All Chapters of Suami Pengganti untuk Adara: Chapter 121 - Chapter 130
316 Chapters
121). Kejutan
***"Ngantuk juga."Sekali lagi, Danendra menguap karena rasa kantuk yang masih menderanya. Pulang dari pesta resepsi pukul sepuluh malam, dia baru bisa tertidur pukul sebelas.Dan hari senin ini—pukul tiga pagi Danendra harus kembali terbangun karena pesawat yang dia tumpangi akan berangkat pukul setengah pagi waktu Singapura."Thank you," kata Danendra sesaat setelah dia turun dari taksi.Berjalan menyusuri bandara, Danendra bergegas menuju terminal keberangkatan dan tepat pukul setengah empat lebih lima menit, pesawatnya lepas landas.Danendra bersandar pada kursi. Memandangi langit yang masih gelap dia tersenyum—membayangkan senangnya Adara dengan kepulangannya pagi ini.Tak hanya membawa baju ganti, Danendra memenuhi kopernya dengan berbagai jenis oleh-oleh. Mulai dari makanan hingga tas branded yang kebetulan memiliki stok terbatas—hanya tersedia di Singapura, semuanya memenuhi koper hitam milik Danendra."Dara udah bangun belum ya? Biasanya baby El jam segini udah bangun," gum
Read more
122). Berantakan
***"Kalian menjijikan."Setelah mengucapkan dua kata tersebut, Danendra berbalik badan. Membawa rasa sakit hati juga amarah yang naik ke ubun-ubun, dia melangkahkan kaki pergi dari kamar.Adara tentu saja tak diam. Dia langsung beringsut dari kasur kemudian berjalan menuju lemari untuk memakai baju apa saja yang bisa dia gunakan guna menutupi tubuhnya.Mengabaikan Rafly yang tentunya mengukir senyuman puas, Adara berlari mengejar Danendra hingga tepat di ruang tamu, dia berhasil meraih tangan suaminya itu."Danendra, please percaya sama aku," kata Adara memohon, ketika dengan sangat erat, dia memegang pergelangan tangan Danendra. "Aku enggak ngapa-ngapain sama Rafly, Dan. Please percaya aku."Danendra terdiam. Tak mau menoleh, dia memilih untuk berbicara dengan posisi membelakangi Adara karena untuk memandang wajah istrinya saja, dia tak sanggup.Ada luka menganga lebar yang langsung terbentuk di hati Danendra saat dia mengingat lagi pemandangan tak senonoh beberapa menit lalu."Aku
Read more
123). Tragedi
***"Aish!"Danendra mendesis geram sambil memukul setir kemudi dengan kepalan tangannya ketika byangan Adara dan Rafly yang tidur seranjang kembali menari-nari di pelupuk mata.Pergi meninggalkan Adara di apartemen, Danendra mengemudi gila-gilaan. Dia yang biasa mengemudi dalam kecepatan standar kini berlaku sebaliknya.Mengambil jalan alternatif, dia melajukan porsche hitamnya dengan kecepatan tinggi. Membuka kaca mobil bahkan tak memakai seat belt, Danendra mengabaikan teriakan pengendara lain yang terganggu dengan kelakuannya.Hatinya hancur berantakan. Istri yang selama ini dia percaya tega mengkhianatinya dengan tidur bersama pria lain.Entah pihak mana yang harus dipercaya, Danendra tak tahu, tapi yang jelas pagi ini dia ingin menenangkan diri.Tak tahu akan pergi ke mana, yang Danendra lakukan hanya mengemudi dengan kecapatan sangat tinggi untuk melampiaskan amarahnya."Ra, kenapa harus kaya gini, Ra?"Danendra mendesah sambil menekan klakson berulang kali—membuat pengemudi di
Read more
124). Kondisi Danendra
***"Pak maju dong, Pak! Saya buru-buru nih!"Sekali lagi, Adara meneriakki pengemudi di depannya agar mau melajukan mobil yang dia kendarai.Hari senin, pukul tujuh pagi—di kota Jakarta. Temru saja yang terjadi adalah kemacetan yang cukup panjang.Mendengar kabar Danendra tabrakan, Adara jelas bergegas. Menitipkan Elara pada Mbak Vivi dengan beberapa buah asip di freezer, Adara langsung mengemudikan mobilnya menuju Rumah sakit Sentosa—rumah sakit tempat Danendra sekarang ditangani.Terlalu panik, Adara melupakan jalur alternatif yang bisa dia tempuh menuju rumah sakit. Memakai jalan biasa, hampir setengah jam sudah dia terjebak macet dan semua itu membuat Adara frustasi.Dia takut sesuatu terjadi pada Danendra—bahkan otaknya sempat mencetuskan pikiran gila yang mungkin saja terjadi.Danendra bisa saja meninggal di tempat karena yang Adara dengar mobil suaminya terguling lalu meledak.Namun, sebelum pikiran liar itu merajalela, dengan segera Adadra membuangnya jauh-jauh.Sebisa mungki
Read more
125). Pria Brengsek
***"Gimana?"Duduk bertopang kaki, pertanyaan tersebut langsung diucapkan Rafly pada Felicya yang baru saja menjalankan tugasnya—mengirim foto-foto Adara dan Rafly pada Teresa.Felicya cukup tahu seberapa besar Danendra mencintai Adara. Meskipun, Rafly berkata Danendra terlihat marah setelah memergoki Adara tidur dengan dia, Felicya tetap mengantisipasi.Takut Danendra dengan mudah memaafkan Adara lalu mempercayai penjelasan perempuan itu, Felicya bertindak cepat dengan segera memberitahu Teresa agar perempuan itu bisa segera memecat Adara sebagai menantu."Udah," kata Felicya."Udah apa?"Felicya mendekat lalu menghempaskan tubuhnya di sofa di samping Rafly."Udah aku kirim foto-fotonya," kata Felicya."Ke Mamanya Danendra."Felicya menoleh lalu memandang Rafly sambil mendelik. "Menurut kamu?" tanyanya. "Ya iyalah, sama siapa lagi emangnya? Om Adam? Enggak mungkin. Dia terlalu baik. Susah buat dihasutnya.""Baguslah," kata Rafly. "Udah dibaca pesannya?""Enggak tau, sebentar," kata
Read more
126). Salah Paham
***"Ma, ada apa?"Adara memegangi pipinya yang memerah karena tamparan keras yang diberikan Teresa. Penuh tanya, matanya kini menatap sang mertua dengan raut tak mengerti.Tak ada angin, tak ada hujan, Teresa menamparnya. Ada apa?"Ada apa?" tanya Teresa. "Kamu tanya, ada apa?""Ma.""Ikut Mama."Di detik berikutnya, Teresa tiba-tiba saja menarik tangan Adara dengan kasar untuk keluar dari IGD karena bertengkar di sana hanya akan mengganggu Danendra."Ma, sakit," rintih Adara ketika cengkraman tangan Teresa pada pergelangan tangan kirinya terasa menyakitkan.Di depan IGD, cengkraman itu terlepas bahkan Teresa sengaja menghempaskan tangan Adara dengan kasar."Sebenarnya ada apa, Ma?""Apa maksudnya ini?" tanya Teresa yang langsung menunjukkan beberapa foto Adara di ponselnya.Tak sendiri, di foto tersebut Adara bersama Rafly dan tentu saja yang membuat Teresa murka adalah; menantunya itu tidur dengan Rafly tanpa memakai pakaian yang pantas.Jangankan seperti itu, memakai pakaian biasa
Read more
127). Pertemuan Kedua
***"Copet! Hey, berhenti kamu!"Sambil berlari, teriakan tersebut terus terlontar dari mulut Clarissa yang kini masih berusaha mengejar jambret.Tak membawa mobil, Clarissa memutuskan untuk memakai bus agar dia bisa pulang ke Majalengka. Namun, sial. Ketika dia baru saja berniat membeli tiket bus, kemalangan kembali menimpanya.Tanpa dia sadari, seorang pria mengikutinya sejak turun dari taksi lalu setelah itu, tas yang dibawa Clarissa—berisi uang dan yang lainnya direbut paksa.Dibantu orang-orang sekitar, Clarissa terus mengejar jambret tersebut. Namun, karena kepintarannya berlari, Clarissa hampir kewalahan."Copet!" teriak Clarissa lagi. "Berhenti kamu, cop-"Clarissa membulatkan matanya ketika sebuah motor trail tiba-tiba saja datang lalu sengaja menabrak copet yang baru saja mengambil tasnya itu hingga terjatuh.Di detik berikutnya, orang-orang yang mengejar berhasil mengamankan copet tersebut lalu tas yang sejak tadi Clarissa kejar kini kembali ke sang pemilik."Makasih, Mas .
Read more
128). Amukan Ginanjar
***"Akhirnya tidur juga kamu, El."Adara menghela napas lega ketika putrinya kembali terlelap setelah beberapa jam rewel. Pulang jam delapan dari rumah sakit, Adara disambut Elara yang rewel digendongan Monica.Padahal, Sang Oma sudah memandikan balita mungil itu bahkan mendandaninya secantik mungkin. Namun, tentunya ikatan batin anak dan orang tua memang cukup kuat.Seolah tahu kedua orang tuanya sedang bermasalah juga sang papa yang kini terbaring di rumah sakit, Elara tak hentinya menangis sekalipun Adara sudah menyusuinya.Dan sekarang—setelah puas menangis, tepat pukul sebelas siang, Elara bisa terlelap dengan tenang."Tidur enggak, Ra?" tanya Monica—membuat Adara yang baru saja menidurkan Elara di box, menoleh. "Kalau enggak tidur coba kita bawa ke dokter anak, kali aja enggak enak badan.""Tidur," kata Adara pelan—nyaris tak bersuara. Tak mau mengganggu sang putri, dia menghampiri sang mama yang berdiri di dekat pintu. "Baru aja tidur barusan.""Syukurlah," kata Monica. "Sekar
Read more
129). Kehilangan Elara
***"Mama pulang dulu ya, kamu jaga makan. Jangan terlalu stress. Mama yakin, saat sadar nanti Danendra akan percaya sama kamu.""Iya, Ma. Makasih banyak udah mau percaya sama Dara.""Mama tau kamu, Ra. Mama yakin kamu enggak akan kaya gitu."Adara tersenyum lalu di detik berikutnya dia merentangkan tangan dan meraih tubuh Monica ke dalam pelukannya. Meskipun, punya Papa yang tempramental, setidaknya Adara bersyukur karena memiliki Mama sebaik Monica yang selalu mengerti dan memercayainya.Di saat semua orang menyalahkan Adara, Monica tetep memberika kepercayaan pada putrinya tanpa sedikit pun merasa ragu."Dara sayang Mama," ucap Adara pelan. "Makasih buat semuanya, Ma."Monica tersenyum sambil mengelus punggung Adara dengan lembut. "Sama-sama, Sayang. Jangan sedih terus ya, kasian nanti pengaruh ke asi kamu," ucapnya."Iya, Ma."Beberapa menit saling memeluk, Adara dan Monica melepaskan rengkuhan mereka lalu setelahnya Monica benar-benar berpamitan pada Adara setelah seharian memb
Read more
130). Bantuan
***"Dia mau Mamanya.""Kasihin lagi aja ke Mamanya, Ma. Kasihan."Teresa yang sejak tadi berusaha menenangkan Elara, mendelik ke arah dua pria yang saat ini tengah duduk bersandar pada sofa ruang tengah."Bisa diem enggak?" ketus Teresa sensitif. "Kalau enggak mau bantu, jangan banyak ngomong.""Yeeee, orang dibilangin juga. Lagian kenapa pake diambil dari Mamanya sih, Ma?""Ya karena Adara itu enggak pantas rawat El," kata Teresa tanpa menghentikan kegiatannya menenangkan Elara yang sejak tadi rewel—bahkan tak mau meminum susu yang dia buat.Padahal, Teresa membeli susu formula dengan kualitas terbaik.Dua pria itu saling melempar tatapan setelah mendengar jawaban sang mama. Mendapat telepon tentang Danendra yang mengalami kecelakaan, keduanya memang langsung bergegas datang ke Jakarta.Setelah melihat keadaan Danendra, mereka memutuskan untuk pulang dan menginap di rumah Teresa dan dua pria itu adalah; Aksa juga Danish. Kakak dan adik Danendra si anak tengah."Sekarang Adaranya di
Read more
PREV
1
...
1112131415
...
32
DMCA.com Protection Status