Semua Bab Dinodai Kakak Sebelum SAH: Bab 21 - Bab 30
47 Bab
#21
"Kaaaak?" suaranya lirih mengulurkan tangan menggapaiku.Aldo menyerobot mendahuluiku membuatku sedikit terhuyung ke kiri."Nisa ... Sayang! Lo nggak papa, 'kan? Apa yang dia lakuin sampai bisa kayak gini?!" tanyanya tak sabar hampir memeluk dan mencium perempuan yang kini melirikku dan melengoskan wajah menghindarinya."Keluar Lo! Mulai sekarang pergi sejauh mungkin dari hidup GUE! PERGI?! GUE BENCI AMA LO, AL ...." teriaknya sedikit meninggi dan menghempaskan tangan Aldo dari lengan."Nisa ... tenanglah dulu," Aku mendekat dan berdiri tepat di samping Aldo yang melirikku tajam."Lo! Jangan ikut campur urusan gue sama Nisa! Lo yang keluar! Nisa pacar gue, asal Lo tau!" teriaknya mendorongku."Aldo!! Lo bukan pacar ... Aauuwh!" Nisa meringis memegang perutnya yang baru saja menjalani kuretase. Pembersihan sisa jaringan bakal janin di rahimnya."Jangan banyak bergerak dulu, Nis
Baca selengkapnya
#22
POV. ANNISA "Al ... apa lo nggak takut jika apa yang lo lakuin ke Gue berbalik ke hidup, lo?" tanyaku saat setengah sadar dengan dosa yang baru saja kulakukan.Lelaki yang seperti sudah menjadi tujuan hidupku di dunia ini hanya tersenyum miring dan terkekeh."Apa maksud lo, Sayaaang? Bukankah kita melakukannya suka sama suka, hm?" katanya kembali menjelajahiku dengan jemarinya."Dengarkan gue, Al!!" tolakku menangkap tangannya yang berada di balik selimut.Dia menatapku dengan sorot mata memuja seolah berisyarat bahwa semua akan baik-baik saja. Seperti sebuah pembenaran akan apa yang telah dilakukannya padaku."Gimana perasaan lo jika Dina atau Mama lo berada dalam posisi gue? Apa yang lo lakuin jika, gue adik lo sendiri, Al?"Dia terkekeh, "Gue udah nggak punya adik perempuan dan juga ... Mama. Mereka udah lama mati! Mereka hanya mikirin hidup mereka sendiri dan nggak peduli apa yang terja
Baca selengkapnya
#23
Gurat wajah penuh amarah masih tercetak jelas di wajah lelaki yang pernah sangat kukagumi itu. Bahkan mungkin sampai sekarang aku masih tak mengenalinya sebagai Kak Icalku yang dulu.Kak Ical Si Tompel ... itulah panggilannya dulu, tapi sekarang ....Ya! Ketika kecil, Kak Ical banyak dihina dan dijauhi teman-teman sebayanya. Noda hitam di pipi kanannya sebagai tanda lahir itulah pemicunya. Mereka sering mengolok dengan sebutan Ical Si Tompel. Sekarang, baru aku menyadari pipi itu telah bersih menjadikan wajahnya setampan ini, jauh berbeda dengan Kak Icalku.Pantas saja saat aku bertemu dengannya tak ada rasa curiga sama sekali. Bahkan ketika berhadapan langsung dengan Ayah. Dia memaki dan memarahi Aldo untuk menjauhiku karena tak kenal dengan wajah baru putra kandungnya.Tapi ... apakah mungkin Kak Ical lupa dengan wajah ayahnya sendiri? Lupa denganku sebagai adiknya? Padahal dia tahu betul semua identitas asliku sebelum menjadi An Kha s
Baca selengkapnya
#24
"Tidakkah kamu merasa bahwa kamu termasuk dalam kasiyatun ariyatun yang tersebut dalam hadits tadi?" Lelaki yang sekarang menyodorkan sebuah buku terbuka padaku itu bertanya sambil menunjuk kalimat di halamannya.Aku hanya menggeleng, tapi dalam pikiran mencerna sebuah ucapan yang telah lama terpendam. Muncul kembali seperti gaungan gema di telingaku. Suara Ayah, kebiasaannya sebelum aku memejamkan mata selama bertahun-tahun lalu.Tidakkah kamu takut dengan ancaman ini Nisa?Makna pertama adalah perempuan yang mendapatkan nikmat Allah namun enggan bersyukur atas nikmat-Nya.Makna kedua adalah perempuan yang memakai pakaian namun kosong dalam berbuat kebaikan. Atau enggan mengutamakan akhiratnya dengan tidak mau melakukan ketaatan pada Allah.Makna ketiga adalah perempuan yang menyingkap sebagian tubuhnya. Sengaja menampakkan keindahan tubuhnya. Inilah yang dimaksudkan al-mutabarrijat, berpakaian namun tela njang.
Baca selengkapnya
#25
Aku berada di tengah hamparan bunga-bunga putih yang sedang bermekaran. Semerbak harum mewangi menusuk indera penciuman. Sejauh mata memandang hanya hijau dan putih sedikit kuning kemerahan. Kicauan burung dan kupu-kupu beterbangan saling bersahutan. Indah dan tak pernah kulihat sebelumnya.Apakah aku sedang berada di surga?Air mata bahagia mengalir dari sudut mata. Wajah berhias senyuman mengembang tiada henti. Langkah kaki ini seperti melayang tak menapak bumi. Terasa ringan tanpa beban.Irama gemericik air di setiap petak pohon bunga yang tertata bak permadani. Mengalun indah mengiringi tarian berbagai keindahan sejauh radar penglihatan. Aku ingin tinggal di sini."Nisa ... kembalilah, Nak ...!" Suara Ayah menggema dari langit yang berpelangi.Aku mendongak mencari sumber suara Ayah. Mataku hanya menangkap pemandangan tak biasa. Langit bagai terbelah dua, hitam pekat dan cerah terang kebiruan. Tubuhk
Baca selengkapnya
#26
Nafasku kembali sesak, seperti tak bisa lagi menghirup oksigen dengan leluasa. Dadaku naik turun, tangan dan kaki seperti menghentak dengan sendirinya tak terkontrol. Tubuhku menggigil hebat. Sakit seperti tertarik dari ubun-ubun. Aku tercekik dan akhirnya terbatuk- batuk bersamaan dengan cahaya menyilaukan menembus retinaku."Alhamdulillah ...," seru Kak Fahd memelukku erat dan menciumi kepalaku.Masih dengan matanya yang basah dia tersenyum menggumamkan kalimat syukur berulang kali."Aku kenapa, Kak?"Dia hanya menggeleng dan memeluk lagi, lebih erat dari sebelumnya."Terima kasih telah kembali, Sayaaang ...," Perlahan mengurai pelukan, dia menatapku berbinar."Aku kenapa?" ulangku dengan pertanyaan yang sama."Saya pikir kamu sedang sakaratul maut. Saya sudah pasrah dan ikhlas, tapi ... saya ... ak–aku ... sudah merasa, ak–aku belum mau kehilangan istri, ak–aku ... sayang kamu, Annis
Baca selengkapnya
#27
POV Aldo"Gimana Al? Gue ancurin Dina dan Papanya, Lo ancurin Annisa, si cupu itu? Deal?" ulang Nathan untuk kesekian kalinya."Gue nggak janji, Nat! Apa salah cewek cupu itu? Kenapa harus dia?"Nathanael adalah sobat kecil gue sejak sepuluh tahun terakhir. Cowok keturunan Negeri Tirai Bambu itu satu-satunya teman berbagi cerita yang bisa dikatakan senasib dengan gue. Kedua orang tuanya bercerai dan Papinya sering membawa perempuan ke rumah. Dia selalu lari lewat pagar belakang yang langsung tembus ke kolam renang rumah Papa Agung.Ya, Bunda meninggalkan Ayah dan Ninis lalu menikah dengan Papa yang seorang kaya raya. Tapi setelah itu, Bunda tak pernah lagi punya waktu buat gue. Selalu pergi ke luar negeri bersama Papa dan Dina, anak kandung Papa Agung Sanjaya dengan mendiang istri pertamanya.Mama, begitu gue harus manggil Bunda setelah duda pengusaha properti itu menggantikan posisi Ayah. Bahkan identitas gue berubah
Baca selengkapnya
#28
POV Aldo"Bisa-bisanya sih lo kenal dan deket ma tuh ustadzah wanna be, Al?" ejek Marvel, salah satu temen geng gue."Biarin napa? Es batu mulai mencair tuh! Bukannya bagus? Kita terbebas dari ke-absurd-an dia kalo lagi sensi?" Zian menimpali sembari terbahak menepuk pundak gue."Cakep! Makan tuh ustadzah! Jodoh buat lo yang dari kapan tau nglarang kita-kita nyimeng lah, dugem lah, bla bla bla, kemakan parno lo sendiri kan? Selamat! Lo dapet yang lebih solek kahh ...." Marvel kembali mencibir dengan desahan di akhir kalimatnya, kemudian tawa kami pecah.Temen nggak ada akhlak emang mereka ini! Serusak-rusaknya gue and the geng, kita punya batasan yaitu nggak ada yang boleh ngerugiin orang lain. Boleh seneng-seneng, hura-hura asalkan masih peduli dengan sekitar.Contoh kecil aja rokok, satu hal yang mungkin bagi sebagian remaja, tuh, adalah hal biasa dan katanya nggak dikatakan anak gaul, kalo nggak nyobain tembakau hisap it
Baca selengkapnya
#29
"Ehm ... Nis ... apa pendapat lo tentang pacaran? Apa itu termasuk dosa dan larangan agama?"Yes! Gitu aja kalimatnya, lebih beda dan mungkin akan mengecoh. Bikin dia percaya kalo gue ini emang cowok yang berbeda. Bukan sekedar cari kesenengan doang dari dia. Brilian emang, otak lo, Al! Hahahay!Malam ini di depan wastafel kamar mandi gue ngoceh sendiri. Selama hampir tiga bulan gue udah makin deket dan nyaman sama Nisa. Gue bakal buktikan cinta gue ke dia dengan janjian di suatu tempat. Beruntungnya dia mau diajak ketemuan asalkan pulangnya sebelum jam sembilan.Sore hari gue udah siap-siap pake baju paling keren, parfum yang pasti harumnya nggak bakal dia lupa.Sempurna!Gue yakin banget dia nggak bakal nolak ajakan gue buat jadian malam ini. Mengikat janji sehidup semati, selalu bersama dalam suka maupun duka selamanya."Tapi Al ... gu–gue ... nggak mungkin dibolehin keluar malam lagi setelah ini, kalo gue pulan
Baca selengkapnya
#30
"Al! Lo udah denger Nisa ditabrak mobil pas keluar dari hotel selesai pemotretan, barusan?" suara Marvel berdengung di speaker ponsel gue sesaat setelah ban mobil berhasil dipasang montir panggilan."Apa lo bilang? Barusan Nisa masih chat gue, kok! Lo denger dari siapa?" Gue berteriak kaget dan sedikit mengumpati Marvel di telpon."Sempat ada yang lihat sebelum kontennya hilang! Coba liat live storynya dia barusan, kalo masih muncul, sih? Banyak yang bilang cuma settingan, makanya gue tanya, lo yang lebih tau?" cerocosnya.Panggilan Marvel berakhir dan gue langsung coba buka akun dia yang terhubung juga ke ponsel gue."Kapan Nisa ganti passwordnya? Kenapa ganti? Shit!!"Gue coba berulang kali tapi gagal memasukkan kata kunci akun Nisa. Sepertinya dia sudah menggantinya tanpa sepengetahuan gue.Hati ini mulai tak tenang dan panik, gue cari di setiap rumah sakit terdekat dengan lokasi terakhirnya. Tapi
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status