Semua Bab Suami Pengganti untuk Adara: Bab 111 - Bab 120
316 Bab
111). Nasihat dan Pernyataan Cinta
***"Ris."Di ujung koridor, nama itu digumamkan Rafly ketika dia melihat Clarissa berdiri di depan pintu apartemennya. Melangkah dengan cepat, dia langsung menghampiri perempuan itu."Clarissa," panggil Rafly—membuat Clarissa menoleh seketika."Mas Rafly.""Maaf lama," kata Rafly tak enak. Namun, Clarissa justru mengukir senyum sebagai respon."Enggak apa-apa, Mas," kata Clarissa."Ya udah ayo masuk.""Iya."Rafly berjalan menuju pintu lalu menekan satu-persatu sandi agar pintunya terbuka. Meskipun apartemen yang dia tempati jauh lebih sederhana dibanding apartemen Danendra.Untuk pintu tetap harus menggunakan pasword. Bedanya, di apartemen Rafly tak terdapat intercom."Duduk, Ris.""Iya, Mas."Clarissa melangkah lalu duduk di sofa ruang tamu, sementara Rafly bergegas ke dapur untuk mengambil minuman dingin dari kulkas.Dua kotak jus kemasan dibawa Rafly menuju ruang tamu. Dengan wajah yang cerah, dia duduk lalu menyimpan jus itu di meja."Minum.""Makasih, Mas."Rafly yang haus, mem
Baca selengkapnya
112). Pindah Lagi?
***"Mama nyuruh pin-""Sssssst."Adara sigap mendesis pelan—membuat ucapan Danendra seketika terpotong. Bukan tak sopan, maksud dan tujuan Adara mendesis adalah agar Danendra memelankan suaranya karena kini dia baru saja hendak menidurkan baby El di dalam box bayi setelah hampir setengah jam di dalam gendongan.Ucapan dipotong sang istri, Danendra yang sedang memilih kaos di lemari seketika menoleh lalu tersenyum tipis melihat Adara sedang membungkuk—menidurkan putrinya."Kenapa?" tanya Adara kemudian, setelah memastikan baby El lelap dan aman di dalam box. "Eh, mau ngobrol di balkon enggak? Sambil nyemil.""Boleh," kata Danendra. "Aku mau teh manis hangat.""Aku ke dapur dulu.""Hm."Melangkah dengan sangat pelan agar tak menimbulkan suara, Adara meninggalkan kamar menuju dapur untuk membuatkan apa yang diminta sang suami.Tak hanya untuk Danendra, Adara membuat teh manjs hangat untuknya juga. Malam ini hujan turun, dan cuaca bisa dibilang sangat dingin.Adara butuh kehangatan dan u
Baca selengkapnya
113). Rafly Menyatakan Cinta
***"Kita pakai cara halus tapi aman. Kamu bisa dapatkan Adara, aku bisa ambil Danendra lagi."Berhenti di pinggir jalan, sudah hampir sepuluh menit Rafly duduk di mobilnya sambil memandangi perempuan yang saat ini sedang sibuk melayani pembeli di tokonya.Clarissa. Setelah beberapa hari lalu dengan kasar Rafly menolah pernyataan cinta perempuan itu, siang ini dia justru bertindak sebaliknya.Jauh-jauh Rafly datang dari Jakarta hanya ingin menemui Clarissa dan akhirnya dia memutuskan untuk menerima pernyataan cinta perempuan itu—mengikuti saran yang diberikan Felicya.Tentu saja penerimaan cinta Clarissa punya maksud tersendiri. Bukan karena membuka hati, Rafly akan menggunakan Clarissa agar bisa dekat dengan Adara.Setelah semua yang dilakukan Clarissa selama ini, niat Rafly memang bisa dibilang jahat—bahkan sangat jahat karena memanfaatkan perempuan itu, tapi dia tak punya cara lain.Hanya Clarissa yang bisa dia jadikan topeng agar bisa mengambil perhatian Adara."Maafin aku, Ris,"
Baca selengkapnya
114). Berkenalan
***"Danendra bangun, Danendra. Ayo bangun udah siang!"Duduk bersila di samping Danendra, Adara tak menyerah untuk membangunkan suaminya yang saat ini masih tidur dengan posisi telungkup.Padahal, jam dinding di kamar sudah menunjukkan pukul setengah delapan pagi.Hari minggu. Hari yang paling menyenangkan bagi Danendra karena bisa tidur lebih lama dari biasanya. Namun, kali ini minggunya berbeda karena ada rencana yang harus dia lakukan bersama keluarga kecilnya.Bukan main ke mall, atau ke tempat yang jauh, kemarin sabtu—ketika Danendra terpaksa harus ke kantor, dia menjanjikan sesuatu pada Adara yaitu; mengajak istri dan anaknya main ke lapangan yang terletak persis di samping apartemen.Lapangan dengan rumput hijau menyerupai taman itu memang selalu ramai ketika weekend. Ada yang menghabiskan waktu untuk berolahraga, berjalan bersama pacar, atau mengajak anak mereka bermain.Dan hari ini Adara ingin melakukan semuanya bersama Danendra, karena semenjak tinggal di apartemen sang su
Baca selengkapnya
115). Damai
***"Clarissa mana ya, kok bisa tahu nama aku?"Entah kenapa Clarissa tiba-tiba saja gugup sendiri ketika pertanyaan tersebut diucapkan Adara setelah dirinya memperkenalkan diri.Dalam hati, rasanya dia sedikit menyesal karena sudah memanggil nama Adara. Padahal, dia bisa berpura-pura tak tahu."Euh, anu. Clarissa-""Lho, kamu?"Atensi Clarissa berpindah ke sebelah kanan begitu pun dengan Adara yang langsung memandang Danendra."Mas Danendra," panggil Clarissa—membuat Adara semakin mengerutkan kening, karena penasaran dengan sosok perempuan di depannya itu yang ternyata juga mengenal suaminya."Kamu di sini?" tanya Danendra."Iya, Mas."Menidurkan Elara lebih dulu di stroller, Adara memandang Danendra juga Clarissa secara bergantian."Kalian saling kenal?""Bukan saling kenal sih," kata Danendra. "Tapi pernah ketemu sekali.""Di mana?""Di jalan, Mbak." Jawaban tersebut berasal dari Clarissa. "Beberapa hari lalu mobil saya mogok dan karena saya bukan orang Jakarta, saya enggak tahu ny
Baca selengkapnya
116). Curiga
***"Anak Papa anak Papa, makin gede makin cantik! Ciluk ... ba!"Duduk bersila di kasur, Danendra nampak begitu semangat mengajak Elara bermain ciluk ba, sementara Adara sedang membersihkan badan pasca pulang dari lapangan."Cantik banget kamu, Sayang. Persis Mama," puji Danendra sambil memegangi kepalan tangan Elara yang terus bergerak sejak tadi.Menginjak usia tiga bulan, Elara memang sudah terbilang cukup aktif bahkan bayi gembul itu mulai bisa memiringkan badan untuk belajar telungkup."Asik banget mainnya."Danendra menoleh lalu tersenyum melihat Adara yang nampak begitu segar setelah mandi. Memakai bathrobes putih seperti biasa, perempuan itu menggulung rambut basahnya dengan handuk sedang."Udah mandinya?""Udah," kata Adara. "Kamu mau mandi juga enggak? Keringatan kayanya tuh.""Mau, habis ini," kata Danendra. "Nunggu baby El tidur lagi.""Kenapa?" tanya Adara sambil menaikkan sebelah alisnya setelah dia duduk di pinggir kasur. "El kan ada aku.""Justru itu," ucap Danendra.
Baca selengkapnya
117). Kiriman Sushi
***"Ra, makan siang dulu."Pasca kejadian jam sepuluh tadi, Danendra mendapat hukuman dari Adara. Meskipun sudah menjelaskan maksud dari kata 'suka' dia pada Clarissa bukan menjurus ke perasaan cinta, tetap saja istri cantiknya itu marah.Dan hukumannya adalah; Danendra tak boleh berada di kamar sampai marahnya Dara luntur.Mengisi kejenuhan, Danendra memutuskan untuk menyiapkan makan siang—menggantikan tugas Mbak Vivi dan kini, tepat ketika jarum jam menunjukkan pukul setengah dua belas, kegiatan Danendra selesai.Masuk ke kamar yang tak dikunci, Danendra berjongkok di depan Adara yang entah sejak kapan tertidur."Adara cantik, makan dulu," kata Danendra—membangunkan Adara untuk yang kedua kalinya. Namun, sang istri tetap terlelap hingga akhirnya Danendra menggunakan cara pamungkas.Cup!Sebuah kecupan mendarat di kening Adara. Tak hanya di kening, Danendra kembali mendaratkan kecupan yang sama di kedua pipi, pangkal hidung hingga terakhir bibir.Membuat Adara yang semula terlelap k
Baca selengkapnya
118). Titip Adara
***"Iya, Ris. Hati-hati di jalan ya. Aku tunggu.""Oke, Mbak Dara. Sepuluh atau dua puluh menit lagi ya.""Sip."Sambil tersenyum, Adara memutuskan sambungan telepon dari Clarissa setelah beberapa menit berlalu, perempuan itu menelepon untuk mengabari jika dirinya sudah sampai di Jakarta.Sempat merasa curiga dengan keputusan mendadak yang diambil Rafly, pada akhirnya—perlahan Adara mulai percaya.Tak pernah menunjukkan attitude jelek bahkan macam-macam, dia menerima tawaran berteman dari Rafly dan hari ini—tepat tiga minggu setelah perkenalan tempo hari, Adara sudah percaya pada Clarissa.Bahkan ketika Danendra terpaksa pergi ke luar negeri sabtu sore sekarang untuk menemui klien, Adara tak menolak ketika Danendra meminta Clarissa datang untuk menemaninya dua malam sampai sang suami pulang dari Singapura.Sebenarnya Adara sudah meyakinkan Danendra, jika tak ditemani pun dia tak masalah. Namun, tetap saja pria itu ingin Adara ditemani seseorang —selain Mbak Vivi ketika dirinya pergi.
Baca selengkapnya
119). Pesta Sebelum Rencana
***"Alkohol?"Rafly menaikkan sebelah alisnya ketika Felucya datang membawa sebotol wine. Malam minggu, dia dan Felicya memang menghabiskan waktu berdua di apartemen sebelum besok melancarkan rencana yang sudah lama tersusun.Rafly dan Felicya bilang, ini adalah perayaan kecil sebelum nanti perayaan besar mereka lakukan.Namun, tentunya Rafly tak menyangka perayaan mereka malam ini akan ditemani minuman berwarna merah keunguan itu."Cuman wine, enggak akan buat mabuk," kata Felicya sambil duduk lalu meletakkan botol wine yang dia bawa di atas meja.Tak hanya wine, Felicya juga membawa sekotak pizza juga satu kantong kresek camilan."Aku enggak nyangka kamu suka alkohol," kata Rafly."Kenapa?""Muka kamu polos," ucap Rafly lagi. "Emang ya, menilai seseorang itu harus luar dalam karena terkadang kemasan nipu."Felicya menaikkan sebelah alisnya. "Maksud kamu?""Ya lihat aja kamu," kata Rafly. "Kamu itu cantik, tipe wajah kamu juga kelihatan ramah sama protagonis banget, tapi ternyata ha
Baca selengkapnya
120). Obat Tidur
***"Kamu kok ganteng banget sih, Dan?"Duduk di depan meja sambil memandangi Danendra lewat layar laptop, Adara mengukir senyuman senangnya melihat sang suami yang malam ini sudah tampan dengan kemeja putih juga celana coklatnya.Sebelum pergi ke pesta, Danendra menelepon Adara untuk mengabari sang istri jika dirinya mungkin akan tiba besok subuh ke Jakarta.Danendra mengambil penerbangan paling pagi untuk hari senin karena rasa rindu pada istri juga anaknya sudah menggebu.Satu hari satu malam rasanya seperti setahun dan Danendra ingin segera pulang.Tadinya dia berniat mengambil penerbangan malam ini juga, tapi larangan Adara yang khawatir membuat dia harus bersabar sampai besok."Suami siapa?"Adara tersenyum. "Suami akulah," jawabnya. "Suami siapa lagi emangnya?""Bagus," puji Danendra. "Babay El mana? Aku kangen.""Baru aja tidur," kata Adara. "Clarissa?""Lagi nonton tv," ucap Adara."Istri aku?"Adara tersipu lalu menunjuk dirinya sendiri. "Nih di depan kamu," ucapnya."Aku p
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1011121314
...
32
DMCA.com Protection Status