Semua Bab Hasrat Pernikahan Suami Arogan: Bab 91 - Bab 100
191 Bab
Pergi
“Chelsea?” Christian menaikkan sebelah alis. “Ya. Dia sedang mengandung darah dagingmu. Wajar jika kau akan lebih memprioritaskan wanita itu dan … ya, kalian adalah sepasang kekasih.” Laura segera mengambil dress yang sudah disiapkan tadi, lalu memakainya. Dia bergegas keluar dari walk in closet, meninggalkan Christian yang masih terpaku. Christian mengembuskan napas dalam-dalam. Dia mengepalkan tangan, menahan rasa berkecamuk dalam dada. Ada sebuah ganjalan di hatinya. Namun, pria itu tak tahu dan tak bisa mencerna dengan jelas. Tak ingin larut dalam kegalauan seorang diri, Christian mengikuti Laura keluar dari walk in closet, bersamaan dengan sang istri yang baru muncul dari kamar mandi. Christian langsung meraih lengan Laura. Menariknya cukup kencang, hingga wanita cantik itu membalikkan badan. “Kau belum menjawab pertanyaanku tadi. Di mana dirimu tidur semalam?” Christian bertanya dengan penuh penekanan, sambil mencengkram erat lengan sang istri. “Lepas, Christian. Kau menyak
Baca selengkapnya
Urusan yang Belum Usai
Laura berjalan sambil mengendap-endap menyusuri koridor, hingga tiba di salah satu ruangan. Dia melihat sekeliling, memastikan tak ada siapa pun yang melihatnya. Wanita itu lupa bahwa di sudut ruangan tadi terpasang kamera pengawas, yang siap mengintai setiap pergerakan.Merasa situasi aman, Laura melanjutkan langkah ke pintu depan. Kali ini dia berjalan dengan tergesa-gesa menuju pintu gerbang samping, yang dikhususkan untuk orang. Dia berusaha membuka, tetapi pagar besi berukuran tidak terlalu lebar itu dalam kondisi terkunci. Laura sempat berpikir sejenak. Dia tak mungkin meminta penjaga keamanan membukakan kunci. Walaupun sejak tadi pergerakannya tertangkap kamera pengawas, setidaknya bukan mata manusia secara langsung yang menyaksikan.“Oh, astaga.” Laura mengeluh pelan. Dia mendongak. P
Baca selengkapnya
Kehilangan Jejak
“Tentang apa?” tanya Henry penasaran. “Aku tidak berwenang memberitahukan itu padamu. Kau bermain api dengan saudara kembarku. Kelakuan laknat kalian telah membuat hidup banyak orang jadi hancur dan … betapa bodohnya dirimu,” cerca Laura. Henry terdiam menatap wanita cantik berambut pirang itu. Seseorang yang sangat mirip dengan wanita dari masa lalunya. Namun, secara karakter terasa begitu berbeda. “Kau sudah diberi kesempatan menikahi adik dari pengusaha besar dengan kekayaan melimpah. Harga dirimu terangkat karenanya. Namun, kau terlalu serakah dan tak tahu diri! Lihatlah nasibmu sekarang! Kau memang pantas menjadi gelandangan —”“Tutup mulutmu!” Henry mengangkat tangan, bermaksud hendak menampar Laura. Namun, gerak pria itu tertahan oleh seseorang yang memegangi pergelangannya dari belakang. Henry bahkan memekik cukup nyaring sehingga mengundang perhatian beberapa orang yang melintas di dekat mereka. “Akhirnya, kau kutemukan juga,” ucap seorang pria yang tak lain adalah Christ
Baca selengkapnya
Tuan Bartender
Laura terus berjalan menyusuri trotoar, dalam cuaca yang terasa makin menusuk. Dia tak tahu akan tidur di mana malam ini. Padahal, suasana sudah beranjak sepi. Hanya ada satu, dua orang yang masih berkeliaran di jalan. “Ya, Tuhan,” ucap Laura lirih. Dia mengedarkan pandangan ke sekeliling. Laura sudah merasa lelah. Kakinya terasa pegal. Begitu pula dengan telapak tangan yang kedinginan, meskipun dimasukkan ke saku mantel. Embusan napas pelan meluncur dari bibir wanita dua puluh tiga tahun itu. Ini adalah pertama kali dalam hidupnya, berada di luar dalam waktu selarut seperti sekarang. Laura merasa takut. Dia sadar betul bahwa dunia malam jauh lebih berbahaya. Terlebih, bagi dirinya yang tak terbiasa. Berhubung sudah terlalu lelah, Laura memutuskan duduk di tangga sebuah bangunan beberapa lantai, sambil memeluk tubuh sendiri. Entah akan aman atau tidak dengan berada di sana, tetapi Laura tak memiliki pilihan. Dia bersandar pada pegangan besi pinggiran undakan anak tangga, menuju pin
Baca selengkapnya
Tanpa Rencana
Laura meletakkan sendok dan garpu di piring yang sudah kosong. Wanita itu terdiam sejenak, sebelum tersenyum pada Kenneth. “Aku hanya sedang mengalami hari yang buruk,” jawabnya, berusaha terlihat tenang. “Apa kau melarikan diri dari rumah?” tanya Kenneth santai. “Anggap saja begitu,” jawab Laura enteng. Dia berdiri, lalu membawa peralatan makan yang kotor ke dekat bak pencuci piring. Tanpa sungkan, wanita berambut pirang itu membersihkannya. Sementara Kenneth berdiri memperhatikan. “Omong-omong, terima kasih untuk makanan tadi. Rasanya sungguh luar biasa. Aku benar-benar tulus mengatakan itu.” Laura tersenyum hangat dan akrab, sambil mengeringkan tangan. K
Baca selengkapnya
Misteri Kematian Maria
Henry menghadapkan wajahnya kembali pada Christian. Pria tampan dengan usia beberapa tahun lebih muda dari suami Laura tersebut, melayangkan tatapan protes. “Kematian Maria?” ulangnya ragu. “Ya. Adikku yang tewas bunuh diri.” Christian menatap intens mantan adik iparnya. Apa yang dia lakukan, berhasil membuat Henry merasa terintimidasi. Pria itu makin salah tingkah. “Kenapa? Ada apa dengan kematian Maria?” tanya Henry, berusaha menyembunyikan rasa gugup yang tetap terlihat jelas oleh Christian. “Maria mati bunuh diri. Adikmu melakukan itu atas kesadarannya. Jadi, kenapa kau harus berpikir macam-macam tentang diriku?” Henry menggerutu pelan karena tak ingin Christian sampai mendengarnya. “Apa aku berpikir macam-macam tentang dirimu? Memangnya apa yang kukatakan tadi?” Christian menaikkan sebelah alis, dengan bahasa tubuh serta tatapan yang mengintimidasi Henry tanpa henti. Henry seakan terjebak oleh kata-katanya. Kegugupan pria itu kian menjadi. Namun, mantan suami Maria tersebut be
Baca selengkapnya
Tak Dapat Mengelak
Tubuh Henry seketika membeku, mendengar ucapan Christian tadi. Tatapan pria itu tak dapat diartikan. Dia sadar tidak mungkin mengelak lagi dari apa yang dituduhkan mantan kakak iparnya. Henry tertunduk lesu. Keluhan pelan meluncur, seiring dengan pikirannya yang tiba-tiba kacau. “Apa pembelaanmu kali ini?” Nada pertanyaan Christian terdengar penuh penekanan. “Aku tidak akan membela diri karena memang datang ke sana,” jawab Henry pelan.“Kau datang bersamaan dengan Maria yang menggantung diri di kamarnya,” ucap Christian lagi. “Andai saja Delila mengatakan itu pada hari kejadian, aku pasti tak akan membiarkanmu pergi dan menghilang. Beruntung sekarang kau kutemukan lagi.”“Apa yang akan kau lakukan? Menjebloskanku ke penjara?” tantang Henry sok berani. Padahal, dalam hati ada rasa waswas luar biasa. Christian tak langsung menjawab. Dia menatap tajam mantan suami mediang ad
Baca selengkapnya
Petuah Alfred
Chelsea duduk tenang di sebelah Christian. Dia bersikap seolah sudah menjadi nyonya besar. Chelsea tak mengatakan apa pun, selain menatap Henry.Christian menoleh sekilas, lalu kembali mengarahkan perhatian pada kedua polisi yang telah siap membawa Henry. “Aku masih punya banyak urusan. Bisakah agar tidak bertele-tele?” Ucapan itu ditujukan kepada mantan adik iparnya, yang hanya diam dengan wajah tertunduk. “Mari ikut kami.” Kedua petugas polisi tadi berdiri. Mereka menunggu Henry yang masih terdiam membisu.“Apa kau dengar itu, Henry?” Christian menatap tajam mantan adik iparnya. Tanpa banyak bicara dan masih menundukkan wajah, Henry beranjak dari duduk. Dia melangkah keluar bersama dua petugas polisi tadi. Sementara Christian dan Chelsea memperhatikan dari teras, ketika mantan suami Maria tersebut dimasukkan ke mobil. “Kami akan segera melakukan penyelidikan dan memberi kabar, untuk setiap perkembangan yang diperoleh kepada Anda,” ucap salah seorang petugas, sebelum menyalami Chr
Baca selengkapnya
Pria Bijaksana
Beberapa hari telah berlalu. Henry menjalani pemeriksaan secara intens. Para petugas yang menangani kasus itu juga terus mendalami hasil penyelidikan sementara. Namun, sayang sekali mantan adik ipar Christian tersebut belum bersedia buka suara secara gamblang. Entah apa atau siapa yang berusaha dia sembunyikan dan lindungi dari jerat hukum. Sementara itu, Laura masih berada di flat milik Kenneth. Makin lama, wanita cantik tersebut merasa tak enak karena terus menggantungkan hidup dari orang lain. “Aku sudah bertanya pada beberapa teman. Namun, belum ada lowongan pekerjaan yang cocok untukmu,” ujar Kenneth, sambil menikmati menu sarapan buatan Laura. “Lama-kelamaan, aku merasa tak enak karena tinggal di sini dengan cuma-cuma.” “Itu tidak jadi masalah untukku. Aku hanya takut kau merasa bosan karena di rumah sepanjang hari.”Laura meneguk minuman, sebelum menanggapi ucapan Kenneth. “Aku pernah menjalani hari-hari seperti ini,” ujar wanita itu pelan. Ingatannya kembali pada beberapa
Baca selengkapnya
Penawaran Kembali
Tak berbeda dengan pria itu, Laura pun sama terkejut. Sepasang mata biru wanita cantik tersebut seakan berbicara dan memberi isyarat, pada si pria yang tak lain adalah Lewis Bellingham. “Bagaimana tadi?” tanya pria yang menjadi lawan bicara Lewis, berhubung perbincangan mereka harus terjeda karena kehadiran Laura yang menyuguhkan minuman. Lewis tersadar. Dia yang awalnya menoleh mengikuti langkah kecil Laura kembali ke bar counter, terpaksa mengalihkan perhatian pada pria di hadapannya. “Ah, maaf,” ucap Lewis, diiringi senyum kikuk. Pria yang menjadi lawan bicara Lewis tersenyum, seraya mengarahkan pandangan ke bar counter, di mana Laura tengah berdiri. “Wanita berambut pirang memang selalu terlihat menawan. Benar, kan?” candanya. Sebagai sesama
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
89101112
...
20
DMCA.com Protection Status