Semua Bab JENTERA SAKTI DAN MUSTIKA UDARATI: Bab 51 - Bab 60
84 Bab
SRITI
Sriti kesal sekali karena Jentra tetap begitu keras kepala untuk bisa menikahi Candrakanti. Sementara ia yang rela berkorban apapun untuk Jentra hanya akan dianggap angin lalu dan ditinggalkan. Ia semakin marah saat rumor perkawinan Jantra dan Candrakanti sampai ke telinganya. "Kau sungguh keterlaluan, Kakang Jentra. Apa kurangku dari perempuan itu. Jika alasanmu, perempuan itu memberikan segalanya padamu termasuk keperawanannya, apakah aku tidak?Namun Perempuan itu dan keluarganya bahkan telah menyakitimu. Mengapa masih juga memilihnya."Tanya Sriti. Sriti mondar-mandir di selasar rumah Jentra yang besar. Ia seperti orang yang senewen dan kebingungan karena ia masih ingat kata-kata Jentra yang menyakitinya. "Kau telah menjebakku, Sriti. Namun satu hal yang harus kau tahu adalah bahwa di dalam hidupku tidak ada wanita yang akan selalu kucintai dan kurindukan seperti Candrakanti. Meskipun ia telah menghancurkan hatiku seremuk itu. Dan aku tidak berniat menggantikannya dengan wanita
Baca selengkapnya
WALAING TANAH PENGENDALI API YANG TENGGELAM
Kerusuhan yang terjadi di Wanua Song telah memicu berbagai spekulasi politik yang luar biasa keras. Para pejabat Medang berwangsa Sanjaya mulai panik. Karena setelah mendengar laporan bahwa wanua Song dibakar habis oleh pembesar Walaing sendiri untuk menutupi kegagalan mereka melindungi Song dari keganasan perampok, Maharaja Rakai Garung mengambil tindakan dengan mengumumkan perang pada Walaing. Rencana Pangeran Balaputeradewa menguasai Walaing-pun tinggal selangkah lagi. Para Panglima perang termasuk Jentra diperintahkan untuk menenggelamkan Walaing dan menangkap seluruh pejabatnya. Serangan akan dilakukan fajar hari sebelum mereka siap menghadapi tentara Medang. "Kenapa kau begitu gelisah?" Tanya Jentra pada Rukma. "Entahlah, kakang. Aku hanya merasa ini tidak benar." Katanya. "Sudah kukatakan. Jangan menilai apapun dalam sebuah pusaran politik. Kita perajurit. Kita hanya menjalankan tugas." Kata Jentra menghibur Rukma yang terpukul dengan penghancuran wanua Song beberapa malam
Baca selengkapnya
PENGKHIANATAN RUKMA
Rukma terkejut saat melihat Ganika dan Gaurika begitu mudah dijatuhkan oleh Jentra Kenanga hanya dengan sebuah perkelahian main-main menurut Rukma. Jadi Jentra memang sesakti itu, maka wajar saja jika karirnya begitu cepat menanjak dan membuat iri hati seniornya. "Rukma, biar aku menghadapinya. Kau urus saja wanita-wanita itu supaya tidak diperlakukan tidak senonoh oleh para perajurit." Kata Jentra. "Baik!" Sambut Rukma gembira. "Hei bocah tengik. Jangan coba lari dariku. Tapak geni!" Teriak Mpu Kumbhayoni dengan mengerahkan pukulannya kepada Rukma. Dengan sigap Jentra mendorong Rukma ke samping dan mengibaskan jubahnya sehingga pukulan api itu memantul ketika mengenai jubahnya dan pukulan api yang terlontar hampir mengenai wajah Mpu Kumbhayoni sendiri. "Tameng Sangara!" Teriak Jentra. Jubah itu-pun terlepas dari tubuh Jentra dan mengejar Mpu Kumbhayoni. "Ditya kala dahana." Teriaknya menghalau jubah itu dengan semburan api. Namun jubah itu terus merangsek ke arah tubuh Mpu Ku
Baca selengkapnya
TAKDIR TAK TERELAKAN
Ganika sedikit lebih beruntung. Saat terjatuh dari tebing, ia langsung masuk ke dalam kedung Sungai yang dalam sehingga lolos dari kematian. Tubuhnya diseret arus ke tepian dan dengan susah payah ia menggapai kayu pohon besar yang hanyut. “Ke mana Sungai ini akan membawaku?” Tanya Ganika di dalam hati Sungai itu memang mengalir menjauhi pusat perkemahan prajurit Medang di Utara. Sungai itu terus mengalir ke Selatan menuju tempat bernama Randu Gumbala. Ganika sadar bahwa ia belum sepenuhnya lolos dari bahaya karena semua Sungai menuju muara, dimana semua muara Sungai besar pasti berbuaya. “Aku harus segera berenang ke tepian. Supaya darah di tubuhku tidak menarik binatang buas mengejarku.” Kata Ganika. Dugaan Ganika tidak salah. Kecipak air yang dihasilkan Ganika mengundang seekor buaya besar mendekat. Ganika berusaha sekuat tenaga berenang ke tepian. Ia berhasil mencapai daratan, namun buaya itu masih tetap mengejarnya. “Binatang kurang ajar!” teriak Ganika saat buaya itu menerka
Baca selengkapnya
SEBUAH PERTANYAAN BESAR
“Aku sama sekali tidak mengerti, ke mana anak itu menghilang? Prilakunya juga aneh sebelum ini.” Kata Jentra. “Wajar saja. Ini adalah pengalaman pertamanya berperang. Namun aku juga tidak mengira ia bisa begitu ceroboh dengan pedati itu.” Kata Amasu. “Seharusnya dengan ilmu yang dimilikinya ia mampu mengatasi jurang di Ngijo. Dia memiliki aji angin-angin dan tapak banyu. Jurang sedalam itu pasti bukan masalah. Apalagi kalua kulihat lagi di bawah ada Sungai. Dia adalah pengendali air yang baik dan juga jago berenang. Saat kutemukan saja, ia mampu melawan arus banjir yang hebat.” Kata Jentra lagi “Kecuali dia memang ingin menghilang.” Kata Amasu “Apa maksudmu?” Jentra mengernyitkan dahinya. Kasihnya yang besar pada Rukma, menolak untuk berpikir yang buruk pada anak itu. Apalagi selama ini bahkan Rukma selalu melindunginya dari banyak hal terutama dari kegenitan Sriti. “Bukankah kau bilang bahwa Rukma sebenarnya gamang dengan peperangan ini. Wiku Sasodara-pun sangat marah mendengar s
Baca selengkapnya
HADIAH BUAT MAHARAJA
" Jadi ini lontar Anarghya itu?" Tanya Maharaja Rakai Garung. "Benar yang Mulia." Jawab Nagarjuna dan Karuna Sankara, bersamaan. " Dan ini adalah kotak berisi kepala Mpu Pugat Liwung, Rakai Walaing." Nagarjuna menyerahkan sebuah kotak lagi. Rakai Garung membukanya disaksikan hampir semua Mahamentri dan pejabat yang hadir. Wiku Wirathu dan Sasodara menunduk sedih. Dan beberapa pejabat wangsa Sanjaya mulai menitikan air mata. Entah esok giliran siapa dan Rakyan yang mana akan menemui nasib yang sama dengan Mpu Pugat Liwung. "Bagus. Jadi tidak ada lagi duri di dalam daging yang bisa merongrong keamanan Medang. Dan untuk mengisi kekosongan pemerintahan Sima Walaing akan dipegang oleh Mahamentri I Halu, dengan catatan dalam waktu dekat harus sudah ada minimal calon pendampingnya. Karena Seorang Rakyan harus memiliki keturunan." Kata Maharaja Rakai Garung. Bagai disambar petir di siang bolong saat mendengar keputusan Maharaja itu. Namun Pangeran Balaputeradewa langsung berlutut mengha
Baca selengkapnya
LOLOS
Megarana, Laturana dan Pawana mengendap-endap diantara tembok penjara istana Walaing. Wajah mereka ditutup dengan topeng dari tembaga. "Kau yakin, Gusti Ranuhmaya dan Gusti Mpu Kumbhayoni ditahan di sini?" Tanya Megarana. "Gusti Mpu Kumbhayoni yang ditahan di sini. Tetapi Gusti Ranuhmaya, aku tidak bisa memastikannya. Saat dibawa beliau terluka sangat parah." Jawab Pawana. "Latu, kau bisa melompati tembok yang setinggi itu tidak?"Tanya Megarana "Ah, Mega. Kau kan tahu badanku berat. Mana bisa aku melompati itu. Itu sebabnya aku tidak pernah berhasil menguasai ilmu Brama Muluk."Katanya dengan wajah memelas. "Ah dasar gembul. Tahunya makan saja. Kurangi makan celeng hutan, itu yang membuatmu tidak bisa menguasai ilmu Brama Muluk. Sekarang kau tunggu disini, karena hanya itu yang bisa kau lakukan. Sementara aku dan Megarana akan mencoba membebaskan Mpu Kumbhayoni dan kawan-kawan kita yang lain jika mungkin." Sahut Pawana kesal. "Benar. Kau beri tanda dengan suluk geni jika ada baha
Baca selengkapnya
BERITA TAK TERDUGA
Rukma membawa Gaurika ke sebuah desa kecil di tepi hutan yang jauh dari hiruk pikuk perpolitikan kerajaan. Ia membeli sebuah rumah yang nyaman dan menyamar sebagai saudagar dan istrinya yang sedang sakit. Rukma merawat Gaurika semampunya dan hanya bisa meminta pertolongan tabib desa yang juga kebingungan dengan penyakit Gaurika. "Aku tidak bisa membiarkan kau terus seperti ini Putri Gaurika. Aku akan mencari pertolongan. Lukamu cukup parah dibandingkan luka Putri Ganika karena kau menerima langsung pukulan Kakang Jentra." Kata Rukma "Uuuhhhuuukk.......uuuhhhuuk."Gaurika terbatuk dengan mengeluarkan darah segar dari sudut bibirnya. Rukma mengambil air dan lap bersih. Perlahan ia mengusap dan membersihkan darah di bibir Gaurika. Ia menahan air matanya melihat Putri yang kesakitan itu. "Jangan memanggilku Putri. Aku sudah bukan putri seorang Rakyan lagi. Panggil aku dengan namaku saja Rukma." Kata Gaurika. "Baiklah. Namun kau harus segera mendapatkan pengobatan yang benar, Gaurika.
Baca selengkapnya
PERTOLONGAN BERBAHAYA
"Ada apa?" Tanya Wiku Sasodara pada Amasu saat acara perhelatan makan dimulai. Amasu menunjukan surat Rukma. Wiku Sasodara kemudian menarik lengan Amasu dengan cepat untuk mencari tempat yang aman. "Jangan katakan apa-apa. Setelah ini kita temui Rukma."Kata Wiku Sasodara. "Tapi...?" Amasu mencoba mencegah Sang Wiku. "Aku tidak peduli. Aku harus menyelamatkan anak itu. Ia berbeda dengan Jentra. Anak itu lebih memiliki kemurnian hati daripada kau dan Jentra." Kata Wiku Sasodara. "Tapi guru.....Pangeran Balaputeradewa dan Maharaja Samarattungga sudah memutuskan...."Amasu masih mencoba memperingatkan gurunya. "Aku tidak peduli. Pangeran juga tidak peduli bukan dengan perasaanku, mengapa aku harus memikirkannya. Biarlah di rasakan nanti karma perbuatannya. Kita hanya belum tahu apa yang akan dia terima, bukan?" Wiku Sasodara berargumen. "Tadi guru bilang kepada Rakai Panaraban untuk tidak berurusan dengan orang-orang Walaing. Kenapa sekarang guru malah mau menyelamatkan putri yang mu
Baca selengkapnya
KEKECEWAAN JENTRA
Sebagai pengantin baru, Jentra memboyong keluarga kecilnya ke rumahnya. Namun dengan beberapa perubahan karena Candrakanti menolak menemukan jejak Sriti di tempat itu. Jentra mengikuti apapun yang dikatakan Candrakanti asal itu membuat hati istri cantiknya itu bahagia. Jentra sebenarnya juga ingin membawa ibu dan paman mertuanya, namun keduanya menolak dengan alasan rumah Candrakanti yang lama harus juga ada yang mengurusnya. "Ayah...ayolah, aku ingin berkuda." Rengek Gyandra putri semata wayang mereka. "Tentu. Sabarlah sedikit. Ibumu sedang membuatkan bekal untuk kita. Sayang bukan kalau tidak dimakan." Kata Jentra dengan sabar. Akhirnya setelah sekian lama, ia benar-benar bisa memeluk putrinya tanpa perasaan takut atau ragu. Ia menarik Gyandra ke pangkuannya. "Kemarilah. Biar ayah mengepang rambutmu. Kau cantik. Mirip dengan ibumu. Kelak aku tidak akan membiarkan para pria itu mendekatimu." Kata Jentra "Lalu, kau akan menjadikannya Bikkuni?" Sahut Candrakanti sambil meletakan k
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status