All Chapters of Terpaksa Menikahi Musuhku: Chapter 101 - Chapter 110
143 Chapters
BAB 101 - Jangan Tinggalin Aku Lebih Dulu
   Julie memiringkan kepalanya, menatap sang suami yang terlihat lebih banyak melamun setelah kunjungan ayahnya siang tadi.“Mas.”“Iya, Babe?” Seperti baru ditarik dari lamunannya, Ipang agak tersentak kaget saat mendengar panggilan Julie.“Aku boleh tidur sama Mas nggak hari ini?”“Di sini?” Ipang menepuk sisi ranjangnya.“Iya, kalau boleh sih.” Julie mengangguk. “Kamu masih sakit-sakit nggak badannya?”“Nggak, nggak!” sahut Ipang dengan bersemangat.Selama menema
Read more
BAB 102 - Hasrat yang Menghilang
“Yakin nggak perlu kursi roda, Mas?” “Aku udah bisa jalan sendiri, Babe. Gendong kamu juga udah bisa kok.” Julie menaikkan satu alisnya. Kalau soal bisa jalan sendiri mungkin Julie masih bisa mencoba untuk percaya, tapi kalau untuk menggendongnya, Julie tentu saja meragukannya. “Nggak usah ngawur ya.” Julie menggeleng pelan. “Ya udah, nggak usah pakai kursi roda kalau gitu.” “Kamu nggak sekalian aku gendong aja?” “Nanti aja kalau Mas udah sehat,” balas Julie. “Lagian aku tahu kok kadang Mas ngerasa aku agak berat buat digendong. Akhir-akhir ini juga makanku banyak. Nanti yang ada Mas malah encok kal
Read more
BAB 103 - Ipang dan Keluarganya
   “Kayaknya akhir-akhir ini aku terlalu sering dateng ke acara ulang tahun, Babe.”“Kan anggota keluarga kita banyak, makanya jadi kayak sering ada acara ulang tahun.”“Ah… iya juga ya.” Ipang tersenyum saat mendengar keluarga kita diucapkan oleh Julie.Meskipun ia masih sulit menerima kalau ketiga istri ayahnya juga bagian dari keluarganya, tapi Julie membuat hal-hal yang terasa sulit terdengar jadi lebih mudah.“Pas nggak gaunnya?” tanya Julie sambil berputar sekali di hadapan Ipang yang duduk di single sofa, menunggui sekaligus menonton istrinya bersiap-siap.
Read more
BAB 104 - Beri Sedikit Waktu Agar Aku Terbiasa
   Julie menemukan Raden yang tengah duduk sendirian di teras sambil memegang gelasnya.“Kamu nggak mau gabung sama yang lain di dalam?”Suara Julie rupanya bukan hal yang diduga oleh Raden. Lelaki itu berbalik dan cukup terkejut melihat bagaimana Julie menghampirinya."Nggak,” jawab Raden pada akhirnya. “Aku lagi cari udara segar.”Julie mengangguk saja dan bergabung duduk di sebelah Raden. Raden menahan diri untuk tidak menoleh ke sampingnya, untuk tidak mengamati figur wajah Julie yang terbias sinar lampu teras dan membuatnya terlihat lebih cantik.“Kamu nggak dimarahin suamimu duduk di sini
Read more
BAB 105 - Kecurigaan yang Beralasan
   “Payah, baru segitu udah ngos-ngosan.”“Kamu tahu kan aku paling males olahraga?”“Tahu banget.” Suri ikut duduk di teras rumah, kemudian berbaring di lantai yang terasa dingin tersebut. “Makanya aku iri sama kamu. Makan banyak, olahraga males, badan tetep segitu-gitu aja.”Julie tertawa dan ikut berbaring di sebelah Suri. Mereka baru selesai jogging di sekitar rumah Ipang dan Julie, lalu kembali ke rumah dalam keadaan bersimbah keringat. Kini keduanya berbaring di lantai sembari mengatur napas masing-masing.“Tumben kamu mau nginep di sini? Biasanya aku ajakin nggak mau terus.”
Read more
BAB 106 - Untuk Saat Ini, Julie Bisa Merasa Lega
“Kupikir kita akan ketemu sama Ipang juga. Dia beneran nggak apa-apa biarin kita ketemu berdua aja?”Julie tertawa mendengar pertanyaan Ario. “Nggak apa-apa, Mas. Dia percaya kok sama aku dan kamu.”“Syukurlah.” Ario menghela napas lega, lalu tertawa kecil. “Agak ajaib juga sih liat dia udah nggak setemperamen dulu. Dulu rasanya dia lebih kayak kompor sumbu pendek.”“Sekarang untungnya udah agak sabaran,” canda Julie.Ario menatap mantan kekasih yang kali ini adalah kliennya dengan lembut. “Kamu emang selalu bisa kasih efek positif ke orang-orang di sekitar kamu, Jules. Cuma ya dari dulu kamu nggak pernah sadar aja.”“Ah, Mas Ario bisa aja.”Ario kembali tertawa dan berjalan keluar dari ruang meeting A Class yang ada di lantai satu tersebut. Hari ini mereka kembali berdiskusi mengenai proyek renovasi ruko kedua A Class yang rencananya akan dimulai sekitar dua minggu lagi.Awalnya Ario pikir Ipang akan ikut seperti pertemuan pertama mereka kemarin—toh ia tak keberatan karena meskipun t
Read more
BAB 107 - ‘Cause I’m Only Human
Ipang sedang memakan camilan milik istrinya (tentu saja sambil berpikir, apa yang harus ia katakan pada Julie karena isi stoples yang ia pangku sudah hampir habis tersebut), ketika ponselnya bergetar cukup lama.Karena Ipang berpikir yang meneleponnya adalah Julie, Ipang tak melihat layar ponselnya dengan teliti dan langsung menggeser tombol berwarna hijau untuk menjawab panggilan tersebut.“Halo, Babe. Udah di jalan pulang?”Dehaman yang jelas-jelas bukan berasal dari Julie langsung menyentak Ipang. Lelaki itu menjauhkan ponselnya dengan canggung, lalu menahan diri untuk tidak mendengus saat melihat nama ayahnya yang muncul sebagai penelepon.“Ada apa, Pa?” tanya Ipang setelah kembali mendekatkan ponselnya ke telinga.Gengsi juga rasanya mengetahui kalau ayahnya baru saja mendengar bagaimana ia memanggil istrinya dengan mesra.“Papa dengar kamu udah keluar dari rumah sakit.”“Iya,” jawab Ipang singkat.“Papa baru sampai rumah. Maaf Papa kemarin nggak bisa nganterin kamu pulang.”Ipan
Read more
BAB 108 - Don’t Say I Didn’t Say I Didn’t Warn You
“Kenapa ngeliatin Mas terus? Pengen Mas di rumah aja ya?”Julie menahan senyumnya begitu mendengar pertanyaan Ipang. Selagi Ipang tengah berdiri di depan cermin dan menyimpulkan dasinya, Julie masih berbaring tengkurap di ranjang dan mengamati lelaki itu.Pagi ini Ipang memutuskan untuk kembali bekerja meski sang ayah mengatakan kalau ia masih bisa beristirahat di rumah. Ipang tahu kalau pekerjaannya pasti sudah menumpuk dan ditunda dua sampai tiga hari lagi, akan membuat Ipang lembur panjang di minggu depan.“Hm, kalau aku bilang pengen Mas di rumah, nanti kerjaan Mas numpuk.”“Aku mau jawab ‘nggak apa-apa kerjaanku numpuk kalau kamu mau aku di rumah’, tapi itu nggak realistis,” kata Ipang seraya terkekeh. “Karena kalau aku nggak masuk hari ini, bisa-bisa minggu depan kita cuma ketemu waktu tidur doang.”“Ya udah, sana kerja. Cari uang yang banyak buat beliin aku cookies setiap hari,” goda Julie.“Iya, Babe, tenang aja.” Ipang berbalik sejenak untuk mengedipkan matanya dengan centil
Read more
BAB 109 - Kecanggungan yang Alami
   “Pak, ada wartawan yang mau ketemu sama Bapak.”“Saya nggak mau menemui satu pun wartawan ya,” kata Ipang dengan tegas kepada sekretarisnya. “Apalagi kalau bawa embel-embel mau ngomongin ayahnya Priska.”Sebagai sekretaris Ipang selama tiga tahun terakhir ini, perempuan muda itu sedikit banyak tahu mengenai perjalanan hubungan atasannya dengan Priska.Jadi ia mengerti kenapa Ipang tidak mau diwawancara mengenai lelaki yang hampir jadi mertuanya dan kini tengah menjadi topik hangat di mana-mana.“Baik, Pak.” Sekretaris Ipang mengangguk. “Oh ya, Pak Bagindo titip pesan untuk Bapak ke ruangannya Pak Bagindo lima
Read more
BAB 110 - Tidak Semua Orang Punya Rasa ‘Malu’
   “Jules, kamu udah tahu soal kasus bapaknya Priska yang pernah sama suamimu itu?”Julile meringis mendengar pertanyaan Mita, salah satu kliennya yang merupakan runner up Miss Indonesia dua tahun yang lalu.Mita adalah pelanggan loyalnya dan memang rutin datang ke A Class setiap sebulan sekali, seringnya juga meminta Julie yang menanganinya karena perempuan itu senang mengobrol dengan Julie.Apalagi Mita pernah jadi mantan kekasih Septa, kakak kedua Julie. Siapa sangka kakaknya yang selebor itu bisa pernah menjadi kekasih seorang Mita Roesady?“Udah, Mbak,” jawab Julie pada akhirnya. “Mbak Mita kenal sama Pri
Read more
PREV
1
...
910111213
...
15
DMCA.com Protection Status