Semua Bab Hasrat Pernikahan Suami Arogan: Bab 81 - Bab 90
191 Bab
Sesuatu yang Tak Terungkap
“Maria adikku. Itu jelas berbeda,” jawab Christian cukup tegas. Dia berusaha tak termakan oleh amarah dalam dada, yang tersulut karena sikap membangkang Laura. “Kau tidak bisa menyamakan seperti apa perasaanku terhadap Maria. Kami tumbuh dan hidup bersama selama bertahun-tahun. Dia sangat istimewa bagiku,” tegas pria itu lagi. “Lalu, apa bedanya? Kebersamaan kita memang baru seumur jagung. Namun, kau sudah mengikatku dengan sumpah di hadapan Tuhan. Walaupun tujuan awalmu adalah membalas sakit hati atas kematian Maria, tetapi kau tidak bisa mengelak dari kenyataan bahwa aku adalah istrimu. Tak bisakah kuminta hakku sebagai Nyonya Lynch?” protes Laura dengan sorot kecewa yang berusaha disembunyikan, meskipun sudah terlambat. Linangan air mata menjadi bukti rasa sakitnya, atas sikap serta pernyataan Christian. &ldquo
Baca selengkapnya
Wanita Luar Biasa
Christian menatap lekat sedan hitam yang tak asing lagi baginya, hingga si pemilik kendaraan mewah itu muncul. “Tuan Lynch? Apa ada masalah?” tanya seseorang yang tak lain adalah Lewis. Dia berjalan mendekat ke hadapan Christian dan Laura. “Nyonya Lynch,” sapanya, diiringi senyum kalem menawan penuh makna. Laura membalas senyuman tadi. Tidak ada alasan baginya untuk bersikap tak ramah pada Lewis. Lagi pula, dia yakin itu tak akan membuat Christian cemburu. “Apa kabar, Tuan Bellingham?” Meskipun tak nyaman, tetapi Laura memaksakan diri bersikap hangat pada pengusaha tampan berambut cokelat tembaga tersebut. “Sangat baik, Nyonya.” Lewis terus melayangkan senyumnya. Seperti biasa. Pancaran penuh kekaguman tampak jelas, pada sorot mata pria tiga puluh lima tahun itu. Namun, Lewis segera menguasai diri. Dia tak boleh larut dalam keindahan Laura karena ada Christian di sana. Pengusaha tampan tersebut langsung mengalihkan perhatian. “Kenapa Anda ada di jalanan pada jam seperti ini? Maksud
Baca selengkapnya
Tak Ada Titik Temu
Christian hendak menanggapi sanjungan Lewis. Namun, hal itu dia urungkan karena Wayne lebih dulu tiba di sana. Pengusaha tampan tiga puluh lima tahun tersebut akhirnya dapat mengembuskan napas lega. “Maaf terlambat, Tuan,” ucap Wayne sopan, setelah berdiri di hadapan sang majikan. “Tidak apa-apa,” balas Christian datar, kemudian mengalihkan perhatian pada Laura. “Ayo, pulang,” ajaknya, seraya meraih tangan sang istri. Laura mengangguk. Sebelum masuk ke mobil, dia sempat berpamitan pada Lewis. “Terima kasih sudah menemani kami di sini, Tuan Bellingham. Terima kasih juga atas undangannya.” “Sama-sana, Nyonya. Kutunggu kedatangan Anda dan Tuan Lynch.” Lagi-lagi, Lewis memperlihatkan senyum k
Baca selengkapnya
Kata-kata Terlarang
Laura dan Chelsea sama-sama tersentak, mendengar Christian meninggikan suara secara tiba-tiba. Terlebih, Laura. Wanita itu langsung mundur dengan tatapan tak percaya. Ini bukan bentakan pertama yang dia terima dari Christian. Sejak awal pernikahan, dirinya sudah mendapat perlakuan tak baik seperti itu. Namun, seiring berjalannya waktu, Laura tak lagi menerima tindakan atau kata-kata buruk. Dia justru merasa bahwa Christian mulai berubah, meskipun tak pernah menyatakan cinta secara gamblang. Laura membalikkan badan. Dia melangkah gontai meninggalkan ruang makan. Laura langsung kembali ke kamar, lalu masuk ke kamar mandi. Setelah menanggalkan seluruh pakaian, wanita cantik berperawakan semampai itu berdiri di bawah shower.Lagi. Hati Laura kembali tersakiti. Dia yang
Baca selengkapnya
Enjoy Your Time
Laura menghadapkan tubuh ke jalan. Dia mencari taksi yang bisa mengantar ke Cotswolds. Akan tetapi, yang berhenti di hadapannya justru kendaraan lain. “Ya, Tuhan,” gumam Laura dalam hati. “Nyonya Lynch,” sapa si pemilik kendaraan yang tak lain adalah Lewis. “Kenapa Anda senang sekali —”‘Kuharap Anda bukan seorang penguntit, Tuan Bellingham,” sela Laura.Lewis yang sudah berdiri di hadapan Laura, menatap heran. Pria tampan itu menautkan alis karen tak mengerti. “Maksud Anda?” tanyanya. “Kenapa Anda selalu muncul di hadapanku?” Laura tampak begitu resah. Dia tak mampu menyembunyikan perasaannya. “Apa yang terjadi?” Lewis mengabaikan pertanyaan Laura. Dia lebih fokus pada ekspresi yang diperlihatkan wanita itu. Tanpa berpikir panjang, Lewis segera membukakan pintu mobil. “Masuklah dulu.”“Tidak,” tolak Laura, seraya bergerak mundur. “Tidak apa-apa, Nyonya. Masuklah. Tak baik berada di luar dalam cuaca seperti ini,” desaknya. Dia memberi isyarat, agar Laura menuruti ucapannya. Terleb
Baca selengkapnya
Terpenjara Perasaan Masa Lalu
Selagi Laura tengah menikmati waktu dengan ratusan buku dalam rak khusus, Christian justru dilanda kegalauan luar biasa. Dia tak mengurung diri di kamar, tapi tetap membawa kegundahan ke ruang kerja. Alhasil, seluruh berkas yang seharusnya diselesaikan dalam waktu cepat jadi terbengkalaiChristian tak dapat berkonsentrasi. Pertengkaran dengan Laura pada pagi ini, berhasil membuat perasaan serta pikirannya jadi tak karuan. Belum pernah dirinya begitu kalut, setelah berselisih dengan seorang wanita, bahkan Chelsea sekalipun.“Apa-apaan kau, Laura?” gumam Christian, diiringi gelengan pelan. Dia tak mengerti dengan apa yang terjadi. “Aku tidak peduli padamu atau wanita manapun. Tidak.” Christian kembali menggeleng. Bersamaan dengan itu, terdengar ketukan di pintu. Alfred membukanya, l
Baca selengkapnya
Melawan Kata Hati
Christian melangkah gagah menuju kamar. Dia mengabaikan rasa lapar. Setibanya di ruangan yang dituju, pria itu langsung meraih telepon genggam dari meja sebelah tempat tidur. Setelah membuka layar ponsel, Christian mencari nomor kontak Laura. Sebelum memutuskan menghubungi sang istri, pria tampan tersebut beberapa kali mengembuskan napas berat. Dia seperti ragu untuk sekadar menanyakan keberadaan istrinya. “Ah! Persetan dengan apa pun yang akan kau lakukan, Laura!” Christian meletakkan telepon genggam di kasur. Dia termenung beberapa saat, sebelum mengambil kembali alat komunikasi canggih tadi. Mau tak mau, Christian harus melawan rasa angkuh dalam diri karena penasaran dengan keberadaan Laura.Akhirnya, Christian mengalah. Namun, setelah beberapa detik berlalu, panggilan itu tak tersam
Baca selengkapnya
Hole in One
“Ta-tapi —”“Permisi, Tuan. Ada tamu untuk Anda.” Seorang pelayan menyela perbincangan Laura dengan Lewis. Lewis menoleh. Dia tak bertanya, berhubung sudah tahu siapa tamu yang datang malam itu. “Terima kasih. Kau boleh kembali.” Sepeninggal pelayan, Lewis kembali mengalihkan perhatian pada Laura. “Jangan keluar dari kamar. Aku akan menemui Tuan Lynch dulu,” pesannya. Pria tampan itu menatap sejenak, lalu tersenyum hangat. Tanpa banyak bicara, dia berlalu dari hadapan wanita cantik berambut pirang itu. Laura terus memperhatikan Lewis yang terus berjalan menjauh, hingga tak terlihat lagi. Dia ingat dengan pesan Lewis, yang mengatakan agar jangan keluar kamar. Namun, seperti ada dorongan kuat dalam diri wanita cantik dua puluh tiga tahun itu. Menggerakkan kakinya perlahan keluar dari kamar, hingga tiba di ujung koridor. Laura bersembunyi di balik dinding penyekat ruangan. Dari sana, dia mengedarkan pandangan ke sekeliling. Namun, tak terlihat sosok Lewis ataupun Christian. “Mereka t
Baca selengkapnya
Bukan Pria Romantis
Christian tersenyum simpul. “Apakah karena itu Anda mengirimkan buku pada pagi-pagi buta untuk istriku?” Pertanyaan yang dilayangkan Christian terdengar santai, tetapi menghujam langsung ke jantung Lewis. Membuat ekspresi pengusaha retail dan smartphone tersebut langsung berubah. Namun, Lewis pintar menguasai diri. Pria tampan berambut cokelat tembaga itu menanggapi dengan senyum kalem. “Saat bangun tidur, aku langsung teringat pada buku-buku yang disukai Nyonya Lynch. Daripada lupa, lebih baik segera kukirimkan. Semoga istri Anda menyukainya.” “Laura pasti suka. Jangan khawatir,” ucap Christian berusaha tetap terlihat tenang. Dia mengedarkan pandangan ke sekeliling. “Boleh kutahu ada berapa kamar di sini?” tanyanya. “Satu kamar utama dan delapa
Baca selengkapnya
Tempat Persembunyian Ternyaman
Laura terperanjat mendengar penawaran dari Lewis. “Aku sudah menikah,” ucap wanita itu pelan, diiringi tatapan tak mengerti. “Tentu. Namun, tak ada salahnya hanya menerima undangan makan malam. Lagi pula, kurasa Tuan Lynch tidak akan keberatan.” Lewis membalas tatapan Laura, dengan sorot penuh cinta. “Bagaimana Anda bisa berpikir demikian?” Lewis tidak segera menjawab. Dia tersenyum kalem. Setelah beberapa saat, barulah dirinya berkata, “Aku seorang pria, Nyonya. Aku bisa menelaah sikap pria lain dari bahasa tubuhnya. Apa yang kulihat dari Tuan Lynch, sepertinya tak jauh dari yang ada dalam pikiranku. Jawaban lebih pasti, ada dalam hati Anda. Hati tak pernah bohong, meskipun Anda tak ingin mengakui.” 
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
7891011
...
20
DMCA.com Protection Status