All Chapters of Mentari Pernikahan Dini : Chapter 51 - Chapter 59
59 Chapters
47. Antusias
'Kayaknya aku harus beranikan diri ngomong langsung sama Kak Gala,' putus Mentari pada akhirnya.Mentari mulai bertekad dalam hati dengan sangat yakin, setelah pulang berbelanja ia akan membicarakan hal ini dengan Gala.Dengan catatan kalau dia tidak lelah, Mentari takut jika dia dalam keadaan lelah dan Gala malah meminta haknya saat itu juga Mentari takut tubuhnya tidak siap dan tumbang sebelum Gala puas...."Ck ck ck, ini udah pada rapih aja. Mau kemane?"Gala yang sudah bersiap ingin menyalakan motor mengernyitkan alisnya saat mendengar suara yang sangat ia kenali berasal dari kontrakan tetangganya. Menggerakkan lehernya dengan cepat, mata Gala melebar melihat Alzi malah nongkrong di kontrakan Bu Santi sambil meminum secangkir kopi dan menikmati sepiring pisang goreng."Ngapain lo di sono?""Orang nanya bukannya bukannya dijawab malah balik nanya," ucap Alzi tidak jelas karena mulutnya teris
Read more
48. Dasar perempuan
Mentari berlenggok ceria berjalan lebih dulu di depan Gala, rambut panjangnya yang sengaja ia kuncir kuda bergoyang kanan kiri sesuai kakinya melangkah. Kedua tangan Mentari berpegangan pada tali tas selempang yang ia pakai sementara, bibirnya terus bersenandung kecil menyanyikan lagu nostalgia favoritnya. 'Kakak senang liat kamu bahagia kayak gini sayang, semoga kedepannya nggak ada lagi masalah berat yang menimpa kamu.' Gala membatin dan sangat berharap sang istri bisa bahagia dan jauh dari masalah.Gala sangat tau masalah itu akan tetap ada selagi kita masih hidup akan tetapi, Gala sangat-sangat berharap tidak ada lagi yang berniat jahat pada sang istri seperti kejadian yang diperbuat Fania beberapa bulan silam dan hal itu sukses membuat Mentari berubah dingin pada orang luar."Kaka Gala kenapa malah ngelamun di sana? Apa nggak berat itu belanjaan yang Kakak tenteng sekali tiga?" tanya Mentari dari depan pintu kontrakan.Mentari belum bisa masuk ke dalam kontrakan karena kuncin
Read more
49. Ngeri dan penasaran
Melihat Mentari yang tak beranjak sama sekali dari depan pintu kamar, Gala memutuskan untuk berdiri dan menyudahi bermain ponselnya demi menghampiri sang istri."Kamu kenapa, hem? Masih marah sama, Kakak?" tanya Gala sesuai dengan yang dia pikirkan tadi.Kedua tangan pria itu terangkat memegangi kedua bahu Mentari, Gala menatap dalam dan penuh cinta kedua manik hitam sang istri.Mentari menggeleng. "Aku nggak marah sama sekali, Kak. Malahan aku udah lupa sama kejadian tadi, tapi---""Tapi apa? Kamu butuh sesuatu, atau mungkin belanjaannya ada yang kurang?" Belum selesai Mentari melanjutkan kata-katanya, tapi ucapannya terpaksa harus terpotong karena Gala tiba-tiba menyela dan menebak dengan sok taunya.Mentari memandang Gala dengan pandangan kesal. "Aku belum selesai ngomong, Kak Gala. Bisa nggak sih, nggak usah disela dulu?"Gala meringis kikuk sambil menggaruk pucuk kepalanya yang tak gatal. "Maaf deh, silahkan dilanjutin lagi. Kakak janji nggak bakalan ngomong sebelum kamu selesai
Read more
50. Gala yang disalahkan
Peluh dan keringat menjadi saksi bisu penyatuan Galaksi dan Mentari malam itu. Gala benar-benar meminta haknya saat itu juga karena sudah mendapatkan lampu hijau dari sang istri.Awalnya Mentari ragu juga, tapi setelah dipikir-pikir ulang akhirnya Mentari setuju untuk Gala unboxing dan terjadilah gempa lokal penuh keringat di dalam kamar kontrakan sempit mereka.Keduanya melakukan penyatuan yang sudah halal untuk mereka lakukan. Bukan dosa yang mereka dapatkan, melainkan pahala karena yang mereka lakukan sekarang adalah Sunnah Rasulullah."Shhh.. Kak Gala. A-aku---"Mentari terus meracau dan mengerang nikmat, matanya yang merem melek menjadi bukti bahwa ia sangat menikmati permainan panas dengan Gala malam ini."Keluarin aja suaranya, Sayang. Kakak suka," Gala semakin bersemangat karena suara-suara kenikmatan yang keluar dari bibir Mentari.Hingga pada akhirnya Mentari benar-benar tidak lagi menahan suara-suara kenikmatan dari bibirnya. Keduanya hanyut dalam malam panas ditemani cahay
Read more
51. Menyeramkan
Gagal sudah Gala dan Mentari pergi ke kampus hari ini. Rencana mereka akan ikut kelas siang karena pagi ini telat bangun harus diurungkan karena kondisi Mentari yang tidak memungkinkan untuk keluar rumah.Bagian inti Mentari benar-benar sangat sakit sehingga menyulitkannya untuk bergerak apa lagi untuk berjalan.Sangat tidak mungkin rasanya jika Mentari harus memaksakan diri untuk tetap berangkat kuliah.Mentari tidak ingin satu kampus heboh karena melihat cara jalannya yang mengangkang. Gala benar-benar kuat, dia berhasil membuat Mentari tidak bisa berjalan setelah dia gempur habis-habisan semalam."Kalau izin sehari ini aja, nggak akan berpengaruh sama beasiswa kita 'kan Kak?" Tanya Mentari kepada Gala yang tengah menyiapkan sarapan untuk mereka.Keadaan Mentari yang sulit bergerak karena ulahnya membuat Gala harus mengerjakan pekerjaan rumah sendirian, mulai dari memasak, nyuci, nyapu dan pekerjaan ruamh yang lain.Tapi Gala sama sekali tidak mengeluh melakukan semua itu sendirian,
Read more
52. Main kasar
"Aku nggak terima dia bisa hidup bahagia, Bu. Dia harus menderita meskipun enggak hidup bareng kita lagi." Fania melempar apa saja yang ada di hadapannya.Bantal, selimut, sprei, dan semua barang-barang yang terletak di atas ranjang, Fania lempar semua tanpa terkecuali.Rosa mengurut pangkal hidungnya merasa pening dengan kelakuan anak gadisnya in. Sejak ia bangunkan untuk berangkat kuliah tadi Fania mengamuk tidak jelas entah marah kepada siapa."Cerita dulu sama, Ibu. Apa masalahnya? Kalau kamu gini terus, Ibu jadi bingung, Fania." Rosan memunguti barang-barang yang Fania lemparkan.Sejak Mentari pergi dari rumah ini ia harus mengerjakan pekerjaan rumah sendirian, Marwan sama sekali tidak mau memberikannya seorang pembantu, sedangkan Fania adalah anak yang pemalas dan tidak becus mengerjakan pekerjaan rumah."Si gadis bodoh itu udah banyak berubah sekarang, Buk. Aku nggak terima dia lebih unggul dari pada aku," jerit Fania dengan amarah yang meletup-letup."Maksud kamu, Mentari? Mem
Read more
53. Sesat
Fania melebarkan matanya, apa telinganya tidak salah dengar si Mentari menyebutnya nenek lampir?"Lo bilang gue nenek lampir?" tanya Fania sambil menunjuk dirinya sendiri.Mentari mengangkat sebelah alisnya. "Aku nggak ada bilang kalau yang aku sebut nenek lampir itu kamu." Mentari menjeda kalimatnya sambil menatap Fania dari atas sampai bawah dengan pandangan penuh arti. "Tapi kalau kamu merasa yah ... mau gimana lagi."Arumi mengacungkan kedua jari jempolnya memuji sang sahabat dan mati-matian menahan tawa melihat wajah geram Fania."Itu baru namanya Bestie gue," ucap Arumi begitu kagum."Berani banget lo sekarang, mau lawan gue lo?" tantang Fania dibalas tatapan datar oleh Mentari."Aku sih nggak mau ngelawan siapa-siapa, yah. Tapi kalau orangnya mau jahatin aku, kenapa enggak aku lawan. Aku bukan lagi yang Mentari lemah yang selalu nurut perintah kamu sama orang tua kamu itu." Tekan Mentari.Pancaran mata Mentari berapi-api memancarkan kemarahan yang tak bisa dijabarkan dengan kat
Read more
54. Tamu
“Aku kesel banget sama Mentari itu, Bu. Masak sekarang dia udah pinter ngelawan sampai bikin aku malu di depan semua anak-anak di kampus.” Fania pulang-pulang sudah dalam keadaan marah-marah melempar tasnya kesembarangan arah.Rosa yang semula asik nonton TV terlonjak kaget mendengar ocehan Fania.“Astaga … Fania, kenapa lagi sama kamu? Pulang-pulang bukannya baca salam malah marah-marah kayak orang kesurupan," ucap Rosa sembari menatap heran sang anak.Fania menghempaskan tubuhnya dengan kasar pada sofa tepat di samping sang ibu.“Mentari Bu … Mentari,” pekik Fania dengan amarah yang menggebu-gebu.“Iya, Mentari kenapa? Kenapa bisa dia bikin kamu malu di depan teman-teman kamu?” tanya Rosa, diusapnya dengan lembut lengan anak kesayangannya.“Kan barusan aku bilang, Bu. Dia bikin aku malu depan anak-anak di kampus.” Fania menghentak-hentakkan kakinya sangat kesal.“Bukannya tadi pagi kamu yang rencananya mau nyerang dia lagi, kenapa sekarang jadi kamu yang pulang-pulang langsung marah
Read more
54. bantuan para tetangga
“Mau apa kalian kesini?”Gala melempar pertanyaan sarkas kepada dua tamu tak diundang yang datang ke kontrakan Bu Santi, Gala juga langsung pasang badan di depan Mentari untuk melindungi sang istri dari dua ular beracun yang tidak Gala harapkan kehadirannya.Dari raut wajah Gala yang berubah dingin orang akan langsung bisa menebak bahwa pria itu sangat membenci dua orang yang datang itu.“Saya ke sini untuk mencari anak tidak tau diri itu, sudah dibesarkan bukannya balas budi tapi malah menjelek-jelekkan saya di depan umum.”Mendengar jawaban Rosa, kekehan sinis keluar begitu saja dari bibir Gala. “Makasih yang seperti apa yang Anda minta? Makasih atas ketidak adilan yang selama ini kalian semua perbuat kepada istri saya, iya?”Rosa mengepalkan tangannya, keberadaan Gala sungguh membuat rencananya untuk memberi Mentari pelajaran harus terganggu.“Kamu, laki-laki miskin nggak usah ikut campur, ini bukan urusan kamu.” Rosa menatap nyalang Gala yang kini menyeringai kepadanya.Alzi menat
Read more
PREV
123456
DMCA.com Protection Status