Semua Bab JATAH SUAMI ONLINE: Bab 11 - Bab 20
45 Bab
JSO 11
JSO 11Ratih merasakan mendengar suara orang bercakap-cakap. Ada yang menggenggam tangannya dan nyeri di kepala sudah sedikit berkurang. Ratih membuka mata. Ia sudah berada di rumah, terbaring di kursi panjang di depan televisi. Rea erat menautkan jemarinya sambil terisak. “Buk, Ibuk sudah sadar?“ Panggilan Rea membuat Ratih mengangguk. “Kamu sudah sadar Ratih?“ tanya Radit yang berdiri di sana bersama beberapa warga. Ratih duduk sambil mengurut keningnya. “Iya, aku sudah baik.““Warga menemukanmu pingsan di samping gapura. Mereka membawamu pulang, lalu menghubungiku.““Mbak Ratih, kalau masih panas kita antar ke rumah sakit saja Pak RT," ucap Pak Joni, pemilik warung di ujung gang. Kabarnya, beliau yang pertama kali menemukan Ratih pingsan di jalan. “Nggak perlu, aku sudah baik, kok. Nanti minum obat lagi juga sembuh. Terima kasih semuanya. Maaf sudah merepotkan Bapak Ibu semua.“ Mendengar pernyataan dari Ratih beberapa orang pamit meninggalkan rumah Ratih, hanya tertinggal Bu T
Baca selengkapnya
JSO 12
Ratih melongo, ia memandang ponsel tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Ia tahu Damar sedang bercanda. Tidak mungkin seorang lelaki sesempurna Damar bisa menyukai dirinya yang berparas biasa-biasa saja. Ratih menepuk-nepuk pipinya. “Halo ... Ratih, kamu masih di situ, 'kan? Halo!“Ratih bukan Cinderela. Cerita seperti itu hanya ada di dalam negeri dongeng dan sinetron ikan terbang saja. Ini dunia Ratih, seorang janda beranak dua yang tidak memiliki sepatu kaca. “Halo, Ratih. Aku yakin kamu masih mendengarku.““Iya, aku mendengarmu. Mendengar leluconmu! Jangan mengajakku bercanda, Tuan. Anda salah tempat.““Kenapa nada bicaramu jadi seperti itu? Aku sungguh-sungguh! Dengan cara apa aku harus membuktikan keseriusanku?““Mas Damar tahu? Aku sekarang sedang duduk di depan cermin, dan aku sedang memandang diriku sendiri. Aku tahu diri, Mas.““Benar, aku bisa mencari istri seperti artis. Mantan istriku pun seperti artis. Tapi aku maunya kamu.““Mas Damar pasti hobi nonton sinetron ikan te
Baca selengkapnya
JSO 13
Notifikasi dari m-Banking berbunyi. Transaksi transfer masuk dan saldo rekeningnya bertambah. Netra Ratih membola melihat jumlah angka yang tertera di sana. [Kirimkan nomor rekeningmu, aku akan mengembalikannya, aku tidak bisa menerima uang darimu.] Ratih langsung mengirim pesan kepada Damar. [Pakai untuk berobat, jika kurang, nanti kutransfer lagi.][Aku tidak mau! Aku masih punya uang untuk berobat.][Kalau begitu, gunakan untuk membayar semua hutang-hutangmu. Lalu, istirahat di rumah. Jangan bekerja dulu sampai kamu sembuh!][Bagaimana bisa begitu? Aku tidak mau dikasihani.][Aku tidak sedang mengasihanimu. Aku sedang melaksanakan kewajibanku sebagai suami. Aku tidak mau anak-anak dan istriku terlantar.][Suami?][Iya, meski masih menjadi suami online-mu.][Kita tidak punya kesepakatan untuk itu. Tidak ada pernikahan dan tidak ada suami ataupun istri!] tegas Ratih. [Aku tidak butuh persetujuanmu, aku hanya melakukan apa yang aku inginkan. Dan aku senang melakukan ini. Aku senang
Baca selengkapnya
JSO 14
“Ibumu ke mana, Kinar. Boleh Om bicara dengan Ibumu?““Aku tanya sekali lagi, sejak kapan Ibuk jadi istrinya Om?“ Ada getar pada suara Kinar. Mungkin ia sedang menangis, atau sedang menahan tangis. “Om bisa jelaskan ini semua nanti. Sekarang Om ingin tahu bagaimana kabar Ibumu, apakah dia sudah jadi pergi ke Dokter?“ Damar ingin menjelaskan kepada Kinar? Penjelasan seperti apa? Tentang dirinya yang memaksa Ratih untuk menjadi istri online-nya? Damar mengurut pelipisnya. “Om Damar menyukai Ibuk?“ pertanyaan itu tiba-tiba muncul dari mulut Kinar setelah sekian detik tidak ada jawaban. “Iya, aku menyukai Ibumu.““Hanya suka?“ Pertanyaan Kinar terlalu kritis untuk remaja berusia 13 tahun.Damar tak menjawab, ia menghela napas panjang. Ia lebih baik menghadapi puluhan client bisnis dari pada diinterogasi oleh Kinar. “Kalau Om suka sama Ibuk. Om bisa ke sini sekarang? Tadi Ibuk pingsan lagi di puskesmas, sekarang sudah di rumah sakit dan Ibuk belum sadar. Aku tidak tahu harus bagaiman
Baca selengkapnya
JSO 15
“Semua itu salah paham, Kinar. Om Damar cuma becanda, kamu nggak usah ambil hati,“ ucap Ratih. “Ibuk nggak bohong? Atau kalian pacaran?““Om maunya serius, tapi Ibumu yang nggak mau.“ Mendengar ucapan Damar, Ratih langsung melotot. “Om Damar bohong, Kinar. Ini semua hanya lelucon!“ tegas Ratih. “Aku serius, dan kalau aku benar-benar serius, apa kamu mengizinkan aku menikah dengan Ibumu dan menjadi ayah kalian?“Mimik muka Kinar berubah seketika. Wajahnya memerah dan penuh dengan rasa tidak suka. “Bapakku sudah meninggal dan aku tidak mau punya Bapak baru. Aku tidak mengizinkan Ibuk menikah lagi!“ seru Kinar. Ia berdiri lalu keluar kamar. Ratih berusaha bangun, ia memanggil Kinar. Namun, Damar mencegahnya, Ratih belum kuat untuk melakukan itu semua. “Biar aku yang bicara dengan Kinar.““Jangan memaksakan apa pun pada Kinar. Aku tidak mau dia marah. Katakan kalau semua ini bohong, hanya lelucon, aku mohon!““Iya, kamu tenang! Kamu sedang sakit. Kalau kamu banyak pikiran maka tidak
Baca selengkapnya
JSO 16
“Kalian dari mana saja, kenapa lama?“ tanya Ratih saat Damar dan Kinar muncul bersamaan di kamar inap. “Lihat ikan di kolam, Buk,“ sahut Kinar. Ia langsung mendekati Rea yang masih bermain ponsel di sofa. “Kamu nggak usah memikirkan apa-apa, aku dan Kinar baik-baik saja.““Apa yang kalian bicarakan?“ cecar Ratih. “Besok saja, kalau kamu sudah sembuh, baru kita obrolkan lagi soal ini.““Kenapa harus menunggu besok? Aku pengennya sekarang. Semakin lama kalian menunda, maka aku semakin kepikiran.““Selain keras kepala, ternyata kamu nggak sabaran, ya!“ ucap Damar sembari melepas tawa kecil. “Nanti biar Kinar saja yang ngomong. Aku takut salah ngomong,“ imbuh Damar. “Om Damar saja yang ngomong,“ sahut Kinar cepat. “Kamu yakin, Kinar?“ Damar menatap gadis remaja yang sekarang tengah asik menikmati kacang oven itu. Kinar mengangguk, matanya melirik ke arah Ratih yang masih bermimik penasaran. “Kinar menyetujui hubungan kita,“ ucap Damar singkat. Damar yakin tanpa menjelaskan panjang l
Baca selengkapnya
JSO 18
“Dia tetanggaku, kebetulan dia Pak RT di tempatku,“ jawab Ratih pelan. “Oh, kenalkan. Saya Damar.“ Damar mengulurkan tangan. Radit menerima uluran tangan itu, tetapi matanya masih menyiratkan rasa tidak suka pada Damar. “Bagaimana saya harus memanggil? Saya kira saya lebih tua dari kamu.““Panggil nama saja. Saya memang Pak RT, tapi saya man--““Tidak usah diperjelas, Dit. Aku pernah bilang berkali-kali ke kamu!“ potong Ratih. “Ada anak-anak juga!“ imbuh Ratih dengan nada suara yang lebih tinggi. "Baik, maafkan aku! Bagaimana keadaanmu? Aku dapat kabar kalau kamu pingsan di puskemas lalu dibawa ke sini,“ tanya Radit. Ia berjalan mendekati tempat tidur Ratih, kini ia berdiri berseberangan dengan Damar. “Aku sudah lebih baik. Apa istrimu tahu kamu ke sini? Aku tidak mau ada keributan di rumah sakit.““Dia pergi setelah malam itu. Dia tetap ingin bercerai denganku. Dia bilang, tidak akan hidup dengan orang yang belum selesai dengan masa lalunya," ucap Radit yang seketika membuat Damar
Baca selengkapnya
JSO 18
Ratih diam, tetapi matanya tidak bisa berhenti mengeluarkan airmata. Apakah jika ia menerima Damar dan menikah dengannya adalah keputusan yang tepat? Atau justru ia akan memulai kehidupan baru yang lebih rumit? Mengingat, derajat mereka berbeda, mereka bagai bumi dan langit. “Aku takut ....““Apa yang kamu takutkan?““Aku tidak bisa menjadi istri seperti apa yang kamu harapkan, dari fisik dan latar belakang kita yang sangat jauh berbeda.““Justru karena itu aku ingin menikahimu. Kamu berbeda dengan wanita-wanita yang aku kenal. Mereka mengejarku hanya karena silau pada apa yang aku miliki, bukan karena tulus mencintai.““Aku juga belum mencintaimu,“ ucap Ratih jujur. “Dan aku akan berusaha membuatmu jatuh cinta, tanpa merebut cintamu kepada almarhum suamimu.““Bagaimana jika aku benar-benar lumpuh?“ Ratih melontarkan pertanyaan itu berulang kali. Ucapan Dokter saraf tempo hari seperti menjadi momok dalam pikirannya. “Semua itu tidak akan terjadi. Aku akan membawamu ke luar negeri u
Baca selengkapnya
JSO 19
“Apa maksudmu, siapa kamu?“ “Saya Damar, saya ingin memberi kabar pada Anda kalau besok saya dan Ratih akan menikah. Kami akan menikah di rumah sakit karena Ratih sakit. Dia beneran sakit, bukan pemalas seperti yang Anda bilang. Jika ingin datang silakan, jika tidak berkenan kami tidak memaksa.““Tidak sopan sekali!““Anda yang tidak sopan. Ratih belum apa-apa sudah langsung Anda sembur.““Baik, bilang ke Ratih. Mulai hari ini saya pecat dia dari toko saya.““Terima kasih, saya juga tidak mengizinkan istri saya bekerja pada majikan yang arogan seperti Anda.“Tanpa sahutan lagi telepon itu ditutup. Damar menyerahkan kembali ponsel itu ke Ratih. “Aku jadi kehilangan pekerjaan, 'kan?“ gerutu Ratih. “Kamu kuat kerja dengan orang seperti itu? Baru punya satu toko saja sudah arogan, apalagi punya perusahaan besar! Aku juga tidak akan membiarkan kamu bekerja pada orang seperti itu.““Kalau aku nggak kerja anak--““Aku ganti 100 kali lipat gajimu di toko. Diam di rumah, jaga kesehatan. Yan
Baca selengkapnya
JSO 20
Damar berjalan mendekati Ratih. Ia duduk di tepi ranjang. Meraih tangan Ratih, lalu menggenggamnya erat. Damar merasakan tangan Ratih gemetar. Damar tersenyum, lalu mengusap pipi Ratih dengan lembut. “Kamu masih takut kusentuh? Tanganmu gemetar.“ Damar mengalihkan pertanyaan Ratih. “Ti--tidak. Mungkin karena aku belum terbiasa,“ jawab Ratih salah tingkah. "Jawab pertanyaanku yang tadi. Apa kamu bos tambang?“ lanjut Ratih. Damar menarik dagu Ratih, memaksa Ratih untuk menatapnya. “Aku bukan bos tambang seperti kata Faisal. Aku karyawan seperti yang lain.““Kamu tidak bohong?“ “Iya, aku hanya karyawan, tetapi pemilik tambang itu mempercayakan aku untuk memimpin perusahaannya.““Itu artinya, kamu ...?“ Ratih menutup mulut dengan satu tangannya. “Iya, aku seorang Direktur. Tanggung jawabku banyak, ya perusahaan, ya karyawan.““Kenapa kamu tidak cerita dari awal? Kenapa kamu tidak jujur soal ini?““Aku sudah bilang kalau aku karyawan di tambang. Dan itu benar. Aku memang Direktur, t
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status