Semua Bab MENDADAK DINIKAHI BIG BOSS: Bab 211 - Bab 220
242 Bab
Zendaya dan Crush
"Maaf yah, Lachi, Mommy aku emang gitu orangnya. Siapa yang menurutnya sedikit unik pasti ditawarin buat jadi mantu," ucap Zendaya tak enak pada Lachi, saat ini mereka telah di kantor dan sedang beres-beres di sebuah gudang penyimpanan file lama. Tak ada yang tahu identitas asli Zendaya dan mereka cukup sepele dengan Zendaya yang notabennya pekerja magang. "Santai saja, Zendaya. Pada dasarnya kan semua emak-emak yang punya anak lajang kebanyakan begitu," jawab Lachi santai. Di luar dia memang terlihat tak mempermasalahkan tetapi di dalam Lachi sejujurnya cemas. Bagaimanapun dia akan tinggal dengan keluarga Zendaya selama tiga bulan ini. Lachi telah melakukan kesalahan besar pada kakak sahabatnya, gilanya ibu sahabatnya ini menjodohkannya dengan kakak dari sahabatnya yang tak lain adalah Big Boss di perusahaan ini. Bisakah Lachi baik-baik saja selama tiga bulan ke depan? Ah, rasanya Lachi ingin pindah dengan mengontrak di tempat terdekat. Akan tetapi uangnya pas-pasan–bisa sangat k
Baca selengkapnya
Si Nakal Lachi
"Ada Kak X," cicit Zendaya. "Loh, ngapain sembunyi? Enak dong, kamu bisa minta dibayarin sama Big Boss," canda Kiandra. Zendaya mendengus pelan. "Masalahnya dia dengan teman-temannya dan umm … my crush," bisik Zendaya apad akhir kalimat dengan raut muka malu-malu dan pipi yang sudah merona. Zendaya tidak masalah kakaknya di sini, yang dia permasalahkan adalah teman kakaknya. Salah satu dari mereka adalah crush Zendaya, dia malu bertemu dengannya. "Yang mana?" tanya Lachi penasaran, menatap ke arah meja Danzel yang cukup jauh dari mereka. Orang-orang dimeja tersebut terdiri dari enam orang, empat pria dan dua perempuan. "Yang … memakai kemeja hitam," jawab Zendaya, mendapat tatapan dongkol dari Lachi. "Mereka semua memakai kemeja hitam, Nyet." Lachi berucap kesal, kemudian mengelus dada untuk menenangkan diri sendiri, "aduh kesabaranku yang tipis!" "Hehehe … ya-yang duduk di dekat Kak X deh," ucap Zendaya kemudian, setelah sebelumnya mencuri pandang ke arah meja kakaknya."Wihhh
Baca selengkapnya
(DS) Banyak Masalah
"Tangan sialan!" pekik Lachi pelan, memukul telapak tangannya sendiri secara kesal dengan kuat. Ada apa dengannya? Kemarin dia menduduki benda keramat itu dan tadi dia memegangnya. Sekarang dia dicap mesum oleh Danzel, sang Bis boss. "Semoga nggak dicap kalau aku obsesi sama barangnya." Lachi menatap nanar telapak tangan yang gemetar. Sudah setengah jam setelah dia menyentuh benda itu, tetapi sampai sekarang Lachi masih bisa merasakannya. Pertanyaannya, tangannya kah yang ternodai atau benda milik bosnya? "Kayaknya aku harus pindah deh dari sini. Aku nggak tetap tinggal di sini," ucap Lachi yang kembali bermonolog sendiri. Lachi menoleh ke sana kemari kemudian segera beranjak dari sana. Para maid mendadak hilang, pasti Danzel yang memerintah. "Ini kedua teman aku, Kiandra sama Bela, mereka suka sama Kak X, Mom." Lachi yang baru masuk langsung disambut oleh pembicaraan Zendaya dengan mommy-nya. Terlihat Zendaya, mommynya, Kiandra dan Bela sedang menikmati teh serta sebuah cookies.
Baca selengkapnya
(DS) Love Tersembunyi
Saat ini Lachi berada di kantor, seperti biasa padat dengan pekerjaan tumpukan berkas. Awal, Lachi berencana untuk pindah tempat dengan minggat dari rumah sahabatnya yang mewah tersebut. Alasannya tentu karena Danzel–Big Boss-nya yang sangat berbahaya, beraura malaikat sekaligus iblis secara bersamaan. Pria itu berbahaya dari segi manapun. Mulai dari pesonanya yang tampan hingga suaranya yang bariton, sangat seksi. Tatapan pria itu juga sangat gila, tajam, menghunus dan menembus jantung. Lachi sering kalang kabut setiap kali bertemu Danzel di rumah, apalagi dia memiliki kesalahan pada pria itu. Jadi Lachi semakin takut dan merasa terancam oleh sosok Danzel. Walau seminggu terakhir ini Danzel dan dia sudah jarang berinteraksi, bertemu pun di rumah bisa dikatakan jarang. Oleh sebab itu rencana Lachi untuk pindah jadi batal. "Kau."Lachi yang sedang membereskan dokumen di ruang rapat, reflek menoleh ke arah pintu, menemukan pria yang ia hindari sedang berdiri di sana. 'Astaga, semingg
Baca selengkapnya
(DS) Ketika Sedihku dihibur oleh Saldo Kesasar
Setelah menyambut para tamu dan mengantarnya ke ruang pertemuan, Lachi melanjutkan pekerjaan. "Ck, setelah aku sah jadi staf tetap di sini, lihat saja! Aku akan berubah malas." Lachi mengetik penuh kesetanan pada keyboard, kasar karena pekerjaannya yang sangat banyak–melebihi staf lama atau staf tetap. Ada dua faktor yang membuat pekerjaan Lachi banyak, yang pertama karena staf lama mengalihkan beberapa tanggung jawab pada mereka yang berstatus pekerja magang. Yang kedua karena Lachi masih magang, jadi dia berupaya terlihat rajin–harus optimal dalam melakukan pekerjaan. Trik ambil hati bos!Jika dia malas, bagaimana dia akan diterima? Sedangkan sudah rajin begini saja Lachi tak bisa pastikan dirinya diterima. "Lachi." Lachi berhenti mengetik lalu mendongak ke arah Bela dan Kiandra. Terlihat wajah Bela yang muram dan sinis ke arah Lachi, tetepi Lachi tak peduli. Jika Bela kesal padanya tanpa sebab maka Lachi lebih kesal pada Bela karena mulutnya yang suka menghina. 'Memangnya kenap
Baca selengkapnya
(DS) Berakhir Persahabatan
Setelah menyerahkan laporan pada atasannya, Lachi bergegas menemui Danzel. Ada yang tak beres dengan bosnya tersebut. "Pak Danzel," panggil Lachi saat melihat Danzel. Pria itu terlihat menoleh padanya dan Lachi buru-buru menghampiri. "Ada yang ingin aku bicarakan, Pak," ucap Lachi, setelah berada di hadapan Danzel. Pria itu tak menjawab tetapi memberi isyarat agar Lachi masuk dalam ruangannya. Lachi terlihat ragu, akan tetapi dia tak akan bisa berbicara dengan pria ini jika dia berani membantah. Dia harus menurut bukan?! Setelah di ruangan kerja Danzel, Lachi langsung membungkuk memberi hormat–posisi tepat di depan Danzel yang duduk secara bossy pada sebuah sofa. "Pak--" "Silahkan duduk," potong Danzel. Lachi menganggukkan kepala lalu segera duduk di salah satu sofa kosong. "Pak, aku ingin bertanya. Kenapa Pak Danzel mengirim uang padaku?" tanya Lachi to the point. "Tidak kusangka kau akan mendatangiku secepat ini," jawab Danzel, menyunggingkan smirk tipis sembari denga
Baca selengkapnya
(DS) Si Paling Tidak Bisa diledek
"Memang si Bela nggak ada berubah-berubahnya yah. Dan kamu juga, tolol banget! Kenapa masih mau berteman dengan orang yang tak menghargai kamu?! Kamu itu pintar loh, Lachi. Tapi masalah pertemanan, kamu paling bodoh," marah perempuan bernama Indah, salah satu teman dekat Lachi. Dia adalah orang yang pernah mengontrak dengan Lachi dan Bela dulunya. Mereka teman dekat, seorang kakak bagi Lachi juga karena Indah lebih tua darinya dua tahun. Indah memang sempat menganggur, dua tahun sebelum kuliah. "Iya, Kak, aku bodoh." Lachi menganggukkan kepala. "Tapi … kata-kata mutiaranya bisa nggak diperhalus? Kak, namamu Indah. Jangan dirusak dong sama perkataan nggak bagus." "Aelah." Indah mendengus pelan, "sekarang gimana? Mau aku antar nggak sampe ke rumah?""Cukup sampe di terminal saja, Kak. Aku sudah menghubungi Ayah dan nanti ayah yang jemput kalau udah sampe di terminal kotaku," jawab Lachi lesu, masih tak percaya kalau pertemanannya akan berakhir seperti ini. "Eh, utang si Bela Anj itu
Baca selengkapnya
(DS) Jangan Menyusul si Miskin
"Siapa sih, tengah malam nelpon nelpon?" Dengan malas dan mata berat Lachi meraih handphone di atas nakas. Tanpa membaca nama kontak, Lachi langsung mengangkat kemudian menempelkan HP di telinga. "Halo, ini siapa?" sapa Lachi dengan suara sayu dan berat, efek masih setengah sadar–melawan rasa kantuk yang melanda diri. Dia menguap, menggaruk-garuk pipi kemudian menyenderkan tubuh di kepala ranjang. 'Humm.'Deg'Suara deheman berat dan dingin terdengar, mata Lachi seketika membulat. Rasa kantuk yang melanda langsung hilang. Lachi menegakkan punggung, duduk tegak dengan menatap lurus ke depan. Jantungnya berdebar kencang, ingin meloncat dari tempat. Hanya sebuah deheman namun berhasil membuat Lachi merinding disko. 'Kau pergi tanpa memberitahuku.'Lachi mengenga lebar. Tadi dia sangat kaget karena orang yang menghubunginya tengah malam begini adalah big bosnya sendiri. Sekarang dia jauh lebih kaget mendengar ucapan Danzel. Pertanyaannya, kenapa Lachi harus mengabari Danzel? Memangnya
Baca selengkapnya
(DS) Nasehat atau Pancingan?
"Kalau nggak jual diri dia nggak bisa bayar uang kuliah."Zendaya merebut balik cookiesnya, tak membiarkan Bela membuka atau mencicipi. Bukan pelit, masalahnya ini milik kakaknya dan hanya dia yang diperbolehkan memakannya. "Pelit banget sih," kelu Bela karena tak diperbolehkan memakan cookies tersebut. "Ini punya Kakak aku dan dia nggak suka berbagi," jawab Zendaya dongkol. "Kamu keterlaluan banget sampe bilang Lachi jual diri. Kalau benci nggak usah sampe ke tahap fitnah, Bel," ketus Kiandra, kali ini tersulut karena menurutnya Bela semakin kurang ajar. "Loh, aku bilang sesuai fakta. Dan aku buka semua aib dia karena yah … aku udah muak sama sikap nggak tahu dirinya. Aku udah capek nutup-nutupin kelakuan gila dia dari kalian. Tapi kalau kalian tetap pengen nyusul, yaudah sih pergi saja. Biar kalian tahu se miskin apa Lachi."Zendaya dan Kiandra sama-sama bersitatap. Apa mereka harus menyusul saja? Tetapi mereka sama sekali tidak tahu Lachi tinggal di mana. Maksudnya mereka hany
Baca selengkapnya
(DS) Ke Desa Calon Istri
"Apaan dah Lachi punya hutang ke dia?" Indah menatap horor pada Zendaya dan Kiandra, setelah itu menatap tak suka pada Belle. Bela sendiri sudah memucat, berkeringat dingin dan takut. Karena Zendaya keukeuh untuk bertemu dengan Lachi–menyusul ke desanya, Zendaya menemui Indah. Zendaya yakin Indah tahu tempat tinggal Lachi ada di sana. Selain untuk mencari alamat Lachi, Zendaya juga sekalian menanyakan kebenaran perkataan Bela. Bela sejujurnya malas ikut dengan Zendaya dan Kiandra. Tetapi kemarin dia menguping pembicaraan keluarga Zendaya, dia mendengar jika Danzel menyusul Lachi. Oleh sebab itu Bela terpaksa ikut. Jika nanti Danzel telah melihat rumah kumuh Lachi dan Danzel berakhir jijik pada Lachi, maka Bela ingin menjadi orang pertama yang menertawakan Lachi. Sialnya, Bela tak menduga Zendaya akan menemui Indah dan menanyakan pasal perkataannya pada perempuan ini. "Yang ada dia yang punya hutang ke Lachi. Sampe sekarang belum dibayar." Indah menatap sinis ke arah Bela. Lalu t
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
202122232425
DMCA.com Protection Status