All Chapters of Terpaksa Menikahi Musuhku: Chapter 71 - Chapter 80
131 Chapters
BAB 71 - Jangan Buat Usahaku Sia-SIa
“Pak Djoko langsung pulang aja ya. Nanti saya pulang sama Mas Ipang kok,” pesan Julie pada sopir yang seharian ini menemaninya.Lelaki paruh baya itu mengiakan dan mengatakan kalau ia akan pulang sekarang. Julie pun berpesan padanya agar hati-hati, lalu pamit masuk ke kediaman Ailendra.Keriuhan dari arah ruang tengah sudah terdengar begitu Julie melangkah masuk. Nilam jadi orang pertama yang menyadari kehadirannya. Perempuan berwajah manis dengan rambut ikal itu langsung tersenyum lebar begitu melihatnya.“Mbak Julie!” sapanya dengan riang, ia menghampiri Julie dan menggandeng tangannya. “Akhirnya dateng juga, kirian bakal telat. Kata Mama, salonnya Mbak Julie ada di tempat yang macet banget,” cerocos Nilam tanpa jeda.“Mbak berangkat lebih cepet biar nggak kena macet,” jawab Julie. “Mana nih yang ulang tahun?”“Tuh, lagi ngerayu Mama Shanine buat makan kue ultahnya sekarang. Padahal tamu undangannya aja belum dateng semua."Julie ikut tertawa dan bergegas ke ruang tengah di mana ket
Read more
BAB 72 - Because of You
Rasanya seperti sudah lama sekali sejak terakhir kali Ipang menginjakkan kaki di kediaman keluarganya. Padahal Ipang juga masih ingat dengan jelas bagaimana ia makan malam di sini bersama Julie beberapa waktu yang lalu.“Den Ipang,” sapa salah seorang ART yang membukakan pintu untuk Ipang. “Udah ditunggu yang lain di ruang makan, Den.”Ipang mengucapkan terima kasih dan melangkah masuk ke rumah yang punya banyak kenangan tentangnya dan sang ibu. Di ruang tamu, langkah Ipang sempat terhenti ketika pandangannya terpaku pada foto keluarganya yang masih digantung di sana.Fotonya dengan Suri, ibu, dan ayahnya.Di bawah figura besar tersebut, ada juga foto-foto sang ayah dengan istri kedua, istri ketiga, dan istri keempatnya, juga dengan anak-anak mereka.Keriuhan di ruang makan yang samar-samar terdengar menyadarkan Ipang kalau ia sudah terlalu lama berhenti di depan deretan figura tersebut. Ia melirik potret keluarganya sekali lagi, lalu kembali melangkah tanpa menoleh sama sekali.Orang
Read more
BAB 73 - Kamu Tahu Kan Kalau Aku Sayang Kamu?
 “Yesss, bukan capcay!”“Bosen ya makan capcay?”“Sedikit,” aku Julie seraya meringis. “Makasih, Mas.”Ipang ikut tersenyum lebar saat Julie mencium pipinya dengan spontan. Mereka sarapan bukan dengan capcay untuk hari ini sampai seminggu kedepan—Ipang sudah berpesan pada Mbak Widi untuk menu sarapan mereka sejak pagi tadi.“Hari ini aku ke salon ya, Mas. Mas hari ini mau ngapain di rumah?” tanya Julie seraya menyodorkan piring Ipang yang sudah ia isi dengan menu sarapan mereka hari ini.“Aku mau ikut kamu aja ya?”“Emang nggak bosen?”“Nggak kok. Sekalia
Read more
BAB 74 - Dia Harus Memilih
The Clouds terlihat berbeda di siang hari dan kalau tak terbiasa ke sana saat matahari masih terik, mungkin akan merasa kagok pada awalnya.Tapi ini bukan pertama kalinya Ipang mampir ke The Clouds di siang hari. Meskipun tempat itu hanya buka di malam hari, tapi penjaganya selalu siaga di pos masing-masing.“Udah ada yang dateng?” tanya Ipang begitu masuk ke The Clouds.“Belum, Mas,” jawab salah satu bartender yang siang ini tengah melatih bartender yang baru masuk. “Tapi ruangan yang biasa udah disiapin kok, Mas.”“Oke.”“Mau minum apa, Mas?”“Apa aja, asal jangan alkohol. Saya nyetir soalnya.”Sang bartender mengacungkan ibu j
Read more
BAB 75 - Sebuah Ucapan Terima Kasih
“Bu Julie, ikut makan siang sama kita nggak? Kita mau pesen Hokben nih.”“Wah, skip dulu deh, Dew. Mau maksi sama suami, hehehe.”Dewi langsung bersiul pelan. “Oh, jadi tadi Pak Ipang pergi duluan buat nyiapin acara lunch date ya, Bu?”“Lunch date apa sih.” Julie mengibaskan tangannya dengan malu-malu. “Pergi dulu ya, Dew.”Dewi mengiakan dan Julie keluar dari A Class bertepatan dengan mobil GoCar pesanannya yang baru saja sampai. Seperti apa yang Julie bilang pada Ipang tadi, ia akan menyusul lelaki itu di The Clouds untuk makan siang bersama.Sepertinya mereka akan makan siang dengan teman-teman Ipang juga. Julie harus memberi tahu Suri dan Candy kalau hari ini ia akan makan s
Read more
BAB 76 - Tak Adanya Rasa Percaya di Antara Kita
   “Nggak ada lagi barang-barang kamu yang nyisa?”“Nggak ada, udah semua.” Julie merebahkan dirinya di ranjang usai memindahkan barang-barang terakhirnya dari kamar sebelah.Akhirnya selesai juga pemindahan barang-barang dari kamarnya ke kamar yang sekarang. Kini ia telah resmi tinggal satu kamar dengan lelaki yang sedang menyusun koleksi parfumnya berdasarkan yang paling sering Julie pakai.Kening Ipang berkerut, seakan-akan berkonsentrasi untuk menentukan di mana posisi Hermés Eau de Pamplemousse Rose milik Julie—apakah di sebelah Jo Malone Jasmine Sambac & Marigold atau di sebelah Louis Vuitton California Dream yang baru dibeli Julie.
Read more
BAB 77 - Dia Punya Suaminya
   “Kamu nggak lembur kan, Babe?”“Nggak, jam tujuh kayaknya aku on the way pulang deh.”“Tumben?”“Nggak apa-apa, lagi pengen pulang cepet aja. Udah gitu aku mau ke supermarket yang di deket rumah, mau beli yang dibutuhin Mbak Widi,” jawab Julie. “Mas pulang jam berapa?”“On time sih dari kantor, jam lima juga udah keluar.”“Oke, ketemu di rumah ya.”“Oke, Babe. See you.”Julie mengucapkan hal serupa dan memutus panggilan ters
Read more
BAB 78 - Untuk Apa Menikah Kalau Akhirnya Bercerai Juga?
    “Papa nggak terlibat di kasus korupsi itu. Tapi kalau kamu tanya apa Papa tahu sejak awal, jawabannya adalah iya. Papa tahu.”Jawaban ayahnya kemarin masih terngiang-ngiang di benak Ipang bahkan setelah satu hari berlalu begitu saja.Ipang sudah menceritakan semua percakapannya dengan sang ayah kepada Julie. Istrinya mendengarkan dengan baik dan tidak memaksa Ipang untuk langsung mempercayai ayahnya, atau mendukung Ipang untuk mengabaikan kata-kata ayahnya begitu saja.“Kamu nggak berangkat kerja?”Teguran itu langsnug membuat Ipang tersentak dari lamunannya. Di sampingn
Read more
BAB 79 - Jadi Apa Aku Kalau Tanpa Kamu?
“Mas kelamaan nggak nungguin aku?”“Nggak kok, Mas baru juga sampai.” Ipang tersenyum seraya menjawab pertanyaan Julie yang baru masuk ke mobilnya. “Mau makan dulu atau langsung ke butiknya Shua?”“Ke butiknya Mbak Shua dulu aja. Nanti kalau makan dulu malah aku cobain gaunnya dengan perut buncit.”Ipang tertawa karena melihat Julie yang bicara sambil mengerucutkan bibirnya—dan hal itu terlihat menggemaskan.Seperti biasa, begitu naik ke mobil Ipang, hal kedua yang ia lakukan setelah memakai seat belt adalah menyetel lagu dari playlist-nya.Suara Meghan Trainor dan John Legend yang menyanyikan Like I’m Gonna Lose You segera memenuhi mobil tersebut. Sesekali Julie ikut bersenandung kecil dan Ipang mendengarkannya dengan baik.Ipang mengetukkan jemarinya di stir mobil, berpikir selama beberapa saat sebelum kemudian berkata, “Tadi Tante Salwa ke ruanganku.”“Hah? Ngapain?” Julie tentu saja langsung terkejut saat mendengarnya.Julie tahu bagaimana Salwa tidak ingin bermusuhan dengan Ipang
Read more
BAB 80 - Tenang, Kan Ada Aku
Ipang menelan salivanya dengan susah payah saat melihat bagaimana gaun yang mereka pilih dua hari yang lalu, kini melekat dengan sempurna di tubuh istrinya. Bagian punggungnya cukup terbuka, tapi tertutupi dengan aksenJulie yang tak menyadari kalau di belakangnya Ipang tengah menatapnya dengan pikiran yang sudah ke mana-mana, merapikan bagian bawah gaunnya sambil bertanya, “Mas udah selesai? Mau berangkat sekarang?”“Gimana kalau kita nggak usah berangkat?”“Lho, kenapa?”“Aku mau reunian sama kamu aja,” jawab Ipang seraya berdeham pelan. “Di ranjang, berdua, sekarang.”Julie yang malam itu mengenakan halter neck crossback gown-nya langsung berbalik, menatap horor suaminya yang kini malah tersenyum menggoda kepadanya.“Maaas, please deh,” rengek Julie yang berhasil memecahkan tawa Ipang. “Suri sama Candy udah jalan lho, aku bisa ditenggelamin ke kolam di bundaran HI itu kalau nggak jadi dateng.”“Kalau kamu ditenggelamin, nanti aku yang selamatin kamu.”“Maaas.”“Romantis ya aku?”Ju
Read more
PREV
1
...
678910
...
14
DMCA.com Protection Status