Semua Bab Terbangun di Ranjang Presdir Duda: Bab 21 - Bab 30
87 Bab
Cucu Pertama Untuk Oscar
"Mada?" Mada terlalu sibuk untuk menatap pria yang menjemput Rula, rasanya tidak terlalu asing. "Aku ada urusan genting, jangan matikan teleponnya dan dengarkan saja secara saksama," perintahnya. "Iya tapi ada apa? Hei, aku hanya membahas mengenai Tash sejak awal. Tidak perlu untuk bersikap seperti ini. Kamu tahu, ini seperti kamu sedang memata-matai seseorang." Sejurus dengan jawaban yang diberi, Mada kemudian benar-benar mengabaikan panggilan yang masuk tersebut. Mada terus memicingkan mata dan perlahan bergerak menjauh dari pintu utama kafe untuk mendekat ke arah Rula.Rula sendiri nampak terbahak ketika mendengar si pria yang sepertinya habis menyampaikan kelakar padanya. Keduanya berdiri bersisian, nampak tidak peduli dengan kehadiran Mada.Padahal, Mada sedang serius memantau mereka dari jarak dekat seperti ini. "Kamu tahu, saat aku bertemu dengan Jenar, dia memberiku gaun pernikahannya begitu saja," tukas Rula dengan nada malas."Apakah dia selalu lemah seperti itu?" cibi
Baca selengkapnya
Menikam Jenar Sampai Mati
"Mada," lirihnya setelah Mada pergi. Jenar berusaha memutar tubuhnya, dia sibuk celingak celinguk mencari keberadaan Mada hingga membuat Oscar menaruh perhatian penuh kepadanya. "Jenar, ada apa?" "Apakah Pak Mada memang seperti itu, Pak Oscar?" bisik Jenar dengan menggeser pelan bokongnya lalu menatap ke arah Oscar yang menganggukan kepala. "Seperti apa?" "Bertanya mengenai suatu hal kemudian pergi begitu saja," katanya disertai sengatan rasa tidak suka setelah ditinggalkan. "Singkatnya, kamu bertanya mengapa Mada menggila karena perempuan yang dia sukai?" Tanpa merasa bersalah sudah melontarkan kata-kata yang bermakna ganda, Oscar justru kembali dengan menyuruput minuman hangat miliknya sedangkan Jenar tercengang sejadi-jadinya. "Bukan seperti itu maksud saya, Pak Oscar," cicitnya merendah setelah tersadar sambil menepiskan rambut dari sudut bibir. "Wajahmu lebih merah dari buah strawberry. Kamu menyadari itu?" goda Oscar. "Pak Mada tidak mungkin menyukai saya dan rasanya it
Baca selengkapnya
Oscar si Bapak Tua Girang
“Rula?” Mada yang sejak tadi berada di dalam kendaraannya dan menyimak percakapan Rula serta kekasihnya yang dia minta kepada Josh untuk menyadapnya kini hanya mengernyitkan alis. Dia memukul kemudi seraya menekan benda kecil yang menempel pada daun telinganya, berusaha makin dengan perbincangan yang terjalin. “Tidak masuk akal. Tidak mungkin di dunia ini ada sahabat yang sejahat itu,” bisiknya lagi sambil menimbang-nimbang sesuatu di tangan seraya membasahi bibir. Mada ingin mendengarkannya lebih lama lagi, menikmati satu demi satu kata yang diucapkan oleh Rula sampai dirinya tidak sadar bahwa Oscar sudah keluar dari kafe tersebut dengan dipapah oleh Jenar. Ketika suara pintu mobil diketuk dari arah luar, Mada yang berada dibelakang kemudi segera menekan tombol off lalu menjulurkan tangan untuk membuka pintu. “Pap,” panggilnya dengan menunduk kepada Oscar yang dibantu oleh Jenar untuk duduk di kursi penumpang bagian depan. “Apa yang kamu lakukan di sini, Mada?” balas Oscar deng
Baca selengkapnya
Si Pencemburu yang Cerewet
"Laki-laki macam apa yang membiarkan perempuan pulang seorang diri sementara kamu duduk tenang dibelakang kemudi seperti ini, Mada?" goda Oscar dengan bersiul pelan lalu menepuk perutnya yang membuncit setelah kenyang menyantap hidangan tadi. "Jika papa seusiamu, Jenar pasti sudah akan papa gendong agar duduk tenang pada bagian belakang." "Apa maksud papa?" balas Mada dengan melirik tajam pada Oscar. Oscar terkekeh kecil, dia mendecak-decakan lidah lalu bersiul untuk menatap Mada dengan sorot yang jenaka. "Papa sudah lama tidak berbicara dengan perempuan diluar konteks pekerjaan dan Jenar sepertinya menyenangkan untuk diajak berbicara." "Tidak ada hubungannya denganku, Papa," ketus Mada dengan mengelus kemudi. Mulutnya terbuka kemudian mengatup tertutup. "Papa, tunggu. Dengan apa Jenar pulang?" "Mungkin dengan lelaki lain," seloroh Oscar yang mengguncang Mada.Sejurus kemudian, Mada menoleh ke arah Oscar lalu berdecak. "Berdua dengan lelaki lain?!" Dengan tajam, Oscar melirik
Baca selengkapnya
Dalam Dekapan Mada Lawana
“Apa yang kamu bicarakan?” “Pak Mada, saya—” “Kamu mengatakannya seakan-akan kamu pernah merasakan apa yang terjadi di masa lalu,” ketusnya mendadak tanpa membiarkan Jenar untuk menjelaskan lebih dulu. Sikapnya menjadi kelewat defensif sehingga Jenar terhenyak dan mencoba memundurkan tubuh sebelum terhuyung karena tidak sengaja menabrak orang lain. “Seolah-olah kamu mengetahuinya dengan pasti." Mada berhenti sejenak untuk menarik napas panjang lalu melanjutkannya lagi. "Padahal hanya mendengar selentingan dari orang yang sudah lanjut usia,” terang Mada dengan berdeguk sambil mengepalkan tangan pada kedua sisi tubuh berusaha agar tidak terpancing oleh emosi. “Aku berada di luar negeri selama ini untuk berlibur, bukan untuk bersedih seperti apa yang kamu katakan tadi. Jangan percaya tentang semua yang dikatakan oleh papa, Jenar,” jelasnya dengan susah payah. “Tap—” “Untuk apa aku bersedih?” tanyanya tepat sasaran. Mada berharap bahwa Jenar akan langsung meminta maaf karena sudah
Baca selengkapnya
Ciuman Lembut Pertama
“Apa yang sebetulnya Pak Mada lakukan?”“Membantu.”“Membantu?” ulang Jenar dengan tidak percaya atas apa yang dikatakan oleh Mada.Jemarinya menunjuk liar ke arah mobil serta Josh yang baru saja kembali dengan membuka empat buah cup minuman dingin dan sedikit membungkuk untuk memberikannya pada Oscar yang ada di dalam mobil.“Apakah benar yang dikatakan oleh Pak Oscar tentang Josh mengambil tentengan yang semula aku berikan kepada Rula?” tanya Jenar dengan berbisik ketika Mada menggeret dirinya ke area yang lebih sepi."Benar," aku Mada seada-adanya.“Tentang apa yang aku berikan kepada Rula tadi Itu bukan urusan bapak, apalagi Josh. Tidak ada hubungannya sama sekali,” geramnya.“Jelas ada, Jenar.”“Oh ya?” balas Jenar dengan menyemburkan tawa lalu membasahi bibir sebelum mengubah tumpuan kaki.Keduanya berbicara dengan nada yang terdengar berbisik, berupaya menjaga agar tidak ada yang mendengar celoteh keduanya yang terdengar saling tarik urat.“Tadi aku bertanya kepadamu, apakah be
Baca selengkapnya
Dilarang Menatap Mada!
“Je, jaga pandanganmu. Jangan terlalu sering menatapnya,” cicit Lamina keesokan siangnya saat jam makan siang kepada Jenar yang duduk di hadapannya.Lamina baru saja kembali dengan sebuah nampan berisikan menu makanan cafetaria Lawana dengan berdeham ketika menyadari mengapa Jenar mengabaikan celotehnya."Pantas kamu mengabaikan diriku," cibirnya kemudian.Itu dia.Mada Lawana.Lamina berani bersaksi bahwa Jenar menatap Mada dengan sorot lapar ingin menerkam si bos.“Apa kamu ingin bermasalah dengan Pak Mada, Je?” sambung Lamina agi dengan mencuri tatap ke arah Mada dengan keheranan yang berjarak tiga meja dari mereka.Mada sedang duduk bersama dengan beberapa orang parlente lainnya, menikmati makan siang dengan serius, dia tidak menatap Jenar sebagaimana Jenar menjatuhkan perhatian kepada si pria.Mereka seperti dua orang yang tidak saling mengenal diluar kepentingan pekerjaan, suatu kemustahilan karena Mada dan Jenar sudah melakukan lebih jauh dari itu.“Jenar!” tegur Lamina lagi se
Baca selengkapnya
Lelaki Genit Berbahaya
"Apa?" "Benar," tegas Mada dengan memutuskan keluar sepenuhnya dari dalam ruangan dan berdiri tepat di sebelah Jenar. Tangannya terjulur lurus dari arah belakang untuk mengusap tengkuk Jenar yang terpampang nyata karena dia menguncir rambutnya cukup tinggi dalam satu ikatan. "Apanya yang benar?" tuntut Jenar dengan berusaha menggelengkan kepala agar Mada berhenti mengusapnya. "Katamu tiap benda mati diruangan ini memiliki telinga, mereka bisa mendengar apapun yang terjadi, kan?" "Pak Mada, hentikan," kilah Jenar berulang kali berupaya membuat Mada berhenti memijat tengkuknya dari arah belakang. Jenar tidak mau ada yang melihat interaksi keduanya yang berlebihan sebagai seorang presdir dan sekretaris ini. "Bagaimana dengan hatimu? Apakah hatimu dapat mendengar kalau aku menginginkanmu?" Jenar menatap ke arah Mada dengan serius, mulutnya sedikit terbuka ketika mendengar tutur dari presdir Lawana yang konon kata Lamina tadi menyeramkan. Alih-alih seram, Lamina harus tahu bahwa Ma
Baca selengkapnya
Lembur atau 'Lembur' di Kantor?
“Je, pasti Pak Mada memintamu untuk melakukan lembur lagi, ‘kan?” selidik Lamina. Lamina sibuk menarik-narik tali tas pada satu sisi bahu ketika dia mendekati Jenar yang tengah sibuk dengan pekerjaannya. “Lembur?” ulang Jenar dengan mengangkat kepala sebelum menyibak rambut yang menjatuhi area kening. “Ya,” balas Lamina.Dia bergerak makin mendekat ke arah Jenar lalu menunjuk ke arah layar yang masih menyala serta ke dalam ruangan pribadi Mada yang tertutup sempurna. “Sudah aku katakan kepadaku, Pak Mada itu tidak sebaik Pak Oscar," bisiknya penuh gosip. "Lihatlah, betapa seringnya dia memintamu untuk lembur dan pulang malam.” Sejak kapan Mada selalu memintanya untuk lembur? Sejauh yang dia ingat, Mada bahkan kerap mengingatkan Jenar untuk pulang ketika sudah pukul lima, dia bahkan bersikeras agar Jenar pulang tepat waktu. Mungkin, maksud Lamina adalah ‘lembur’ dalam tanda kutip yang membuat Jenar pulang larut malam. “Ah, itu …” Jenar menggaruk pipi, sadar bahwa gosip yang me
Baca selengkapnya
Sudah Menyukaiku Hari Ini?
[Hei bajing kecil, di mana kamu berada?] [Apakah perjalanan dari Lawana ke sini memerlukan waktu yang sangat lama?] [Dasar lambat, siput saja jauh lebih cepat dibandingkan dengan dirimu.] “Itadakimasu.” Berbeda dengan Mada yang masih menggebu-gebu untuk diakui oleh Jenar dan secara terang-terangan menyatakan rasa tidak sukanya jika Jenar menyukai Ryota, pada salah satu ruangan pribadi di restoran tersebut, disitulah si topik pembicaraan berada. Ryota Seiji Gaidzan. Dia sedang duduk diatas tatami setelah mengirim rentet pesan kepada Mada. Ryota sibuk mengedarkan pandang lalu bergumam tidak sabar. Matanya menatap beberapa hidangan yang akan dia nikmati dengan Mada, sahabat lamanya. Apalagi, Madasudah mengabarkan pada dirinya bahwa presdir Lawana itu akan datang dengan seseorang. “Ada lagi yang dapat saya bantu, Tuan?” tanya seorang pekerja setelah menata piring-piring kecil yang menutupi seluruh permukaan meja dengan beragam sajian laut yang segar kepada Ryota. Ryota menggelen
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
9
DMCA.com Protection Status