Semua Bab Mencintai Pacar Sahabatku: Bab 81 - Bab 90
99 Bab
Melewati Batas? (21+)
Kini Anggara bersandar pada sandaran kasur, Akira berada di sisi kiri bersandar pada bahunya. “Ang, secepatnya aku akan menjelaskan pada Argi.” Ucap Akira dengan sangat yakin akan melakukannya. Dia pun merasa sangat tidak nyaman dengan keadaan yang seperti ini. Keinginannya untuk menjalin hubungan lebih serius dengan Anggara, tanpa bayang-bayang dari pria lain. “Hmm.” Gumam Anggara menjawab ucapannya. “Lapar gak? Mau makan?” Ucap pemuda itu, mengalihkan topik pembicaraan. “Aku gak lapar, Aang mau makan?” “Aku masih kenyang. Mau minum sesuatu?” Anggara bangkit dari tidurnya memindahkan kepala Akira di bantal. Dia berjalan menuju kulkas yang berada di sudut kamar, membukanya dan mengambil dua kaleng minuman soda. Lalu membukanya satu dan menyerahkannya pada Akira. “Minumlah.” Ucapnya sembari duduk di pinggiran kasur. “Btw, Dany masih di rumah?” Menoleh sekilas ke arah Akira. “Masih. Sendirian di rumah.” “Dany ada komentar sesuatu tentang kita?” Akira mengangguk dan b
Baca selengkapnya
Kegelisahan Argi
Hari semakin gelap, sore berganti malam. Dany yang tengah berada di rumah sendiri, ingin menghubungi sahabatnya yang dari sejam lalu keluar. Namun ketika melakukan panggilan, bunyi ponsel Akira terdengar. Dany mencari sumber suara, dan menemukan ponsel Akira berada di tas. “Duh, Lena pake acara gak bawa ponsel.” Dany berbicara sendiri. Berada di rumah sendirian membuatnya kesepian. Ingin menghubungi Akira, menanyakan tentang keberadaannya. Namun kini dia tidak bisa menghubungi temannya. Berpikir sejenak, Dany mengingat kalau Akira pasti saat ini sedang bersama Anggara. Dany memutuskan untuk menghubungi Anggara, untuk memastikan keadaan temannya. Membuka ponselnya mencari nomor telepon pemuda itu, yang pernah dia simpan. Lalu segera menghubungi nomor Anggara. Beberapa menit panggilan terhubung namun tak dijawab oleh pemuda itu. Mengulanginya sekali dan masih tetap sama. Akhirnya dia memutuskan untuk mengirim pesan singkat. [Halo malam, Lena ada di sana?] Tulisnya dalam pesan singk
Baca selengkapnya
Gelisah Menunggu Kabar
Argi masih berada di teras rumah, sementara Bayu dan Dany tengah berada di dalam rumah, menghabiskan waktu berdua dengan menonton film.Bayu sempat mengajaknya untuk ikut nonton bersama, namun Argi merasa tak ingin melakukan apapun.Dia hanya duduk berdiam seorang diri dan menghabiskan rokok, entah sudah berapa batang rokok yang dia bakar. Namun tak juga menemukan ketenangan hati. Berulang kali melihat ke layar ponsel, berharap mendapatkan balasan dari kekasihnya. Namun sampai berjam-jam menunggu, tak ada balasan dari Akira. Pikirannya terus gelisah, ingin menemui gadis pujaannya.Hingga jam menunjuk pukul sebelas malam, gadis itu tak ada kabar. Sesibuk itukah Akira sampai dia tak melihat ponselnya. Pikiran negatif bersarang di benak Argi saat ini. Entah dia merasakan sesuatu telah terjadi. Semakin dia mendekati Akira, namun gadis itu seperti menjauh dan menjaga jarak.Hingga Dany dan Bayu keluar, berjalan ke arahnya. mereka melihat Argi tengah melamun dengan pikirannya sendiri, dan t
Baca selengkapnya
Cerita Dany ke Bayu
Sementara itu di kamar kontrakan milik Anggara, Akira begitu kekenyangan setelah makan bersama.Dia membaringkan tubuhnya di kasur, mendekap tubuh pemuda yang sangat dia cintai, wangi maskulin dari tubuh Anggara begitu menjadi candu baginya. Sikap yang begitu hangat yang ditujukan oleh Anggara membuatnya merasa nyaman berada di sana.“Istirahatlah sebentar, nanti kalau mau pulang bilang aja, aku anterin.” Ucap Anggara sembari mengusap lembut punggung gadis itu.Namun dalam hati Akira, dia masih ingin di sisi pemuda itu. Kepalanya bersandar pada bahu Anggara. Memandang wajahnya dari arah samping. Wajah yang tak pernah bosan untuk dipandang. Ini kali pertama Akira merasa jatuh cinta, berjuta rasa yang mengisi hati dan pikirannya. Harum parfum Anggara begitu membuat hatinya tenang, sampai tak terasa membuatnya tertidur.“Beb, besok sekolah?” Anggara kembali bertanya pada Akira, namun tak mendapati jawaban dari gadis itu, melirik ke arah samping dan melihat Akira yang telah terlelap meme
Baca selengkapnya
Terbangun di Pagi Buta
Bayu segera mengambil dua botol minuman dingin dari dalam kulkas, lalu kembali menaiki tangga menuju kamarnya di lantai atas.Dia memasuki kamar dan melihat Argi yang tengah menikmati rokok, raut wajahnya tampak kalut seperti tengah memikirkan sesuatu, sampai tak menyadari kehadiran Bayu yang kini telah duduk di sampingnya.“Hey, ngelamun aja, ayo lanjutin game.” Bayu menepuk bahu Argi.Wajah Argi yang biasa penuh dengan senyuman, kini terlihat kusut. Bau rokok tercium di badannya, entah sudah berapa batang rokok yang sudah dia habiskan hari ini.“Eh Bay, menurut lu Lena sekarang dimana ya?” Ucap Argi menoleh ke arah Bayu.“Udah jangan terlalu mikirin cewek, cewek masih banyak gak cuma dia aja. Ayo buruan lanjutin game, sampai mana tadi, lu udah login?” Bayu berusaha mengalihkan pembicaraan Argi, namun dia tak menyadari karena perkataannya itu membuat temannya justru merasa aneh.“Maksud lu, Bay? Dany ada ngabarin sesuatu? Gue nunggu dari tadi kok dia gak ngabarin apa-apa.” “Gak ada,
Baca selengkapnya
Pulang ke Rumah
Tak lama motor mereka keluar dari area kontrakan, berjalan beriringan dengan Anggara yang mengikuti gadis itu dari belakang.Tak sampai sepuluh menit mereka telah sampai di depan rumah Akira. Suasana masih sangat sepi, Anggara memarkirkan motornya, dan berjalan ke arah gerbang, membukanya agar Akira bisa memasukan motor ke dalam halaman rumah.Setelah memarkirkan motor, Akira kembali menghampiri Anggara yang masih berdiri di gerbang yang terbuka.“Masuklah, aku tunggu di sini, biar nanti aku yang tutup. Hm?” Ucapnya sembari mengelus puncak kepala gadis itu.Akira mengangguk lalu berjalan menuju pintu rumah, mengetuk pintu namun tak ada jawaban dari dalam, sepertinya Dany kembali tertidur.Anggara yang melihatnya, mulai membuka ponsel, dan melakukan panggilan pada nomor Dany. Menunggu beberapa detik, hingga panggilannya terhubung.“Halo, Dany. Bisa buka pintu? Akira sudah di depan.” Ucapnya singkat lalu menutup panggilan telepon itu, kembali menaruh ponsel dalam saku jaketnya.Tak lama
Baca selengkapnya
Pertemuan dengan Argi
Kini mereka berdua telah sampai di sekolah. Lima menit setelahnya bel sekolah berbunyi, Akira dan Dany telah sampai di depan pintu kelas dan segera duduk untuk menanti guru mata pelajaran datang.“Dan, tadi ibu kirim pesan, besok ayah ibu pulang. Lu disuruh nginep dulu, katanya ibu bawa oleh-oleh buat lu.” Ucap Akira sembari membuka buku pelajaran dan mengeluarkan alat tulisnya.“Wah asyik tuh, oleh-oleh gue suka. Kalau gitu gue nanti malam masih nginep semalem di rumah lu ya, besok baru gue balik.” Ucap Dany, mengikuti teman sebangkunya untuk mengeluarkan buku dan alat tulisnya.“Dan, semalem lu keluar? Ketemu Argi?” Akira mulai menatap ke arah Dany.“Yup, gue bosen di rumah gak ada lu, lagian gak ada motor, motor lu bawa. Ya sudah gue telpon Bayu, minta temenin, cuma gak mungkin juga kalau Bayu aku suruh ke rumah sini, yang ada bakal digrebek sama tetangga. Makanya gue diajak main ke rumahnya. Eh, gue lihat ada Argi di sana, dia tanya kemana lu, ya gue bilang aja lu lagi ke rumah sa
Baca selengkapnya
Kejujuran Akira
Dengan sedikit keberanian, Akira mulai menegakkan pandangannya ke arah depan. Melihat ke arah pemuda yang selalu tersenyum hangat padanya.“Gi, maaf selama ini aku gak jujur sama kamu.” Suara Akira terdengar sangat pelan, namun begitu jelas terdengar di telinga Argi.“Maaf? Gak jujur gimana sayang? Aku gak ngerti.” Jawab Argi dengan raut wajah terlihat sedikit bingung.“Aku..” ucapan Akira menggantung, karena kehadiran waiters ke meja mereka, mengantar minuman dan makanan yang di pesan beberapa menit lalu.Dua gelas es cappucino dan croissant terhidang di meja. Argi bersikap ramah dan mengucapkan terima kasih pada waiters yang mengantar.“Ini sayang, minum dulu.” Ucap Argi sembari menyodorkan minuman di hadapan Akira.Akira menerima dan mulai menyeruput sedikit minuman. Kata-kata yang tadinya sudah berada di ujung lidahnya, tinggal mengeluarkannya saja, kini kembali tertelan.Beberapa menit keduanya sama-sama terdiam. Hingga Argi memulai obrolannya lagi.“Gimana sayang? Tadi mau ngomo
Baca selengkapnya
Perpisahan?
Akira meraih ponsel dalam tasnya, dia tak berani menatap ke arah Argi, dia merasa tak enak hati dan tidak tega melihat wajah yang penuh gurat kekecewaan dari pemuda itu. Kini dia berada di posisi bingung, ingin meninggalkan tempat itu namun bibirnya terasa kelu untuk menyampaikan keinginannya pada Argi. Akhirnya dia mengirim pesan singkat kepada Dany, untuk menjemputnya sekarang. Tak lama kemudian terlihat Dany berada di parkiran samping mobil hitam milik Argi. [Na, gue masuk atau tunggu di depan?] Pesan singkat dari Dany. [Masuk aja, Dan. Bantuin gue.] Balas Akira. Dany menutup ponselnya dan turun dari motor, berjalan memasuki coffe shop. Matanya mengedar ke penjuru ruangan mencari keberadaan Akira dan Argi. “Hay, Na.” Teriak Dany ketika telah mengetahui posisi duduk temannya. Lalu berjalan menghampiri keberadaan mereka dengan senyum merekah. “Hay, Argi. Apa kabar, sorry ya gue ganggu kalian.” Ucap Dany, sembari duduk di samping sahabatnya. Argi tampak memaksakan senyumnya yan
Baca selengkapnya
Patah Hati
Sementara itu, Argi kini telah berada di halaman rumahnya, wajahnya begitu kusut dengan mata yang sedikit memerah. Turun dari mobil, lalu berjalan langsung ke dalam rumah, tanpa menghiraukan sapaan dari bik Minah, asisten rumah tangga yang berada di taman depan rumah. Tujuannya kini hanya ingin berada di kamar. Saat akan menaiki tangga menuju lantai dua, mama Lina menyapanya, namun sapaan itu tidak dia dengar. Bik Minah yang merasakan keanehan pada sikap anak majikannya segera memasuki rumah, menghampiri mama Lina yang tengah menatap ke lantai atas. “Bu, mas Argi terlihat aneh tak seperti biasa.” Ucap bik Minah sembari ikut memandang ke arah tangga. “Iya bik, aku sapa juga tidak menyahut anak itu. Kenapa ya?” Ucap mama Lina. Kedekatan bik Minah di keluarga itu terjalin sejak lama. Meskipun dia hanya asisten rumah tangga dan merupakan pengasuh dari Argi anak majikannya. Namun pemilik rumah selalu bersikap ramah dan selalu menghargainya. Sudah hampir dua puluh tahun dia bekerja di
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status