All Chapters of Terbangun di Ranjang Presdir Duda: Chapter 41 - Chapter 50
87 Chapters
Bergantung Pada Mada
“Peningkatan dalam kuartal ketiga di tahun ini seharusnya menjadi indikator yang baik untuk Lawana Corporation, tetapi saya kira tidak demikian.” Jenar berjarak cukup jauh dari Mada. Dirinya bosan sekaligus lapar. "Apa yang saya katakan bisa menjadi benar sekaligus salah. Bukankah keraguan adalah pertanda bahwa kita kritis terhadap hal yang dikerjakan?" tanya Mada seraya berjalan menuju tempat duduknya. Mendengar pemaparan rapat meski hal ini merupakan bagian dari pekerjaannya, tetap saja membuat perempuan yang sedang menahan lapar itu jenuh. “Harus diakui bahwa memang kurvanya terlihat lebih tinggi, tapi apakah para stakeholder menyadari bahwasanya …” Jenar memutuskan untuk meneguk air serta mengunyah makanan ringan yang disajikan sambil sedikit memalingkan wajah sedangkan telinganya terus saja mendengar suara Mada. “Pak Mada, saya izin menyela, Pak.” Mada mengangkat kepala, begitu pula beberapa pasang mata yang langsung mengarah kepada si pria paru baya tersebut. “Silakan,” k
Read more
Kekasih Baru Jenar
“Apa kamu benar-benar tidak memiliki kekasih, Je?” tanya Taka kepada Jenar yang hanya terkekeh geli.[Pak Mada: Kalau ingin berkencan denganku, katakan saja.]Jenar mengibaskan tangan sedangkan matanya tertuju kepada layar ponsel yang memberikan notifikasi terdapat pesan baru dari Mada.“Begitu lah, Mas.”“Jangan berteka teki seperti itu, Je,” kekehnya mengamati raut Jenar yang terlihat cukup“Taka, sejujurnya aku tidak yakin jika Jenar masih sendiri,” sambung Lamina dengan mengedipkan mata ke arah Jenar.“Lami, jangan asal bicara,” timpal Jenar dengan mendengkus.“Artinya kamu sudah memiliki kekasih.”“Hei, bisakah aku memilih untuk tidak menjawabnya?”“Ladies, apa ada yang ingin menambah gyoza?”“Taka, aku kenyang.”“Aku …”Lamina bersiul dengan cukup panjang sedangkan Taka hanya mengangkat bahu, berusaha memberikan privasi kepada Jenar.Jenar sendiri tengah bersusah payah untuk menyalakan kontras di ponselnya agar sorot temaram dari tempat ketiganya bersemayam tidak membuat Jenar k
Read more
Duda Menjengkelkan!
"Mada, kamu sedang bercanda, kan?""Tidak.""Mengakui hubungan kita kepada Lamina? Tidak," tegasnya dengan disertai gelengan kepala."Hubungan ini ... hal yang sedang kita jalani, entah apapun itu sebutannya lebih baik hanya diriku dan dirimu yang tahu."“Jenar, dengan kamu yang berniat pergi dengan Lamina tanpa melibatkan atau mempertimbangkan perasaanku, maka aku—”“Bagaimana dengan satu kecupan di pipi sebagai bayarannya?” tawar Jenar dengan mencoba menenangkan Mada yang sedang berada di dalam fase merajuk.“Hmm.”Mada bergumam kemudian mengetuk jemari ke atas meja, punggungnya bergoyang-goyang pelan di atas tempat duduk tersebut.“Itu yang kamu inginkan, bukan?”“Tidak,” balas Mada dengan menggerakan jemarinya, memberikan kode kepada Jenar untuk bergerak mendekat ke arahnya.“Kamu tidak ingin aku cium?!” tanya Jenar dengan terperangah kepada lelaki menggemaskan yang sedang merajuk tidak karuan ini.“Aku lebih ingin ikut dengan dirimu dibanding harus menerima satu buah ciuman lalu
Read more
Akui Diriku!
“Apa sebaiknya saya pamit dari sini?” tanya Mada setelah beberapa saat.Laki-laki yang masih mengharapkan jawaban dari Jenar itu pada akhirnya memilih menawarkan diri untuk meninggalkan area tersebut dengan suka cita.“J—jangan Pak Mada, tidak apa-apa,” cegah Lamina ketika Mada sudah mengangkat bokongnya.“Mungkin Jenar memang terlihat kaku dan kurang bersahabat,” kilah Lamina dengan melebarkan matanya ke arah Jenar yang nampak jengah bukan main.“Jadi saya bisa tetap ikut bergabung di sini?”“Tidak.”“Iya.”“Tentu saja, Pak Mada.”Oke. Kali ini Jenar kembali kalah suara.Baik Taka dan Lamina menginginkan kehadiran Mada di sana sehingga tidak ada pilihan lain bagi Jenar untuk mengiyakannya saja.“Oh ayolah Je, aku tahu mungkin kamu bersitegang dengan Pak Mada.”Mada yang sudah kembali duduk pada posisinya lantas melirik ke arah Jenar, bersitegang apanya?Padahal selama ini di kantor, Mada sellau memperlakukan Jenar dengan sangat lembut dan manis, tidak ada kurangnya perhatian yang dia
Read more
Pihak yang Terluka
“Kekasih,” ulang Jenar dengan memutar bola mata sebelum tubuhnya bergoyang-goyang pelan. “Kamu menganggap diriku lelucon semata, Jenar? Apa yang lucu dari kata yang aku lontarkan?” tanyanya. “Itukah sebabnya kamu menolak untuk menjawab pertanyaan yang tadi aku lontarkan? Itukah sebabnya kamu bersikap dingin dan menjaga jarak?” “Mada,” balas Jenar keheranan ketika menyadari bahwa Mada tengah bersikap pasif agresif kepada dirinya. “Apa yang kamu katakan? Ini sudah malam, jangan melantur,” kata Jenar dengan menguap dan nyaris terantuk sebelum memutuskan berdiri meski dirinya sedikit terhuyung. “Lagipula, apa benar kamu sedang menunggu seseorang untuk—” “Aku menunggumu,” potong Mada dengan senyum hangat yang membuat Jenar merasakan kehangatan matahari terbit di pagi hari. "Oh itu sangat manis, Mada." "Memang aku selalu manis, bukan?" Dirinya berjalan mendekat ke arah Jenar, lalu mengulurkan tangan agar Jenar dapat memegangnya sebelum berdiri dengan sempurna. Tubuh Mada yang menju
Read more
Duda Tampan, Mapan, Menyebalkan
“Taka, kamu melihat di mana aku meletakan tas riasanku?” tanya Lamina dengan menunduk diliputi kepanikan. Dia sibuk membuka tas kerja yang dia letak di atas paha lalu mengecek bagian dalamnya. Lamina hendak mencari tas yang berukuran lebih kecil di dalamnya dengan cukup berisik. "Aaaah, kenapa tas riasanku tidak ada? Oh Tuhan, di mana aku meletakannya?" ceracaunya. Taka yang berada dibelakang kemudi lantas menoleh ke arah penumpang yang berada di sebelahnya dan mengedikan bahu. “Aku tidak membuka tas kerjamu sama sekali, jadi aku tidak tahu. Kamu yakin benda itu tidak terselip?” “Oh, sangat tidak mungkin,” keluhnya dengan suara pelan sebelum mengadah lalu menggembungkan pipi. “Apa mungkin aku meninggalkannya di restauran tadi?” “Ingin kembali?” tanya Taka beberapa saat kemudian setelah melihat tanda untuk putar arah yang semakin dekat dengan posisi mereka saat ini. “Tidak, itu akan membuang-buang waktu,” putusnya sambil mengetuk sisi jendela menggunakan punggung tangan. Duduk
Read more
Oh Astaga, Ini Menggelikan
“Lamina?” ulang Jenar dengan mencicit penuh keterkejutan.“Lamina,” tegas Mada berupaya membuat Jenar percaya bahwa dia tidak sedang bercanda.“Kenapa tiba-tiba kamu menyebutkan nama Lamina?” bisiknya.Dia mendadak mengadah, menatap duda usil dengan tinggi menjulang dihadapan yang tengah mencengkram pergelangan tangannya cukup kencang sehingga Jenar kesulitan untuk bergerak.“Karena ada Lamina,” terang Mada dengan menarik Jenar pelan ke arah dekapnya.Pertikaian mereka mendadak menjadi menguap begitu saja seiring suara alas kaki yang bergerak ke arah nama yang di maksud.”“Kalau ada papa, aku pasti menyebut nama papa.”“Ya, tentu.”Jenar mengerjap cepat, merutuki kebodohannya sekaligus merasa bahwa Mada hanya sedang mempermainkan dirinya saja.“Dasar lucu, seharusnya aku tidak mempercayai ucapanmu begitu saja karena aku tahu dengan pasti bahwa kamu sedang menyampaikan kelakar.”“Well said, Nona. Aku memang lucu,” ledek Mada kepadanya hingga Jenar berdecih pelan.Perempuan yang tengah
Read more
Ramuan Pembesar P3NIS
[Duda Premium : Papa membelikanmu madu ramuan rahasia, Josh sudah mengantarkannya ke resepsionis.]Mada berhenti berjalan, menoleh ke arah kanan dan kiri lalu memaki dengan pelan.“Dasar duda pengganggu. Apakah dia benar-benar kesepian hingga terus mengganggu anaknya?”[Mada Lawana : Tentu. Terima kasih, papa.][Duda Premium: Itu ramuan supaya p3nismu besar.]“Konyol,” kekehnya tidak habis pikir dengan balasan yang diberikan oleh Oscar.“Lagipula siapa yang memerlukan ramuan pembesar kalau milikku saja sudah ….”Mada menggantung ucapannya, teringat akan raut Jenar yang tidak bisa dia lupakan ketika sedang mengulum miliknya sehingga perlahan Mada memilih untuk menggelengkan kepala.Dia berupaya menjernihkan benaknya dari pikiran aneh yang menyeruak.“Ah, aku harus bertanya pada Jenar,” tutur Mada dengan kesimpulannya sendiri.“Membahas hal ini sungguh membuat kepalaku pening. Sangat sangat pening,” racaunya pelan, berusaha agar tidak ada yang mendengar tutur konyolnya.Laki-laki itu la
Read more
Perebut Pria Beristri
“Oh Tuhan, ini sangat membosankan.” Mengetuk jemarinya di atas keyboard seraya memandang layar tempatnya bekerja seperti yang dirinya lakukan berbulan-bulan kebelakang pada hari senin siang tidak pernah membuat Jenar merasa bosan seperti ini. Dia sampai berulang kali menguap ketika merasakan serangan kantuk yang luar biasa. Mada tidak ada di kantor dan hal tersebut membuat hari yang dilalui Jenar terasa sangat panjang. Secara resmi, Mada mengabarkan kepada Jenar bahwa dia memiliki urusan pribadi yang tidak bisa ditinggal lalu akan melakukan pekerjaan secara daring, tidak onsite. Secara tidak resmi, Mada mengatakan pada Jenar agar jangan merindukannya khusus untuk hari ini. Tidak ada pesan yang dibalas oleh si lelaki, dia tidak tahu kemana dan apa yang sedang dilakukan sama sekali oleh Mada. Ditambah lagi fakta bahwa pria tersebut terakhir kali terlihat aktif pada aplikasi pengirim pesan kemarin malam. “Jadi, di mana kekasihmu?” Lamina mendekat ke arah Jenar, meletakan satu pap
Read more
Katakan, Kamu Mencintaiku 'kan?
“Kamu salah dengar, Lila,” balas Jenar dengan santai, tidak ingin terpancing oleh emosi kendati Dalilah sibuk menggedor dirinya tanpa henti.“Apa ini memang pekerjaanmu, Lila? Kamu gemar menguntit dan mencuri dengar pembicaraan orang lain?” serang Lamina yang segera berdiri kemudian mendorong tubuhnya untuk berdiri sebelum perlahan beradu tatap dengan Dalilah.Setelah tempo hari Dalilah membahas mengenai perceraian Mada, Lamina mulai memupuk rasa tidak suka di hatinya.Bagi Lamina, jika Dalilah menggunjingkan orang lain dalam konotasi yang negatif, dia masih sedikit bisa menerimanya. Akan tetapi, berbeda jika yang digunjingkan adalah presdir Lawana.Tidak. Dia tidak bisa terima.Apalagi setelah dirinya tahu bahwa Mada serta Jenar tengah menjalin hubungan, Lamina langsung menjadi protektif dan tidak akan dia biarkan debu satu ini mengusik romansa di antara sekretaris dan atasannya ini.“Aku hanya mengatarkan setumpuk kertas dan ingin berinteraksi, Lami. Kamu tidak perlu bersikap terlal
Read more
PREV
1
...
34567
...
9
DMCA.com Protection Status