru sudah memberitahu pada semua wali murid untuk menjemput anaknya.Namun kini tinggal Reza yang duduk sendirian di depan sekolahan menunggu siapa yang akan menjemputnya. "Aku sedang menunggu Opa, Om ini siapa?"Semula wajah Reza terlihat takut pada orang yang tidak dia kenal. "Kamu nggak perlu takut! Om ini bukan orang jahat! Om ini teman Ibu kamu, Kiara.""Teman, Ibu?""Iya, teman Ibu. Bagaimana kalau kita menunggu sambil makan Ice cream di kedai sana."Ice Cream merupakan makanan favorit untuk Reza yang tidak bisa dia tolak.*****"Yah, hari ini biar aku saja yang jemput Reza."Tepatnya hari Sabtu sekitar pukul 10 pagi Kiara mencegah ayahnya untuk menjemput Reza seperti biasanya.Dia sengaja memanfaatkan hari liburnya untuk menghabiskan
Read more
Bab. 92.
"Sayang, sudah lama kita berumah tangga! Aku rasa benar apa yang di katakan oleh mereka, tidak ada salahnya kalau kita periksakan kesehatan kita di rumah sakit!"Kezia ragu saat Satya mengajaknya untuk periksa, tetapi apa yang sudah Satya berikan membuat dia tidak bisa untuk menolaknya."Periksa, Mas?""Iya, apa salahnya kita periksa, kalau memang tidak ada masalah, mungkin memang Tuhan menyuruh kita untuk lebih bersabar.""Ya-sudah, kapan kita ke rumah sakit?" tanya Kezia ragu."Sekarang! Mumpung aku tidak ada kerjaan hari ini"Mau tidak mau Kezia menuruti apa yang suaminya katakan.Serangkaian pemeriksaan telah dilakukan kini tinggal menunggu hasil cek dari dokter."Bagaimana Dokter, apa keadaan kami baik-baik saja?" Kezia terlihat gelisah menunggu hasil tes itu.Terlihat Satya yang jauh lebih santai karena sudah terbukti dia bukan laki-laki impoten.Dokter menarik nafas sebelum mengatakan ha
Read more
Bab. 93.
Tok! Tok!"Masuk!""Selamat siang, Pak! Pak Aland bilang hari ini ada yang mau di bicarakan. Apa, Pak?"Sebelum jam pulang Kiara menyempatkan ke ruang atasannya karena sedari tadi dia menunggu, Aland tidak kunjung memanggilnya."Kamu duduk!"Dengan ragu, Kiara duduk di sofa yang di tunjuk oleh Aland."Besok lusa, saya mau kamu yang temani ke Itali!""Aku?" Kiara terkejut."Iya kamu! Bukankah kamu itu sekretarisku? Jadi kamu harus ikut kemana pun aku pergi!"Kiara tersenyum kecut, dia sedikit tidak yakin apakah orang tuanya bakal mengizinkan? Pasalnya yang dia tau kalau ayahnya tidak suka dengan Aland."Kenapa? Kamu keberatan?""Oh, tidak, Pak! I-iya, Pak sa-saya bersedia!" pekik Kiara terbata."Bagus! Besok kamu free, lusa pagi sekali kita berangkat dari sini.""I-iya, Pak. Em, kalau begitu saya pulang dulu, Pak."Aland mengangguk, tetapi dia kembali memanggi
Read more
Bab. 94.
"Orang tuaku tinggal di Prancis, Iya, aku hanya tinggal dengan Bik Inah dan Pak Diki di sini." bu Marwah mengangguk."Apa yang sedang kalian bicarakan, kelihatannya seru sekali?" Kiara keluar setelah mandi.Dia terlihat begitu segar dengan rambut basahnya. Sesekali Aland mencuri pandang dan mengagumi dalam hati kalau sekretarisnya ini memang tidak buruk."Oh iya, Bapak, Ibu apa yang mau saya bicarakan dengan kalian!" Kiara mengerutkan alisnya.Mata mereka sempat saling pandang dengan hati Kiara yang bertanya-tanya apa yang mau di katakan oleh atasannya itu."Silahkan, Nak Aland apa yang mau di katakan?" Perlahan pak Susanto mulai beradaptasi dengan pengusaha muda yang semula dia anggap sombong ini."Lusa saya minta izin Kiara untuk menemani ke Itali! Ada perusahaan cabang yang harus aku datangi di sana."Bu Marwah dan pak Susanto saling pandang sesaat.Perasaan khawatir itu ada, tetapi mereka berusaha percaya me
Read more
Bab. 95.
"Den, ini Bibik buatkan kopi susu hangat untuk Aden!""Hem, terima kasih, Bik."Bik Inah menghampiri Aland di ruang kerjanya.Majikannya itu terlihat sedang memandangi vidio di laptopnya dengan wajah sumringah.Samar-samar suara wanita marah-marah terdengar dari vidio tersebut yang membuat Bik Inah penasaran."Sepertinya sekarang Aden sedang bahagia, ada apa? Boleh Bibik tau?""Apaan sih Bik!" Sarkas Aland malu-malu."Bibik bisa lihat kalau akhir-akhir ini Aden begitu bersemangat! Bibik senang kalau melihat Aden seperti ini!"Aland hanya melirik sesaat pada asisten rumah tangganya itu."Vidio siapa itu, Den? Sepertinya seorang wanita?""Bibik! Nggak usah kepo. Ini bukan siapa-siapa dan Bibik nggak perlu tau!""Ya sudah kalau Aden nggak mau cerita. Bibik akan kasih tau Tuan dan Nyonya kalau putranya kini sedang jatuh cinta.""Bibik!" bentak Aland sambil bercanda, mereka memang
Read more
Bab. 96.
"Apa maksud kembalikan anak'ku. Jawab?""Ma-maksud kamu? Satya pura-pura tak mengerti."Kamu mabuk dan mengigau! Mengatakan kembalikan anak'ku ku! Apa maksudnya itu, Mas?"Pertanyaan Kezia seperti sedang mengintimidasi. Terlihat Satya yang kesulitan mencari alasan."Astaga Key! Aku mabuk, jadi aku nggak sadar dengan apa yang aku ucapkan! Kamu tidak perlu memperpanjang masalah!""Oh gitu? Ok, aku akan selidiki apa maksud dari ucapan kamu itu! Tidak mungkin ada asap kalau tidak ada api, Mas!"Di rumah yang begitu besar tampak sepi penghuni, hanya terdengar keributan dari pasangan suami istri itu."Awas saja, kalau ternyata kamu menyembunyikan sesuatu dariku, Mas! Awas saja.""Ah, sialan! Kenapa aku harus mengatakan itu!" Satya bicara dalam hati sambil melirik Kezia tanpa sepengetahuannya."Terserah kamu saja Key! Aku sudah muak dengan kamu istri yang tidak bisa memberiku seorang anak!""Mas!" ter
Read more
Bab. 97.
"Mamah, Papah!"Bu Citra dan pak Hans menoleh ke belakang dimana Satya berlari begitu panik melihat kondisi mereka."Satya! Satya Kakakmu, Nak! Kakakmu mengusir kami dari sini!.Wajah Satya spontan memancarkan kemarahan pada kakaknya, masalah di rumah cukup membuat dia pusing, dan ketika dia menginjakkan kakinya di rumah orang tuanya.Satya harus melihat kejadian yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya."Brengsek!""Kak Nasya! Kak Nasya buka!"Brak!Brak!Brak!"Kak Nasya buka pintunya!"Tapi tidak ada jawaban sama sekali darinya. Sempat Satya berfikir untuk mendobrak pintu itu, tetapi pintu itu di buat sangat kokoh dan itu tidak mungkin dia lakukan."Kak Nasya buka pintunya!" Beberapa kali Satya menggedor-gedor pintu tidak juga Nasya buka.Dia yang kini sedang duduk dengan santainya sambil mengangkat kedua kakinya di atas meja, Nasya sebenarnya mendengar teriakan
Read more
Bab. 98.
"Kiara, kamu sudah siap, Nak?" Pagi-pagi sekali pak Susanto membantu Kiara menyiapkan segala sesuatunya.Sebuah koper berukuran sedang dia siapkan berisi barang-barang penting di dalamnya. "Aku sudah siap, Ayah.""Kiara pamit, Ayah, Ibu. Tolong kalian baik-baik di sini. Jaga Reza juga untuk'ku.""Kamu tidak perlu khawatirkan soal itu. Yang terpenting jaga dirimu baik-baik selama di itali. Ingat pesan Ayah, jangan sampai kamu mengulang kesalahan yang sama!"Pak Susanto mengantar Kiara sampai di sebuah taksi langganan yang sudah menunggunya.Tanpa menunggu waktu lama taksi itu berjalan menuju tempat tujuan di mana Aland meminta Kiara untuk menunggu di kantor. Hari ini mereka terbang ke Itali seperti yang sudah di bicarakan dengan pak Susanto kemaren."Terima kasih, Pak. Ini bayaran untukmu." Kiara melihat ke arah parkiran dimana mobil Aland belum terlihat maka sudah bisa di pastikan kalau atasannya itu belum datang."Lebih
Read more
Bab. 99.
"Huzh! Reza kamu jangan dengarkan apa kata Opa kamu! Belum tentu, dan kamu tidak boleh berharap terlalu banyak. Bukankah berteman dengan Om tampan sudah cukup membuat kamu senang?"Reza mengangguk lemah berharap bisa lebih dari sekedar berteman dengan Om tampannya."Kita berdoa saja semoga Tuhan memberi jodoh yang baik untuk Ibumu! Ya sudah, kita berangkat sekarang."Di saat pak Susanto keluar menggandeng Reza hendak ke sekolah, terlihat mobil Satya yang berhenti di depan rumah.Entah dari mana laki-laki itu, pagi-pagi dia sudah di luar rumah."Reza!""Pakde Satya..." Reza berlari menghampiri Satya yang menunduk sambil merentangkan tangannya."Selamat pagi, Yah.""Pagi, Satya. Kamu sendirian? Mana Kezia?" Pak Susanto menoleh ke kanan dan kiri namun tidak ada putri sulungnya."Oh iya, aku sendirian, kebetulan mampir ke sini. Kezia ada di rumah! Dia bersama Papan dan Papaku di sana." Pak Susanto mengira k
Read more
Bab. 100.
"Ma-Mamah, sejak kapan Mamah ada di situ?""Dari tadi, dan Mamah mendengar apa yang kamu katakan tadi. Apa yang sudah Satya perbuat padamu, Nak?"Secepat mungkin Kezia mencari alasan yang tepat agar mertuanya ini percaya. "Ah tidak Mah, tidak ada apa-apa. Mas Satya tidak melakukan apa-apa padaku!""Jangan bohong! Mamah bisa lihat kalau rumah tangga kalian sedang tidak baik-baik saja!" Naluri sebagai seorang ibu tentu tidak bisa di bohongi."Betul, Mah. Tidak ada apa-apa! Aku dan Mas Satya baik-baik saja." Walau terlihat berbohong tapi bu Citra berusaha untuk percaya."Syukurlah kalau tidak ada apa-apa, Mamah hanya takut kamu ribut dengan Satya!"Selepas kepergian bu Citra dari hadapannya, dada Kezia terasa sesak, sampai kapan dia harus menyembunyikan rasa kecewanya terhadap suaminya.Apakah dia harus menurunkan egonya demi ketentraman rumah tangganya? Tapi bagaimana dengan Satya yang terus menuntut hadirnya seorang anak.
Read more
PREV
1
...
89101112
...
14
DMCA.com Protection Status