Semua Bab Terbangun di Ranjang Presdir Duda: Bab 71 - Bab 80
87 Bab
Pria Parlente Konyol
"30 detik dan tidur bersamaku di akhir pekan. Sepakat?" tawar Mada kepada Jenar yang rasanya gatal sekali ingin mengusak wajah pria itu menggunakan sabut yang digunakan untuk mencuci piring."Penawaran yang tidak masuk akal, Mada.""Baik."Mada bergumam sejenak lalu mendecakan lidah. "Jika begitu, kamu sudah mengetahui jawabanku. Aku tidak akan membiarkanmu untuk bertemu dengan Sambara.""Kenapa tidak?""Karena aku tidak bertemu dengan seseorang yang membuat hatiku patah, Jenar. Logikanya seperti itu."Jenar mengetatkan rahang, nampak kesal dengan Mada. Padahal, jawabannya sudah sangat jelas bahwa pria itu tidak akan dapat bertemu kembali dengan seseorang yang mematahkan hatinya; Bianca Rose."Tentu saja hal itu tidak mungkin terjadi karena Bianca sudah ....""Apa ada yang salah dari ucapanku?" potong Mada dengan lengan kanan yang bersandar pada kemudi sementara Jenar melemas."Sepakat," kata Jenar dengan susah payah karena ponselnya terus saja berdering tak berkesudahan."Buka pintun
Baca selengkapnya
Bajingan Tengik Berotak Udang
"Aku ingin membicarakan hal ini berdua saja dengan Jenar jika dirimu tidak keberatan," pinta Sambara yang ditolak mentah-mentah oleh Mada. "Permintaan retoris, dasar otak udang konyol."Laki-laki berpakaian parlente tersebut dengan terang-terangan menunjukan rasa tidak sukanya kepada Sambara dengan berdecih serta memandangnya tajam,"Pergi sebelum diriku benar-benar murka," ancamnya yang tidak diindahkan oleh Sambara karena fokus si pria sejak tadi adalah Jenar, bukan Mada.Dengan tegas, Mada menggelengkan kepalanya, sekali dia katakan tidak kepada Sambara, maka jutaan kata lainnya yang keluar dari belah bibirnya tetaplah sama.Apapun pertanyaan Sambara, jawabannya adalah tidak. Mustahil Mada ingin mengubahnya.Sikap keduanya sama-sama keras, Sambara tidak akan pergi jika belum mendapatkan kesempatan untuk berbicara dengan Jenar sementara Mada bersikeras bahwa Sambara harus enyah."Hanya sekali ini saja.""KALAU BEGITU, KATAKAN!""Dia."Sambara menunjuk ke arah Jenar yang matanya ber
Baca selengkapnya
Sebuah Karma
"Anak yang dikandung oleh Rula kemungkinan besar bukan darah dagingku, Jenar."Sebuah senyap terjadi untuk beberapa saat, Mada terlalu tercengang untuk memberikan respons sementara Jenar hanya memasang raut datar."Untuk itu ...ah, aku tidak tahu apakah ini bisa dikatakan karma atau bukan," tuturnya dengan menggaruk area tengkuk."Setidaknya, aku ingin meminta maaf dan tolong maafkan diriku," tutup Sambara."Jadi kamu ingin meminta maaf karena menyesal atau karena terpojok?""Keduanya. Namun lebih banyak pada poin menyesal." Sambara menarik napas panjang, seolah-olah dia hendak mempertimbangkan kembali ucapannya."Menyesal karena meninggalkan dirimu. Nah, itu maksudku. Harusnya aku tidak melakukan itu, harusnya pernikahan kita tetap berjalan dan aku ... seharusnya aku tidak berpaling untuk Rula."Perkataan Sambara sontak membuat Jenar mengerjap dengan cepat dan bahkan menyempatkan diri untuk mengubah tumpuan kaki kendati beberapa detik sebelumnya, kakinya terasa sakit karena terkilir.
Baca selengkapnya
Lalu, Kita Bercumbu Mesra
"Oh astaga, aku merasa seperti pasien yang memiliki penyakit mematikan dan usia hidupku tinggal beberapa menit ke depan.""Dan aku akan mati jika kamu tidak segera pulih.""Hati-hati saat berbicara, tampan," balas Jenar gemas dengan mencubit ujung hidung Mada lalu tersenyum pelan ketika matanya menatap si lelaki yang keluar dari pintu pengemudi untuk beralih ke arah Jenar.Mada tidak bermain-main dengan apa yang dia sampaikan sebelumnya kepada Jenar ketika keduanya berada di rumah sakit kemarin malam.Kendati Jenar menganggap bengkak di kakinya sebagai hal yang biasa, tetapi Mada tidak demikian. Setelah semalam pria itu mengantarnya pulang dan untuk kali pertama bertemu dengan kakak yang keheranan karena Jenar datang dengan lelaki yang luar biasa tampan selain Sambara, pada pagi buta Mada sudah kembali tiba di depan rumah Jenar.Dia bersikeras untuk mengajak Jenar untuk datang bersama, tidak peduli akan pandangan masyarakat Lawana Corporation nantinya.Lagipula, kondisi Jenar saat in
Baca selengkapnya
Lawana Corporation Gempar
Aman.Satu hal yang berada di benak Jenar ketika dirinya dipapah oleh Mada serta langsung dibawa ke ruang kerja si pria agar tidak bertemu dengan karyawan lainnya adalah aman.Dirinya kadung merasa bahwa hanya ada dirinya dan Mada saja sejak mereka meninggalkan area parkir kendaraan lalu terpingkal-pingkal seakan dunia tercipta untuk mereka berdua. Nyatanya ..."Hei hei hei! Berkumpul, aku membawa sesuatu yang sangat penting!" pekik Dalilah yang baru saja sampai lalu menaruh barang-barang di dalam kubikelnya dengan cukup berisik hingga beberapa pasang mata menoleh ke arahnya, ingin tahu apa yang hendak disampaikan oleh si biang gosip tersebut."Apa?""Jika yang kamu katakan bukan tentang promo makan siang di salah satu restauran, aku tidak ingin mendengarnya.""Oh ayolah, apalagi yang akan diberi tahu oleh biang gosip ini selain .... jadi, siapa lagi yang berselingkuh di kantor ini?" tebak yang lain ketika mereka mulai berkerumun."Selamat pagi pekerja Lawana, kembali lagi dengan Dal
Baca selengkapnya
Nona Sekretaris Terpojok, TOLONG!
"Hari ini Jenar datang dengan Pak Mada, berdua. Aku yakin seperti itu."Lamina berseru kepada Taka yang duduk dihadapannya seraya membawa nampan berisikan menu makan siang yang habis dirinya ambil di area cafetaria."Oh ya?" Taka memberikan kode kepada Lamina untuk menggeser beberapa piring saji sebelum dirinya dapat meletakan nampan di depan meja putih pembatas yang tidak terlalu besar tersebut.Lamina menepuk-nepuk tempatnya duduk, menguji tingkat empuk sofa yang diduduki sebelum menyelipkan rambut kebelakang telinga."Tentu. Aku tahu dengan pasti bahwa Dalilah tidak mungkin berbohong," bisiknya setelah sibuk mengedarkan pandang, berusaha keras agar target yang menjadi topik pembicaraan tidak ada di sana sama sekali."Hanya saja, aku berupaya untuk menutupinya agar hal ini tidak menjadi semakin liar." Lamina mencondongkan tubuh ke arah Taka, kekasihnya, hingga lanyard di leher bergoyang pelan sebelum mendecakan lidah beberapa kali."Kamu tahu 'kan kalau berita dari Dalilah itu sepe
Baca selengkapnya
Puas Menjadi Seks-retaris?
"Tidak mungkin."Secara spontan, Jenar mengutarakannya dengan kerongkongan yang terasa kering.Sekretaris pribadi Mada itu menggelengkan kepala kuat-kuat dengan meremas bagian depan pakaian yang dikenakan.Rasanya ini sangat salah, tidak mungkin perempuan jumawa yang tengah berbicara di hadapannya adalah seseorang yang berada di masa lalu."Excuse me?"Bianca mengerutkan kening dan kepalanya sedikit ia miringkan ke arah kiri sebelum jemari berhias kukunya yang indah bergerak untuk menepiskan rambut.Jenar terkesima saat melihat Bianca, seolah-olah dirinya tengah melihat pantulan dirinya sendiri di dalam cermin.Mereka nampak mirip, serupa namun tidak sama. Jenar tahu bahwa dirinya tidak memiliki kaitan apapun dengan Bianca, mereka berasal dari dunia yang berbeda. Jenar, putri bungsu dari dua bersaudara.Bagaimana bisa mereka menjadi sepasang kembar bila Bianca memiliki usia yang berbeda dua tahun dari Mada sementara dirinya berbeda sepuluh tahun dari si pria?Tidak, ini hanya kebetula
Baca selengkapnya
Bukan Sekretaris Rendahan!
"Apa? Apa yang ingin kamu katakan kepada diriku? Apa yang bisa membela dirimu saat ini, huh?" rentet Bianca tanpa memberi kesempatan bagi Jenar untuk menjawabnya."Kamu tidak lebih dari sekretaris murahan yang dengan begitu mudah dapat melebarkan kaki dan beradu desah.""Nyonya Bianca," tegas Jenar saat menyebutkan nama Bianca, besar harapannya bahwa setelah ini Bianca tidak lagi bersikap agresif seperti sebelumnya."K—kita bisa membicarakan ini dengan baik-baik. Nyonya hanya salah menduga, diriku tidak seburuk apa yang sempat terlintas di dalam benakmu, Nyonya Bianca." “Katakan kepada diriku pada titik mana aku mengatakan sesuatu yang salah? Kamu pikir Mada sudah berpaling dariku sepenuhnya hanya dalam waktu lima tahun? Apa itu yang berada di benakmu?”Bianca melipat kedua tangan di depan dada dan mengangkat dagunya cukup tinggi untuk menantang Jenar yang mematung sepersekian detik seraya membasahi bibirnya yang kering.Dia menelan saliva, karena hanya itu satu-satunya kesempatan Je
Baca selengkapnya
Jual Beli Sekretaris
“Begini, Pak Mada.” Seorang pria paruh baya menghampiri meja Mada tepat ketika pria tersebut tengah memutar penutup ballpoin pertanda bahwa rapat yang cukup menyita waktunya usai. “Bagaimana, Pak?” jawab Mada. Mada mengerutkan kening seraya menyunggingkan senyum yang hanya bertahan beberapa detik saja sebelum melipat kedua tangan di atas meja. Beberapa pasang kolega mulai membubarkan diri setelah sebelumnya menyapa Mada penuh kehangatan. “Sepertinya … saya belum melihat kehadiran seseorang," terangnya disertai siulan. “Seseorang?” ulang Mada disertai alis yang terangkat sambil memiringkan sedikit posisinya ketika seorang office boy menghampiri untuk mengambil bungkus makanan yang telah kosong serta botol air mineral. “Ya.” Lawan bicaranya tersenyum simpul sambil menggosok kedua tangan di depan dada. “Kami semua tahu kalau Pak Mada memiliki sekretaris yang cekatan dan pekerjaannya … cukup rapi.” “Oh ya?” Mada bersikap defensif di luar keinginannya, rasanya akan ada sesuatu ya
Baca selengkapnya
Kalian Bertengkar, Ya?
[Lamina: Je, sampai kapan dirimu ingin berada di dalam ruangan Pak Mada?][Lamina: Taka menyuruhku pulang, tetapi aku ingin memastikan agar nenek lampir itu pergi lebih dahulu dan aku baru akan menyusulnya.][Lamina: Tiga panggilan tidak terjawab.]Mada mengembuskan napas lalu kembali duduk di sebelah si perempuan setelah menyampirkan selimut hangat yang menutupi bagian atas tubuh Jenar.Ponsel milik Jenar sejak tadi berada di atas meja, dekat secangkir kopi hangat yang mau tidak mau Mada buat sendiri sebab setelah pertama kali Jenar membuatkan kopi untuknya, Mada merasa tidak cocok dengan kopi buatan orang lain.Hanya Jenar yang seleranya cocok untuk Mada.[Lamina: Taka menyuruhku untuk pulang, tas kerjaku bahkan sudah ditenteng oleh dirinya. Hubungi aku secepatnya!]Mada menyesap kopi lalu berdecak seraya membasahi bibir lalu melirik ke arah ponsel yang masih menyala dengan kondisi layar terkunci tersebut, berderet-deret pesan masuk dari Lamina pada akhirnya membuat si lelaki mengem
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status