All Chapters of Antara Mencintai dan Melupakan: Chapter 11 - Chapter 20
29 Chapters
Bagian 11
Celin terbangun tengah malam, Evan tidak ada di sampingnya, mungkin sedang menemani Jeni lagi, Celin berpikir, 'Memangnya untuk apa Evan tidur di sini dengannya? paling kalau ada maunya saja baru dia di sini." Dari pada pusing dengan pikirannya sendiri, ia segera membawa dirinya ke kamar mandi untuk membersihkan diri, lalu kembali tidur. keesokannya, ia terbangun lagi dan langsung ditodong oleh Evan. "Pagi ini ikut aku ke perusahaan Mahendra, ada pekerjaan yang harus kamu lakukan," Suara Evan memembuat Celin yang baru saja keluar dari kamar mandi, kaget. "Aku bukan karyawan Mahendra, Pak Evan." Celin terdengar malas. "Ingat tentang kerja sama kita? " "Aku belum mendapat perintah dari atasan." "Saya adalah atasan dari atasanmu, jadi menurutmu siapa yang paling berhak kamu taati." "Iya, baiklah," Celin lebih baik mengalah dari pada harus mendengar kesombongannya. Mereka tiba di kantor perusahaan Mahendra, Celin dibuat terkagum-kagum, gedung milik Mahendra berkali-kali li
Read more
Bagian 12
Evan benar-benar menepati janjinya, setelah ia menyelesaikan pekerjaannya, ia datang ke kantor Celin. Malah Celin yang menjadi ragu dan ingin membatalkannya, tapi Evan tidak akan pernah menarik kembali perkataannya. Ketika mereka tiba di kantor Celin, mereka menjadi pusat perhatian, dari pintu masuk bangunan tujuh tingkat itu orang-orang sudah langsung sigap berdiri menghentikan aktifitasnya demi memberi sambutan penghormatan begitu melihat Evan. Mereka tetap melakukannya walaupun dengan ekspresi terheran-heran, ada apa sampai Pak Evan Mahendra datang ke kantornya, ditambah lagi ada Celin yang sedang mengekor seperti anak kucing yang berlindung di belakang induknya. Celin buru-buru menyeimbangkan langkahnya dengan Evan lalu berbisik "Evan, sebaiknya kita hentikan ini. Sebenarnya aku tidak terlalu serius." "Tidak apa-apa, aku harus bertanggung jawab atas janji yang sudah kubuat," ucap Evan tidak ingin dibantah. Celin membawa Evan ke lobi kantor yang disiapkan untuk VIP. Evan
Read more
Bagian 13
Ketika Celin kembali dari bekerja, ia menemukan Evan di ruang tamu sedang bersandar di sofa tampak memikirkan sesuatu. Sepertinya ia pun baru tiba. Ia tidak peduli dengan kehadiran Celin, Celin pun tidak berminat mau tahu, jadi Celin langsung berlalu ke kamarnya. Ternyata Evan mengikutinya. "Ada apa? Apa kau menyesal dengan apa yang yang kamu lakukan hari ini? Sepertinya kamu memikirkannya." Celin asal menebak. Evan tampaknya tidak tertarik. Ia malah mendekati Celin dan memeluknya dari belakang. "Layani aku, buat aku jatuh cinta," "Aku sudah dua tahun melayanimu, tapi kau tidak jatuh cinta sama sekali, apa kali ini akan berbeda hanya karena kamu berkata seperti itu? Kalau kamu menginginkan tubuhku lagi katakan saja tidak perlu berbelit-belit," "Aku akan mencoba, alasan aku mengatakan hubungan kita hari ini, karena aku ingin tahu seberapa ikhlas aku menerimamu sebagai istriku, ternyata tidak sesulit itu, hanya saja menumbuhkan cinta, kenapa begitu sulit." "Jadi selama dua t
Read more
Bagian 14
Celin tidak berani bertemu Evan, ia berharap kesalahpahaman ini segera berakhir dan Jeni baik-baik saja. Jadi ia tinggal di mess perusahaan dekat kantornya, ia benar-benar wanita yang sangat rajin dan pekerja keras, ia masih bisa datang ke kantor untuk bekerja walapun keadaannya sedang carut marut, lehernya yang membiru akibat ulah Evan ia tutupi dengan syal. Orang-orang juga tidak memperhatikan, mereka pikir itu adalah bagian dari outfit yang dikenakan Celin. Di siang hari, Evan tiba-tiba hadir di kantor Celin, ia langsung ke ruangan CEO, Celin hanya menatap kepergiannya sambil menerka-nerka, ia berharap semoga bukan sesuatu yang buruk. "Itu suamimu 'kan? Samperin sana!" Ucap Piya. "Dia pasti ada urusan dengan bos, bukan denganku," "Meskipun begitu dia suamimu, Celin." "Aku tidak berpikir begitu, pekerjaan adalah pekerjaan, urusan pribadi adalah urusan pribadi, kalau dia datang untukku aku akan menyambutnya kalau dia datang untuk pekerjaan aku akan membiarkannya," "Per
Read more
Bagian 15
Tempat acara mulai dipenuhi banyak orang, tapi tidak sesak karena acaranya dilaksanakan di taman, saat Celin mengitari taman, ia tidak sengaja melihat sosok yang sangat familiar, ia berpikir untuk pergi tapi ia masih menghormati Dev. Ia juga tidak menyangka kenapa Evan hadir di tempat seperti ini, Celin berusaha bersembunyi di tengah kerumunan. "Kamu mau makan apa? Biar kupesankan," ucap Dev, sejak tadi mereka hanya mengobrol. "Apa saja, semua tampak enak," jawab Celin, Dev tersenyum lalu berkata. "Kalau itu Miya, ia akan meminta makanan yang termahal yang ada di sini, dia sangat manja dan pemilih," "Oh ya? Ternyata perbedaan kami memang sangat jauh, aku wanita yang sangat mandiri, aku bisa memakan apapun selama itu adalah makanan," Celin hanya mencoba mengimbanginya, Dev tersenyum mendengarnya. Dev kemudian memanggil pelayan untuk menyiapkan makanan yang mereka inginkan. Celin kembali mengintip Evan, jika dilihat dari glagatnya sepertinya Evan sudah melihat kehadirannya
Read more
Bagian 16
Evan baru saja akan masuk ke mobilnya, tapi tiba-tiba ponselnya berdering, ternyata ayahnya memintanya menghadiri acara pesta ulang tahun itu, untuk menyapa crazy rich dari Dubai. Ternyata pemilik pesta mengundang tamu luar biasa itu, Evan urung melangkah ke mobilnya, ia malah berbalik untuk kembali mengahdiri pesta. Sepulang dari acara itu, Evan agak lelah dan mengantuk, acaranya selesai larut malam. Kini ia berada di rumahnya, meski lelah ia akan memaksakan diri untuk melihat CCTV. Ia memantau dari sejak ia meninggalkan rumah, tidak ada yang terjadi, Celin hanya duduk di sofa sambil bermain ponsel, mungkin karena mengantuk ia meletakkan ponselnya lalu memeriksa keadaan Jeni serta membenarkan selimutnya, memeriksa semua peralatan medis, setelah merasa semua baik-baik saja, ia kembali ke sofa lalu tidur di sana, tidak ada pergerakan sama sekali selama kurang lebih empat puluh menitan sampai Jeni tiba-tiba bergerak-gerak aneh, Celin juga langsung bangun dan memeriksanya, tanpa pik
Read more
Bagian 17
Meskipun Celin gagal mendapatkan bukti, ia tetap bersikeras tidak mau pulang, sementara Evan terus membujuk dan meminta maaf, Evan merasa segala usahanya tidak mempan, maka dari itu ia akhirnya mengancam. "Baiklah, kalau kau tidak mau menuruti perkataanku, aku akan membuatmu tidak bekerja lagi untuk selamanya," ucap Evan, Celin masih tidak ingin pulang, ia tidak takut ancaman Evan sampai akhirnya Evan harus menghubungi bosnya. Benar saja, Pak Seto langsung menelepon dan akan memecatnya jika tidak menuruti Evan. Sungguh kekanak-kanakan sekali. "Waw, kau memang sangat berkuasa, Tuan Evan. Baiklah aku akan pulang, kita lihat tuduhan dan kekerasan apalagi yang akan kamu lakukan padaku nanti? Oh iya, sebaiknya jauhkan aku dari Jeni, aku takut akan benar-benar membunuhnya," Sindir Celin, ucapannya membuat telinga Evan terasa gatal. "Aku sudah minta maaf, aku sudah mengaku salah, kenapa kau masih membahasnya?" Evan merasa sangat greget ingin menutup mulut Celin. "Karena kata maaf
Read more
Bagian 18
Celin kembali ke rumah Evan, mereka sudah menyelesaikan kesalahpahaman yang terjadi, Evan mengaku sangat bersalah, sementara Celin tidak begitu antusias membahasnya, ia tidak berjanji akan memberi kesempatan seperti yang diinginkan Evan, tapi tidak juga menseriusi masalah perceraian yang ia niatkan. Tapi jika ia mendapat tekanan dan perlakuan berlebihan lagi, ia tidak akan sungkan untuk melakukannya, saat ini prioritasnya adalah kenyamanan saja, ia hanya bertahan karena masih merasa aman dan jauh di dalam hatinya ia takut berstatus janda. Masalah percintaan ia sudah tidak peduli lagi. Celin terpaksa izin tidak masuk bekerja, bosnya juga tidak mempermasalahkan, sementara Evan tetap pergi karena ada rapat penting. Ia sangat bosan hanya berdiam diri di rumah, ia merasa kembali seperti di awal pernikahannya dua tahun yang lalu, sangat menyakitkan jika mengingatnya, ia tidak melakukan apapun karena ingin fokus mengurus rumah tangganya, ia memasak setiap hari untuk Evan, namun Evan ti
Read more
Bagian 19
Beberapa hari kemudian, Celin merasa lebih kesepian dari sebelumnya, mungkin karena beberapa hari yang lalu, ia menghabiskan banyak waktu dengan Evan. Setelah dipikir-pikir ternyata ia masih rindu seperti sebelumnya, tapi ia menekan dirinya untuk berharap. Ia sudah jengah diperlakukan tidak adil selama dua tahun, teleponnya berdering selagi ia sedang bekerja, "Halo, saya dengan Celin Dian. Ada yang bisa saya bantu?" Mata Celin sedang fokus menatap layar komputer. "Begitu cara menyambut suami yang sedang menelpon?" Suara familiar itu membuat fokus Celin terpecah. Ia buru-buru melihat nama penelpon 'My beloved husband' tertulis di layar. Dulu ia sangat antusias menerima telpon suaminya, walaupun Evan hanya mengabarkan hal-hal biasa seperti ia akan tinggal lebih lama dan sebagainya. Sekarang ia berusaha menahan diri. "Ada apa?" "Tidak ada, hanya ingin menelpon saja," Celin mengerutkan kening, ia memastikan si penelpon benar-benar Evan. Dulu Evan tidak pernah ramah, ia langs
Read more
Bagian 20
Celin tetap teguh dengan pendiriannya, ia tidak akan ikut dengan Evan, ia malah berangkat ke tempat kerja, Evan juga tidak menghalanginya tapi sepertinya ia sedang memikirkan sebuah rencana. Celin tiba di depan kantornya, tiba-tiba ada sebuah mobil yang berhenti di dekatnya, ia ditarik oleh beberapa orang yang berada di dalam mobil dan membawanya pergi. Ia berontak sekuat tenaga tapi masih belum bisa melawan kekuatan mereka. "Tenang saja, Nona. Kami tidak akan menyakitimu." Salah seorang menenangkannya. Mereka terus membelah jalanan hingga tiba di bandara. Evan sudah ada menunggunya di sana. "Selamat datang, Celin," ucap Evan tersenyum licik. "Kau ya!" Seru Celin, ia kehabisan kata-kata. "Kalau kamu mau nurut, aku tidak akan melakukan sejauh ini," Celin tidak tau harus berbuat apa, ia hanya bisa merasa kesal di dalam hatinya. "Ayo ikut aku, sebentar lagi pesawatnya berangkat," Celin tiba-tiba ingat kartu identitas dan sebagainya, mana mungkin ia bisa bepergian tanpa i
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status