All Chapters of PUTRI TUNGGAL TUAN CEO: Chapter 41 - Chapter 45
45 Chapters
BAB 41
Janggala memanggil Siska sekretarisnya ketika dia baru saja sampai ke kantor, wajahnya terlihat ditekuk dan Siska bertanya-tanya apakah ini menyangkut kinerjanya yang buruk.Pria itu langsung duduk di kursinya tanpa lebih dulu membuka jas seperti biasa, dia menatap Siska dengan tatapan garang.“Kamu tahu ibu saya ke desa Permadani?” Pertanyaan itu terkesan menuduh namun juga ada rasa keingintahuan yang besar. Mata Siska mengerjap mendengar pertanyaan itu kemudian mengangguk pelan.“Nona Eveline menanyakan persoalan desa Permadani.” Jawabnya ringan karena merasa tidak ada yang salah dengan itu.“Lalu apalagi yang dia tanyakan?”Siska terdiam sebentar, menimbang apakah nantinya jawaban dia akan membuat atasannya yang usianya jauh dibawah dia ini marah atau sebaliknya.“Siska, tolong jawab saya.” Suaranya begitu tegas dan dalam, matanya yang sipit itu lagi-lagi memancarkan aura mematikan.Siska menggaruk kepalanya yang tidak gatal, anak kecil ini sudah begitu cocok jadi seorang pemimpin.
Read more
BAB 42
Nancy baru turun dari tangga ketika Lavani baru saja masuk dari pintu depan. Seperti sebuah mimpi buruk bagi Lavani dan sebuah keberuntungan bagi Nancy.Wanita paruh baya itu menatap Lavani dari ujung kepala sampai ujung kaki dengan tangan terlipat di dada.“Bagaimana perasaanmu akan punya saingan baru di rumah ini?” Dia melontarkan pertanyaan dengan nada menyindir pada Lavani yang kini menghentikan langkahnya, menoleh pada Nancy dengan kening berkerut.“Apakah mama harus melakukan hal ini hanya karena demi seorang cucu?”Nancy mendengar ucapan Lavani kemudian terkekeh, dia balas menatap Lavani.“Tentu, kamu sudah terlalu banyak melempar alasan tidak masuk akal ketika saya menginginkan seorang cucu. Alasan yang berbelit-belit, apa sulitnya memiliki seorang cucu? Kecuali kamu tidak mampu menghasilkan seorang anak.”Kata-kata itu membuat dada Lavani terasa sesak, ucapan mertuanya kali ini begitu keterlaluan baginya.“Saya sudah pergi ke Rumah Sakit dan mereka mengatakan tidak ada masala
Read more
BAB 43
“Ma, tolong jangan bertindak semau mama!” Janggala merangsek masuk ke dalam ruang baca ibunya setelah dia sampai ke rumah utama, tanpa basa-basi dia langsung ke intinya.Wajahnya begitu kusut.Dalam perjalanan pulang dia mendapat pesan dari Lavani untuk tidak mencarinya terlebih dahulu, dia ingin pulang ke rumah keluarganya. Dia merasa muak dan sesak berada di rumah utama sekarang.Ibunya tengah membaca beberapa berkas bersama Eveline ketika Janggala datang malam itu, dengan kacamata bertengger di hidung wanita paruh baya itu menatap Janggala.“Tidak perlu protes seperti anak kemarin sore, diam dan turuti saja perintah mama.” Jawaban Nancy membuat Janggala semakin naik pitam.“Jangan campuri urusan rumah tanggaku!” Suara Janggala meninggi, jarinya kini menunjuk sang ibu.Nancy menatap anak laki-lakinya dengan tatapan penuh amarah, dia menutup segala berkas yang tengah dia baca sedangkan Eveline sudah melip
Read more
BAB 44
Perpisahan adalah hal yang paling tidak Elang sukai.Perpisahan pertamanya adalah ketika kakek yang dia sayangi meninggal karena serangan jantung, dia menyayangi sang kakek. Baginya, kakek adalah orang yang paling mengerti dirinya.Namun kematian merenggut kebersamaan mereka begitu saja.Perpisahan kedua adalah ketika dia harus kembali ke kampung halaman sang ibu dan meninggalkan Dirra. Ya, sejak kecil rasa tertarik itu sudah muncul. Namun dia masih belum mengerti artinya.Elang menyukai Dirra.Setelah mereka bertemu lagi meskipun Dirra dalam kondisi yang tidak begitu menyenangkan, dia tetap menyukainya. Perasaan itu tidak pernah berubah, namun kali ini dia harus merasakan perpisahan ketiga kalinya.Dia akan membiarkan Dirra pergi dari kehidupannya untuk memasuki kehidupan baru dengan orang yang dulu meninggalkannya. Bukan, lebih tepatnya orangtua si pria yang tidak menginginkannya.“Lang, yang itu tolong masukin ke dalam kardus
Read more
BAB 45
Rumah yang diberikan oleh TANTRA WIBAWA sebagai kompensasi dari apa yang terjadi pada keluarga GAURI berada tidak jauh dari kaki gunung, rumah itu adalah rumah salah satu warga desa yang dalam beberapa tahun terakhir ditinggalkan pemiliknya.Sebelumnya, seorang nenek tua tinggal disana. Namun anak-anaknya kemudian membawa nenek itu ke kediaman mereka karena orangtua itu sudah tidak mampu menjalani hari-harinya sendirian.Dua hari lalu mereka selesai pindah ke rumah baru itu, rumah yang tidak terlalu besar namun pastinya akan nyaman jika ditinggali.Sejak kemarin, Dalenna sudah merengek untuk tidak meninggalkan rumah ini. Dia menangis dan bilang tidak ingin bertemu dengan sang ayah, dia ingin bersama nenek saja. Hal itu membuat Dirra jadi ikut mempertanyakan alasannya mengiyakan keinginan Nancy.Apakah benar dia menginginkan hal itu karena untuk Dalenna atau hanya untuk dirinya sendiri?Malam ini adalah malam terakhir mereka berada disana, Dirra sud
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status