All Chapters of Separuh Jiwa yang Tertutupi : Chapter 11 - Chapter 20
21 Chapters
BAB 11
Morgan menyuruh Romi dan Irwan segera memersihkan diri ke kamar mandi. Mereka berdua memutuskan mandi bersama bukan hanya di wajah saja penuh tinta pakaian juga ikut mengenainya. Romi dan Irwan tertawa-tawa di dalam kamar mandi saling membandingkan satu sama lain piala siapa paling besar. Suara dari kamar mandi umum terdegar ke dapur juga kamar Zimba membuat mereka ikut tertawa mendengar cerita Irwan dan Romi. “Dasar bocil!” Ucap Morgan menggeleng-geleng kepalanya. Morgan mengambil alih memasak dibantu oleh Bob. Zimba yang ingin keluar hanya saja merasa enggan masih berharap dirinya dipanggil. Romi dan Irwan membuat kompetisi di kamar mandi. “Pertandingan akan segera kita mulai. Babak final ini dihadiri oleh dua peserta yaitu Romi dan Irwan….. Mari kita berikan tepuk tangan yang meriah.” Sambut Irwan berperan sebagai pembawa acara. “Hadiah yang akan direbutkan ada gayung, sabun mandi, handuk, gosok gigi, dan lain-lain. Para dewan juri kami persilahkan untuk memulai p
Read more
BAB 12
Morgan mengeluarkan obat kuat dari kopernya yang sebelumnya sudah dipersiapkan. Morgan melakukan aksinya mengikat tangan Zimba ke area tempat tidur. Melebarkan selangkangan Zimba. Morgan mulai mengarungi lembah milik Zimba dengan mulutnya. Ujung lidahnya menari-nari di gua Zimba. Morgan sudah merasa puas dilanjut aksi berikutnya memasukkan buah pisangnya. Goyangan itu semakin terasa membuat Zimba terbangun. Zimba bukan marah justru ikut menikmatinya. Zimba malah menyuruh Morgan lebih kuat lagi menggoyang. Mereka sangat berkesempatan di saat yang lain sedang tidur karena mabuk. Tidak akan kedengaran dari lantai satu. Suara au au au au au mereka semakim kencang. Posisi atas di ganti oleh Zimba. Bagian ini adalah part yang sangat disukai Morgan karena goyangan Zimba sangat enak sampai menusuk ke ubun-ubun. Posisi diganti dengan gaya gunting mengambil klimaks namun tak kunjung puas juga posisi diganti dengan gaya helikopter baru sangat memuaskan. Malam ini adalah malam terpanjang merek
Read more
BAB 13
Bob dan Irwan sangat panik segera menghentikan Romi memukul abangnya. “Dasar dua saudara yang bodoh!” Kata Zimba keluar dari mobil pergi meninggalkan mereka.Romi ikut berlari mengikuti Zimba. Bob dan Irwan mengekor juga dari belakang. Zimba tiba-tiba berhenti sampai mereka tersungkur di punggung Zimba. “Kamu kenapa sih Rom? Kamu bodoh juga yah sama seperti abang kamu?” Mengalihkan tangan Zimba ingin juga memukul Romi.“Sudahlah Zim. Kita di sini main-main loh.” Bob menghentikan Zimba.“Kalian yang memulai inikan?” Zimba semakin mengamuk.“Kalian pulang saja aku mau sendiri saja di sini.” Lanjut Zimba.“Tidak usah bertengkar lagi. Kalian mau menyia-nyiakan waktu ini? Sebelum datang ke sini impian kita apa? Bermain jetski barengkan? Apa lagi kamu Zim itu mimpi mu sudah lama. Kamu mau membatalkan?” Bujuk Irwan menenangkan mereka.“Tidak mau.” Serentak Zimba, Romi dan Bob menjawab. Suasan itu pun kembali mereda. Sebelum melanjutkan permainan mereka. Romi meminta maaf sangat menyesal
Read more
BAB 14
“Ibu sekarang sudah di mana Rom?” “Ibu sudah tinggal di luar negeri bersama selingkuhan bulenya. Tidak usah ditanya lagi sudah lama tidak kabar dengan Ibu.” Romi membuka pintu mobil.“Lama tidak bertemu yah Pak Dona. Maaf baru bisa salam sekarang tadi tidak sempat saat berada di dalam. Wahh…. sudah lama juga yah sampai anak saya kuliah masih tetap setia mengemban tugas.” Ujarnya ke supir yang sudah menemani dari Romi mulai dari SD hingga sekarang. Sepanjang perjalanan Ayah Romi dan Pak Dona bercerita masa lalu. Mereka berempat hanya sebagai pendengar.Tiba di pusat perbelanjaan Romi juga ikut mengajak teman-temanya keluar. Romi menyuruh Ayahnya memilih pakaian, sepatu dan semua kebutuhan yang diperlukan. Ayahnya tidak banyak memilih hanya satu pasang pakaian dan sandal saja. Romi justru memborong banyak untuk Ayahnya selagi masih berjumpa. Romi tidak tau hari berikutnya akan jarang bertemu. Romi menanyakan Ayahnya kebutuhan apa lagi yang kurang tetapi tetap jawaban Ayahnya tidak ad
Read more
BAB 15
Zimba menyuapi Morgan sampai kenyang sembari juga ikut makan. Badan Morgan sangat kegerahan meminta bantuan ke Zimba untuk membantunya memandikan. Zimba membuka semua pakaian Morgan membawa ke kamar mandi. “Sayang pengen…” Dengan manjanya Morgan membujuk Zimba untuk membuka pakaianya juga.Zimba menyentil kening Morgan. “Pikirkan dulu kesehatan mu baru nanti aku kasih.” Zimba mengelap badan Morgan dengan hati-hati agar tidak mengenai lukanya, karena pakaian Morgan tidak ada di situ Zimba harus ke lantai tiga mengambilnya.Siapa yang tidak tergoda ketika melihat Morgan terbaring di atas tempat tidur buah pisangnya menjulang tinggi. Zimba menghilangkan pikiran itu dulu fokus dengan kesembuhan Morgan. Zimba memakaikan celana dalam Morgan. Morgan menolak, dirinya ingin telanjang bulat saja. Zimba memberikan obat Morgan. Entah kenapa tangan nakal Morgan selalu meraba-raba bokong Zimba yang montok. Batas kesabaran Zimba tidak tahan juga. Zimba membuka pakaianya. Mereka berdua mulai melaks
Read more
BAB 16
“Bob bonceng kamu yah Zim. Aku sama Irwan enggak searah ke kost mu. Kami dari jalan tikus. Takut macet dari jalan biasa.” Romi menghidupkan motornya siap-siap berangkat pulang.“Tidak usah. Duluan aja kalian pulang. Aku mau ke pasar dulu.” Zimba mencari alasan tidak pulang ke kostnya lagi.“Kami antar saja kamu ke pasar.” Romi tidak mau membiarkan Zimba pergi sendirian melihat Julius seperti ingin mengikutinya.“Dekat kok Rom. Tinggal jalan kaki.” “Yah sudah Zim. Aku juga rencana mau jemput pacarku.” Kata Bob.“Hati-hati yah kalian.” Ujar Zimba.“Oke. Kamu juga Zim.” Serentak mereka bertiga menjawabnya.Zimba masih menunggu grabnya datang. Julius samperin Zimba mengajak supaya diantar ke tujuannya. Zimba menolak karena sudah memesan grabnya. Julius tetap bersikeras menawarkan untuk diantar. “Grabnya sudah jalan menuju ke sini tidak bisa ditolak lagi bang.” Zimba melepaskan tangan Julius dari genggamannya.“Biar aku yang bayar kerugiannya jika grabnya sudah sampai.” Julius memaksa Zi
Read more
BAB 17
Keadaan kaki belum stabil melangkah, Morgan terpaksa melepaskan Zimba pergi. Morgan kewalahan untuk beraktivitas sendiri tidak ada orang di rumahnya membantunya. “Pulang saja ke rumah.” Morgan menulis pesan singkat itu ke Romi.Morgan juga menyuruh semua pekerjanya untuk kembali ke rumah.Morgan menghubungi Zimba beberapa kali namun tak kunjung diangkat sampai chat pun tidak dibalas. Morgan tipikal tidak bertanya, fakta dirinya pendiam selalu menyendiri mengurung di dalam kamar dengan kehadiran Zimba semua berubah. Morgan bingung salahnya kepada Zimba apa? Morgan sebenarnya ingin tau kehidupan Zimba lebih dalam. Morgan berpikir semua itu akan terjawab seiring berjalannya waktu tanpa menanyakan itu. Morgan tidak pernah sekali pun memperdebat dirinya dengan video Zimba karena sudah tau semua saat ke kostnya diam-diam membaca buku diari Zimba. Walaupun Morgan tidak sempat melihat semuanya karena hampir ketahuan oleh Zimba.“Di balik sampul ku aku suka menyimpan hasratku di fd merah ku.
Read more
BAB 18
“Seharusnya itu biaya sekolah ku sampai kuliah. Tinggal bersama dia? Sesenang itu dapat duit haram dari anak tiri tercinta mu ini.” Lanjut Zimba.“Kurang ajar kamu!” Ibunya menampar Zimba.“Tidak apa-apa sudah biasa mendapat tamparan dari kalian. Sudah menjadi asupan ku setiap berjumpa…..”“Sudah Zim. Ayah meminta maaf. Tidak usah diperpanjang lagi ada calon abang ipar kamu di sini.” Ayah tirinya membujuk Zimba untuk tidak melanjutkan ocehannya.“Abang ipar? (Zimba tertawa mengejek). Masih percaya dengan dia? Bentar dah gonta-ganti. Ohhh tadi Ibu bilang motor disediakan. Yahh emang itu motor hasil pemaksaan video bug*l ku dijual sama anak pelacur ini……”“Dasar biad*p kamu! (Ratna menampar Zimba) pergi kau dari sini!”“Sebelum pergi aku harus mengambil hak ku. Motor ini harus kubawa. Ibu tidak usah berpura-pura syok mendengarnya. Dari dulu aku pun sudah bilang kalau anak mu ini sudah dijual. Masih tidak percaya kan?” Zimba mengeluarkan amarahnya melihat ada gelas kaca di atas meja Zim
Read more
BAB 19
Zimba seakan masih belum percaya dirinya dioperasi. Zimba meminta cermin melihat keadaan kepalanya. Irwan memberikan cermin kecil yang ada di tasnya. Zimba menangis melihat kepalanya masih diperban tidak menyangka lukanya bisa sampai separah itu. Suara tangisan Zimba semakin kencang mengingat kembali semua perbuatan Ratna dan Ibunya kepadanya. Morgan pun terbangun mendengarnya.“Ada apa? Masih sakit?” Morgan keluar menghampiri Zimba lalu memeluknya. Irwan pun ikut memeluknya dikiuti Romi dan Bob sama-sama memeluk Zimba. Bulan pun ikut menangis bersama mereka. Mereka semua kembali istrahat. Morgan tidur di kursi menemani Zimba sedangkan mereka bertiga tidur di kamar tamu pasien. Sebentar Morgan tertidur sebentar lagi terbangun untuk mengecek keadaan Zimba. “Zzzz zzzz” Suara dengkur mereka bertiga masih bersenandung tidak tau sudah pukul delapan pagi.“Bangun Oii.. Kalian enggak ngampus??” Morgan menarik selimut.“Bentar lagi.” Romi kembali menarik selimutnya.“Lihat jam Rom! Sudah p
Read more
BAB 20
“Kalian berangkat saja kuliah, biar abang yang melanjutkannya.” Morgan menghentikan mereka membereskan barang-barang yang terjatuh.Morgan keluar memanggil cleaning service untuk meminta tolong membersihkan lantai kamar pasien penuh dengan bubur yang terlempar dari piring. Zimba masih belum mau berbicara sama siapa pun. Morgan berusaha mengembalikan mood Zimba namun tidak berhasil. Morgan membuka pakaian Zimba untuk membersihkan badannya yang sudah bau sekali. Bau nafasnya juga sudah sangat menyengat, Morgan menggosok gigi Zimba. Zimba sudah kembali kelihatan segar yang awalnya terlihat layu. Morgan menidurkan Zimba untuk istrahat. Zimba masih tetap memilih untuk diam karena malu melihat perlakuan-perlakuan keluarnya di hadapan Morgan. Morgan tidak memaksa Zimba untuk mengungkapkan isi hatinya. Morgan fokus dengan kesembuhan Zimba. “Tok tok tok tok” Dokter mengetuk pintu, datang untuk mengecek keadaan luka operasi Zimba.“Silahkan Dok.” Morgan membuka pintunya.Setelah dokter sele
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status