Semua Bab Terbangun di Ranjang Presdir Duda: Bab 61 - Bab 70
87 Bab
Teror Nomor Tidak Dikenal
[Nomor Tidak Dikenal : Kita harus bicara dan aku tahu kamu sedang berada di mana, Je.]Jenar yang tengah menunduk untuk memainkan ponsel dari dalam mobil lantas tercengang ketika membaca sebaris pesan yang masuk dari nomor tidak dikenal tersebut, keningya berkerut-kerut cukup dalam dan tangannya terasa dingin.“Jenar?”[Nomor Tidak Dikenal : Mengirimkan detail lokasi.][Nomor Tidak Dikenal : Kamu berada di sana, bukan?]“Kamu kenapa terlihat begitu gugup? Siapa yang mengirimkan pesan?” rentet Mada yang sejak tadi sudah memperhatikan Jenar dengan saksama ketika mobil tersebut berhenti di area parkiran bawah tanah milik Oscar.Mada sudah melepaskan sabuk pengaman dan tubuhnya sedikit dia miringkan untuk menoleh ke arah Jenar yang matanya terus tertuju kepada benda pipih di pangkuannya.“Oh, t—tidak ada apa-apa,” balas Jenar seraya menggaruk hidung lalu menelungkupkan ponsel dengan gerak yang cukup rusuh sebelum melepas sabuk pengaman.“Jadi bagaimana dengan pertanyaanku?”“P—pertanyaanm
Baca selengkapnya
Sekretaris atau Kekasih?
“Aku tidak berbau ketiak dan keringat basah, ‘kan?” Jenar berbisik di sebelah Mada, berupaya meyakinkan diri sendiri bahwa dia sudah siap untuk bertemu dengan Oscar dan tidak akan membuat malu karena aroma tidak sedap yang keluar dari tubuhnya. “Pertanyaanmu terdengar cukup konyol,” kekeh Mada sambil mengacak puncak kepala Jenar. Jenar mendelik ke arah si pria lalu menunduk sebelum berbisik pelan. “Mada, sungguh, aku tidak berbau ‘kan?” Jenar menoleh, menatap pria tersebut dengan penuh pertanyaan yang belum terjawab sama sekali. Mada memasukan kedua tangannya di dalam kantung celana dan memutar sedikit tumit ke arah Jenar lalu mengatupkan bibir untuk beberapa saat. “Kalau kamu berbau, aku juga berbau. Sebab, kita menghabiskan waktu seharian penuh bersama-sama.” “Sudahlah, terserah apa katamu,” balas Jenar yang di mata Mada terlihat sangat menggemaskan sebelum mengulum bibir kemudian menunduk guna menatap jemarinya yang berhiaskan pewarna sewarna salem. “Padahal, bukan itu yang
Baca selengkapnya
Sebuah Tamparan
“Kamu yakin meninggalkan Jenar untuk ke kamar mandi begitu saja, Mada?” “Kenapa tidak?” Mada meneguk air yang berada di dalam gelas, merasakan sedikit manis yang mengalir di kerongkongannya sebelum menggosok kedua tangan di atas paha lalu menoleh ke arah Oscar dengan sorot santai, bahunya terangkat secara bersamaan sebelum dia menguap. “Kamu tahu bahwa banyak hal yang disembunyikan oleh rumah ini, Mada," terang Oscar yang berupaya untuk berdiri kemudian menyusul Jenar sebelum Mada menahan tangan sang papa, memintanya agar duduk tenang tepat disampingnya. “Benar, papa. Dan itu menjadi satu dari sekian banyaknya alasan mengapa aku merasa lebih tenang tinggal di griya tawang.” Oscar menunduk, menatap tangannya yang dicekal oleh Mada sebelum suaranya berubah menjadi sebuah desis di hadapan si pria yang berusia lebih muda. “Sama sepertimu, papa juga mempunyai alasan mengapa tidak memberikan sembarang orang untuk singgah ke sini.” “Aku tahu,” jedanya sambil mengetuk jemari. “Akan teta
Baca selengkapnya
Rahasia-Rahasia Lawana
Prang!“Oh astaga, dasar ceroboh sekali dirimu, Jenar!” rutuknya dengan memutar bola mata.Jenar mundur sejenak, berusaha menjauhkan dirinya dari pecahan kaca yang berserak di bawah kakinya tersebut.“Dasar pembawa petaka, harusnya aku meminta agar ditemani oleh Josh jika tahu akan berujung seperti ini.”Apa yang harus dirinya katakan kepada Mada serta Oscar jika kedua lelaki itu tahu bahwa kedatangan perdana Jenar ke sini justru merusak sesuatu yang berada di rumah ini?Rasanya, rapalan harapan yang datang dari belah bibir Jenar langsung terjawab begitu saja ketika sebuah suara menyapanya disertai napas yang terdengar memburu.“Nona Jenar, anda tidak apa-apa?” tanya Josh seraya duduk bersimpuh ala seorang ksatria.“Eh—ap … apa yang kamu lakukan di sini, Josh?” balasnya kikuk karena tercengang seraya bertanya di dalam hati mengapa Josh sangat sigap menghampirinya.“Apa Nona terluka?”“A—aku baik-baik saja,” kata Jenar dengan menyelipkan helai rambut ke area belakang telinga.Jenar men
Baca selengkapnya
Jangan Menyakiti Jenar, Mada
“Pa, pertanyaan papa terdengar sangat klise.” Mada terdiam sejenak mendengar penuturan dari Oscar sebelum kalimat tadi terucap, dia perlu untuk memikirkannya selama beberapa saat. “Dengarkan papa, Mada. Jangan menyia-nyiakan Jenar,” kata Oscar dengan segenap keyakinan yang ada di hatinya. “Jika kamu masih tidak dapat berpaling dari Bianca sama sekali, jangan berani untuk membuka hati pada perempuan lain. Kamu hanya akan berakhir dengan menyakitinya.” “Pa,” tegas Mada dengan memandang tegas ke arah Oscar. Pria yang lebih muda lantas melirik tangan Oscar melalui sudut mata, masih menerka-nerka apakah telapak itu akan kembali mendarat di atas pipinya seperti tadi atau tidak. Mada menggerakan rahangnya dan sedikit memutar tumit untuk berpaling ke arah kiri. Dirinya meraih dua lembar tisu dan menunduk serta menjauh dari jangkauan Oscar untuk meludah ketika Mada merasakan sesap asin pada rongga mulut. “Aku tegaskan kepada papa bahwa aku tidak akan menyakiti Jenar sama sekali,” ucap M
Baca selengkapnya
Dua Jenar, Satu Mada
“Perempuan yang memakai gaun pengantin dan berpose disamping dirimu adalah Bianca, istrimu,” tebak Jenar dengan ringan. “Bagiku, kamu tidak perlu menjelaskannya lagi," sambungnya ketika menatap Mada yang nampak bersiap untuk memberikan seribu alasan kepadanya. "Lagipula, siapa perempuan muda yang bersanding denganmu di dalam foto tersebut serta dipajang di area rumah jika bukan seseorang yang spesial, bukan?” “Jenar …” Jenar menganggukan kepala, nampak tidak terganggu dengan fakta yang baru dirinya temui ini. “Untuk hal ini aku akui bahwa Bianca cantik.” Mada menelan saliva, tangannya terasa menjadi cukup dingin. "Kamu cemburu buta?" “Cemburu?” “Seperti pasangan pada umumnya. Sebab, foto yang kamu lihat adalah pernikahanku,” kata Mada dengan penuh harap kepada Jenar yang mengedipkan mata. Mulutnya terbuka kemudian menutup dengan cukup cepat sebelum tertawa canggung ketika mengatakan yang sejujurnya kepada Mada. "Sejujurnya, aku tidak tahu apakah ini buruk atau tidak, tetapi
Baca selengkapnya
Mada, Jadi Iya atau Tidak?
“Jadi, bagaimana Mada? Kamu tinggal mengatakan bahwa tebakan yang aku sampaikan salah atau benar," ucapnya dengan cukup tegas yang membuat Mada berupaya mengatur kalimat balasannya dengan cukup hati-hati. "Hanya perlu iya dan tidak, tidak perlu membuatnya menjadi lebih rumit dibandingkan yang seharusnya.” Bukan. Bukan pertanyaan Jenar yang membuat Mada terpaku dan kehilangan kemampuannya untuk berbicara dalam beberapa detik setelahnya. “Mada Lawana, kenapa sekarang dirimu justru menjadi bungkam?” Sejujurnya, dengan mudahnya Mada dapat mengatakan tidak kepada sang perempuan serta mengatakan bahwa tebakan perempuan itu salah. Akan tetapi, ketenangan Jenar saat bertanya kepadanya, itu yang membuatnya terkagum. “Tidak. Dirimu dan Bianca berbeda, Jenar,” katanya dengan menunjukan seulas senyum yang cukup canggung sambil menatap Jenar cukup intens. Seakan-akan, tidak ada siapapun di sana selain dirinya dan Jenar, tidak pula Josh maupun Oscar serta para pengurus rumah serupa villa ter
Baca selengkapnya
Pihak Ketiga
“Jenar,” panggil Mada cukup lirih ketika sebuah deham terdengar di telinganya.Mada menolehkan kepala, menatap kearah punggung Jenar yang perlahan terlihat mengecil seiring langkahnya ketika menghampiri Oscar."Tuan Oscar, apa yang Tuan lakukan di sini? Mari kita kembali ke area meja makan," ajak Jenar dengan hangat, berusaha untuk tidak mendengar bahwa terdapat sayup suara Mada yang memanggil namanya."Kalian berdua lama sekali.""Kami habis membahas beberapa hal, seperti hal-hal yang berkaitan dengan urursan pekerjaan," tutur Jenar.Dia berdiri di sebelah Oscar dan tersenyum memancarkan kehangatan sebelum memutuskan untuk berjalan disebelah si pria renta.“Sepertinya kursi yang berada di ruang makan hanya dua, bukan?""Papa ayolah, jangan menjadi menyebalkan seperti ini," gerung Mada pada Oscar."Tidak akan ada ruang untuk orang ketiga, terlebih jika orang itu bernama Mada Lawana,” sindir Oscar kepada sang putra ketika Jenar tersipu malu lalu berupaya memapah Oscar agar dapat berjal
Baca selengkapnya
Sesak di Dalam Mobil
[Nomor Tidak Dikenal : Jenar, bisakah kita berdua bertemu?] “Mungkin aku ingin membahasnya nanti ketika waktunya tiba, tidak untuk sekarang,” tutur Jenar dengan menatap ke arah pria yang berada dibelakang kemudi ketika kendaraan beratap rendah itu tiba di dekat tempat tinggalnya. Suara mesin masih terdengar menderu begitu juga dengan tangan kiri Mada yang memegang kemudi sedangkan tangan kanannya sibuk mengetuk atap rendah kendaran itu dengan bibir yang mengerucut sambil sesekali menoleh ke arah Jenar yang tengah merapikan diri. "Aku tidak tahu apa yang saat ini kamu pikirkan. Akan tetapi, one thing for sure, aku tidak pernah mencoba menyamai dirimu dengan Bianca. Kalian berdua berbeda dan—" "Anggaplah seperti ini." Jenar yang semula tengah merapikan jam tangan rantai dipergelangan tangan kiri kemudian dengan tegas menatap ke arah Mada. "Pertama, anggap saja dari sejuta manusia di muka bumi, kamu justru bertemu dengan Bianca dan diriku." Jenar menjeda sejenak kemudian menarik tur
Baca selengkapnya
Drama si Raja Drama
"Masa laluku adalah milikku, sejauh apa kamu bisa tahu dan melibatkan diri di dalamnya, tentu harus seizin diriku," lugasnya yang membuat Jenar lekas berpaling, mengabaikan gedoran yang semula datang dari arah luar tersebut.Alih-alih memperhatikan serta mendengarkan sekeliling mereka dengan saksama, Jenar justru menunduk dalam-dalam.Sama seperti Mada yang juga tengah terengah-engah karena merasa energinya terkuras habis ketika dirinya bersitegang dengan Jenar tadi."God damn it!" raungnya pelan dengan memukul kemudi sebelum menelungkupkan kepalanya di atas kemudi lalu menggeram untuk meredakan amarah yang semula menggebu-gebu di relung hati."Sekali lagi aku tegaskan kepada dirimu, aku tidak pernah menyamai dirimu dengan siapapun, termasuk Bianca." Mada menjeda sejenak kemudian menekan-nekan pelipisnya yang terasa berdenyut tidak berkesudahan."Aku tidak berbohong ketika mengatakannya dan cukup, cukup untuk merasa bahwa semua ini berputar di dunia orang yang sudah lama meninggal dun
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status