Semua Bab Suami Pengganti untuk Adara: Bab 101 - Bab 110
316 Bab
101). Pasca Insiden
***"Bagaimana, Dokter?"Menunggu bersama Adam di depan ruang penanganan, Danendra langsung menghampiri dokter yang menangani Adara tepat setelah pintu terbuka."Istri saya enggak kenapa-kenapa, kan?""Syukurnya, tidak," jawab sang dokter. "Pasien hanya mengalami benturan ringan di kepala dan hanya memerlukan beberap jahitan.""Punggungnya?" tanya Danendra—belum bisa bernapas lega, karena yang dia ingat, kursi tersebut tak hanya mengenai kepala.Punggung Adara juga terkena hantaman kursi tersebut."Punggungnya hanya memar," kata sang dokter. "Karena sudah sadar, pasien juga sudah bisa dibawa pulang. Nanti saya resepkan obat apa saja yang harus ditebus.""Saya boleh masuk?" tanya Danendra."Silakan.""Terima kasih," kata Adam yang langsung ikut bersama Danendra—masuk ke dalam ruang penanganan."Ra.""Dan."Danendra menghampiri Adara lalu yang dia lakukan selanjutnya adalah menangkup wajah sang istri yang kini tengah duduk setelah sadar beberapa menit lalu."Ra, kamu enggak apa-apa?" ta
Baca selengkapnya
102). Teresa Memperingatkan
***"Lagi apa?"Adara sedikit tersentak ketika pertanyaan tersebut dilontarkan Danendra yang baru saja datang ke kamar sambil menggendong baby El."Balas pesan," jawab Adara apa adanya. "Kamu bawa main baby El darimana?""Jalan-jalan dari depan," kata Danendra. "Kenapa?"Adara memandang Danendra sambil menggenggam ponselnya. "Felicya," ucapnya. "Kayanya dia masih tinggal di apartemen yang kamu sewa deh, Dan.""Seriously?" tanya Danendra sambil mengerutkan keningnya."Iya, tadi siang aku ketemu.""Tadi siang, kapan?"Memasang raut wajah serius, dia duduk di depan Adara. Felicya. Bukan masalah kecil, perempuan itu cukup berbahaya untuk Adara."Tadi pas mau anterin makan siang buat kamu," kata Adara. "Aku papasan sama dia di depan.""Kamu diapain?" tanya Danendra khawatir.Terakhir kali Adara bertemu Felicya, perempuan itu membuat istrinya menangis. Dan sekarang, Danendra takut Felicya melakukan sesuatu hal lagi pada Adara."Enggak diapa-apain," kata Adara. "Lagian sekarang aku udah engg
Baca selengkapnya
103). Berjuang?
***"Pokoknya Mas Rafly jaga kesehatan, jangan banyak pikiran. Kalau jodoh, enggak akan ke mana, Mas."Duduk di depan laptop, wejangan itu kembali diucapkan Clarissa pada Rafly yang dia hubungi malam ini.Awal melakukan video call, Clarissa dibuat terkejut dengan wajah memar Rafly yang tak sedikit. Setelah pria itu bercerita, tugasnya tentu saja memberi nasehat.Meskipun memiliki usia yang masih muda, Clarissa memang memiliki pikiran yang dewasa. Ditinggal kedua orang tuanya meninggal dunia beberapa tahun lalu memang membuatnya menjadi pribadi yang mandiri juga bijak.Seharusnya sebelas bulan tinggal bersama, Rafly bisa jatuh cinta pada Clarissa. Namun, cintanya yang begitu besar untuk Adara membuat pria itu sulit membuka hati.Padahal, jika dibandingkan, Clarissa tak kalah cantik dari Adara—bahkan dari segi sikap, meski memiliki usia sama, Clarissa sedikit lebih dewasa dari Adara."Iya, Ris. Makasih udah nemenin ngobrol," kata Rafly dari seberang sana.Melihat pria itu tersenyum tipi
Baca selengkapnya
104). Sampanye
***"Aish!"Rafly yang sejak tadi terlentang di kasur sambil memandangi langit-langit kamar akhirnya beringsut ketika rasa kantuk yang dia tunggu-tunggu tak kunjung datang.Seperti hewan liar yang menurut pada pawangnya, Rafly memang langsung pergi ke kamar setelah memutuskan sambungan video call dengan Clarissa.Berniat untuk tidur cepat agar kondisinya besok membaik, kedua matanya tak mendukung. Hampir setengah jam otaknya mendistraksi semua bagian tubuh untuk istirahat, kedua pupil mata Rafly terus membantah dengan terus terbuka tanpa mau menutup.Sepuluh menit memaksa menutup mata, rasa kantuk justru hilang entah ke mana dan tentu saja semua itu membuat Rafly frustasi."Adara," desis Rafly. "Kalau aja kamu enggak nikah sama Danendra, semuanya enggak akan kaya gini. Aku sama kamu sekarang pasti udah bahagia.""Ginanjar. Pria tua itu memang sepertinya sengaja memanfaatkan momen kecelakaanku untuk menikahkan Adara dengan pria lain.""Aish, Danendra bangsat! Perebut!"Usai marah-marah
Baca selengkapnya
105). Adara Cemburu
***"Ra, ayo.""Iya, Dan. Sebentar."Menunggu hampir setengah jam baby El terlelap, Adara dan Danendra merealisasikan rencana mereka untuk pergi makan di luar.Bukan ke tempat mewah, rencananya pasangan suami istri itu akan datang mengunjungi salah satu warung pecel lele yang sering didatangi ketika Adara masih hamil."Dan, gimana? Aneh enggak?"Danendra yang sejak tadi duduk sambil memainkan ponselnya menoleh ketika Adara keluar dari kamar."Apanya?" tanya Danendra sambil memandang Adara yang berdiri tak jauh dari sofa."Penampilan aku."Danendra mengerutkan kening lalu memandang Adara dari atas hingga bawah. Tak memakai dress, Adara nampak santai memakai celana training, kaos hitam polos, juga cardigan rajut berwarna pastel. Mengikuti saran Danendra, dia juga memakai kupluk berwarna senada dengan cardigan untuk menutupi perban di kepalanya."Enggak, udah cantik," puji Danendra. "Enggak ada yang aneh.""Seriusan?""Seriusan, Sayang.""Enggak kaya abg?" tanya Adara.Danendra tersenyu
Baca selengkapnya
106). Masih Seputar Kerjasama
***"Ah, ya ampun."Membuka matanya perlahan, Rafly memijat kening ketika kepalanya terasa sangat pening dan berat. Tak langsung bangun, yang dia lakukan sekarang adalah; mengedarkan pandangan untuk mengenali tempat dia berada sekarang.Karena yang jelas, ini bukan kamarnya. Kamar Rafly memiliki cat berwarna abu muda, sementara kamar yang dia tempati sekarang berwarna pastel bahkan ukurannya pun jauh lebih besar dari kamarnya.Tak hanya itu, kamar tempat Rafly berada sekarang juga terlihat sangat mewah."Di mana aku?""Lalala ... udah bangun?"Rafly mengerutkan kening ketika suara perempuan terdengar dari ambang pintu. Beringsut dia mengubah posisinya menjadi duduk lalu memandang perempuan yang kini berjalan mendekat sambil membawa segelas air putih."Kamu," panggil Rafly. "Ini di mana?""Jepang," celetuk perempuan itu asal."Aku serius," desah Rafly yang tentu saja masih merasa sebal pada perempuan di depannya ini setelah pertemuan pertama mereka yang bisa dibilang tak baik."Surga,"
Baca selengkapnya
107). Rutinitas Pagi
***"Pulang jam berapa?"Adara yang saat ini sedang membentuk simpul dasi untuk Danendra sedikit mendongak lalu menatap suaminya itu sambil melontarkan sebuah pertanyaan."Kenapa?""Tanya aja," kata Adara."Seperti biasa," ucap Danendra. "Kalau enggak ada schedule dadakan, jam empat pulang. Sampai jam setengah lima.""Oh.""Kenapa?""Bawaim sushi ya," pinta Adara sambil tersenyum. "Tiba-tiba pengen itu, tapi pengen dibawain sama kamu.""Oh, siap," kata Danendra patuh. "Mau berap porsi? Satu, sepuluh, seratua, atau sama restorannya?""Dan, ih!"Danendra terkekeh. "Serius," ucapnya. "Kalau kamu mau, aku bisa beli restorannya.""Buat apa coba.""Kali aja mau jadi pembisnis kuliner."Adara berdecak. "Orang enggak bisa masak, disuruh bisnis kuliner. Lucu banget," celetuknya.Simpul dasi selesai, Adara menepuk sisi kanan dan kiri bahu Danendra untuk merapikan kemeja maroon yang dia pakai."Udah, ganteng," puji Adara. "Lucu juga, enggak monoton.""Apanya?""Penampilannya dong, Sayang," kata
Baca selengkapnya
108). Mengikuti Adara
***"Jadi apa rencananya?"Kembali masuk setelah melihat adegan yang tak menyenangkan—Danendra mengecup semua bagian wajah Adara, Rafly duduk di sofa sambil merentengkan kedua tangan sambil memandang Felicya yang jelas bahagia karena punya sekutu baru."Rencana apa?"Rafly memutar bola matanya malas lalu mendesah. "Niat ajak kerja sama apa enggak?" tanyanya. "Kalau enggak ya udah, biar aku tanganin sendiri. Habisin aja sekalian Danendranya.""Jangan macam-macam!" Felicya refleks berseru. Demi apapun jangakan celaka, melihat Danendra lecet pun rasanya Felicya tak mau.Danendra adalah ... ah, intinya Felicya masih mencintai pria itu sampai detik ini dan sekarang—setelah ada Rafly dia semakin bersemangat untuk kembali mendapatkan putra kedua Adam Alexander tersebut."Buat Danendra lecet, aku yang habisin kamu.""Ck." Rafly hanya berdecak sebagai respon."Untuk saat ini aku belum punya rencana, tapi kamu bisa pemanasan dulu.""Maksudnya?""Kalau mau, kamu bisa tinggal di sini," kata Felic
Baca selengkapnya
109). Mas Baik
***"Mama."Mengemudi dengan kecepatan sedang, Danendra memelankan laju mobilnya lalu berhenti di jalanan yang cukup sepi ketika ponsel yang dia simpan di atas dashboard berdering dan sebuah panggilan masuk dari Teresa.Kapok karena pernah hampir mengalami kecelakaan karena menelepon sambil mengemudi, Danendra memang selalu mencari aman dengan memberhentikan mobilnya sebelum mengangkat telepon."Halo, Ma," sapa Danendra setelah mobilnya berhenti sempurna."Halo, Dan. Udah ngantor?""Lagi di jalan, kenapa?""Mama mau ke apartemen kamu," ungkap Teresa dari seberang sana. "Adara ada, kan?""Ada, dia enggak ke mana-mana," kata Danendra. "Datang aja, dia pasti senang ada Mama. Ada temennya.""Iya," kata Teresa. "Masih jauh ke kantor?""Setengah jalan lagi," kata Danendra."Oh oke, Mama cuman pengen ngabarin itu aja sih," kata Teresa. "Tadi telepon Adara soalnya enggak diangkat.""Oh oke, Ma.""Hati-hati di jalan, Dan.""Siap, Ma."Setelahnya, sambungan telepon terputus dan Danendra kembali
Baca selengkapnya
110). Rafly Gagal
***"Mau apa kamu?"Rafly tak menjawab karena yang dia lakukan sekarang justru memandangi perempuan di depannya yang masih memasang raut wajah tak bersahabat.Di tangan perempuan tersebut terdapat sebuah pantopel dan Rafly yakin, pantopel tersebut adalah benda yang menghantam kepalanya barusan."Mama," panggil Adara dengan wajah yang kikuk—bahkan setengah takut melihat raut wajah sang mertua. Dia takut Teresa salah paham.Teresa Reynaldi. Tentu saja perempuan yang menghantam kepala Rafly juga menatap pria itu sekarang adalah dia.Setelah menelepon Danendra dan memastikan Adara ada di apartemen, dia langsung on the way untuk mengunjungi menantu juga cucunya karena untuk hari ini kegiatannya sangat longgar.Sampai di apartemen dan Adara tak ada, tentu saja Teresa langsung menyusul menantunya itu ke rooftoop setelah mendepat informasi dari Mbak Vivi dan ternyata dia justru disuguhkan pemandangan yang menjengkelkan."Tante Teresa," panggil Rafly pada akhirnya. Meskipun jarang sekali ber
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
910111213
...
32
DMCA.com Protection Status