Semua Bab PUTRI TUNGGAL TUAN CEO: Bab 31 - Bab 40
45 Bab
BAB 31
Sudah seminggu sejak terakhir Nancy bertemu dengan si kecil Dalenna.Wajah bocah kecil itu selalu teringat di dalam benaknya, setiap kali dia meminum teh seorang diri di taman atau bahkan ketika dia sedang asyik membaca di ruangannya sendiri.Suara Dalenna terngiang di telinganya dan tiba-tiba saja ada rasa rindu menyelesak masuk di dalam hatinya. Pertemuannya dengan bocah itu hanyalah hitungan jam, namun semua yang menyangkut bocah itu tidak luput dari ingatannya barang sedikitpun.Lamunannya terinterupsi suara pintu yang di dorong, dia menoleh dan mendapati Janggala masuk dengan wajah yang lesu. Melirik ke arah jam dinding yang sudah menunjukkan waktu tengah malam, Nancy yakin anak semata wayangnya lembur lagi untuk kesekian kalinya.“Lembur?” Tanya Nancy lembut, menutup buku setelah memberikan pembatas halaman. Dia menatap Janggala yang semenjak pertengkaran terakhir menghindarinya.“Mama belum tidur?” Alih-alih menjawab,
Baca selengkapnya
BAB 32
 Sivan tengah berada di kantor ketika waktu sudah menunjukkan lebih dari jam sembilan malam. Dia masih sibuk mempersiapkan beberapa berkas untuk pengajuan kantor cabang baru yang menangani pangan di desa Permadani.“Pak, masih mau di kantor?” Astari sekretarisnya muncul dari balik pintu, gadis berusia awal dua puluhan tahun yang masih cantik dan segar itu bertanya dengan senyum tipis. Wajahnya sudah kembali memakai riasan, lipstiknya sudah begitu menempel di bibirnya yang indah.“Ya, masih ada keperluan. Kamu mau pulang sekarang?”“Iya pak, boleh ya? Pacar saya sudah di depan.” Ucapnya sambil cengengesan.Sivan mengangguk dan memberikan gestur agar gadis itu segera pergi. Astari hanya terkekeh geli sambil menutup pintu kantor atasannya.Gadis itu bergitu terampil dalam pekerjaannya, dia berkuliah sambil bekerja namun tidak membuat semua pekerjaan yang dia kerjakan menjadi berantakan. Sivan menyukai c
Baca selengkapnya
BAB 33
“Bangun!” Suara itu memecah keheningan di dalam kamar, tangan tua itu meraih piyama yang tengah dikenakan oleh Lavani, dengan mudahnya tubuh Lavani terseret begitu saja jatuh ke lantai kamar.Dia memekik karena terkejut.Samar-samar dia bisa merasakan nyeri di bahunya yang menghantam lantai, ketika membuka mata wajah Nancy sudah ada tepat di depannya.“Bangun kamu!” Ucapnya ketus pada Lavani yang merintih memegang bahunya.“Mama kenapa kasar banget ke saya?”Pertanyaan itu jelas memicu kemarahan lain pada Nancy, dia melotot menatap Lavani yang terlihat tidak merasa bersalah tentang apa yang terjadi semalam.Wanita itu pulang dalam keadaan mabuk, setengah mabuk tepatnya. Dia datang dan terjatuh begitu saja di lantai, ketika Janggala menggendongnya dia muntah begitu saja di baju Janggala.Hal itu bukan pertama kalinya terjadi, itulah mengapa Nancy sudah berada di batas sabarnya.“Apa yang
Baca selengkapnya
BAB 34
“Pak, rapatnya jam sebelas ya di gedung enam.” Astari masuk ke dalam ruangan Sivan dengan membawa tablet, hari ini gadis muda itu mengenakkan blazer berwarna pastel dengan rok pendek diatas lutut. Rambutnya dia biarkan tergerai panjang.Sivan menatap gadis itu dari balik kacamatanya, dia tengah membaca beberapa email ketika Astari masuk.“Hari ini rapat dengan siapa saja?”“Ada dua dengan petinggi KALFOOD, SSKFOOD. Malamnya bapak ada jadwal makan malam dengan Pak Janggala dan Pak Resno.” Jawab Astari yang kemudian menutup tabletnya dan berdiri di depan meja kerja Sivan.“Pak Resno?”“Ya, pak Resno kontraktor ARIONO UTOMO.”Jawaban Astari sontak membuat Sivan terkejut, dia sudah membuat proposal untuk diberikan pada Janggala agar proses pembangunan kantor cabang di desa Permadani ditangani oleh JANJI HANGGARA.“Kenapa dengan ARIONO UTOMO?”Astari terdiam dengan wajah kebingungan, dia membuka lagi tablet yang dipegangnya, “Kalau disini tertulis dari kantor utama meminta ARIONO UTOMO unt
Baca selengkapnya
BAB 35
Sivan mengakhiri rapat terakhirnya sore ini.Dia tengah meregangkan badan ketika Astari masuk ke ruangan rapat yang sudah kosong, gadis itu membawa beberapa berkas di tangan serta tas yang bertengger di bahunya.“Pak, mau kembali ke kantor dulu atau langsung ke restoran?” Seperti biasa, gadis itu dengan gayanya sendiri. Tidak berbasa-basi dan selalu menembak pertanyaan yang mengharuskan Sivan memilih dengan cepat.“Jam berapa emang makan malamnya?”“Biasa pak, jam tujuh. Tapi ini Rush Hour sih, pasti macet dan sampai tepat jam tujuh.” Jawab Astari mengecek jam di tangan kirinya, kemudian beralih menatap Sivan.“Jalan langsung aja deh.”Sivan berjalan mendahului Astari yang langsung menghubungi supir untuk menunggu di lobi. Pria itu kembali mengecek ponselnya, tidak ada pesan dari Lavani. Biasanya ketika dia selesai rapat Lavani langsung menghubunginya, mengabari dia akan kemana dengan siapa.Dia menghela napas.Mungkin tadi dia keterlaluan, amarahnya pada Lavani tidak semestinya dia t
Baca selengkapnya
BAB 36
“Sukses ya?” Pertanyaan Astari membuat Sivan menoleh pada gadis yang tengah duduk di sampingnya. Mata gadis itu sibuk menatap ponsel dan jari jemarinya mengetik dengan cepat.“Kamu ngomong sama saya?” Tanya Sivan kemudian, keduanya tengah berada di dalam mobil. Sivan sedang diantarkan menuju kediaman utama keluarga Tantra dan nantinya Astari diantar oleh supir ke kediamannya.“Iya, saya lihat sejak keluar dari restoran mood bapak bagus banget.”Sivan hanya berdehem, tidak ingin menanggapi pertanyaan Astari.Namun ada benarnya juga, dia tidak menyangka akan semudah itu membujuk Janggala untuk mempertimbangkan JANJI HANGGARA sebagai salah satu kontraktor yang menangani proyek besar ini.Dia sudah mempersiapkan banyak hal, namun Janggala masih berada di memori masa kecil dimana dia mengagumi Sivan. Entah itu baik atau tidak, setidaknya Sivan berpikir hal itu bisa dia manfaatkan dengan baik.Mobil sudah memasuki kediaman Tantra, meskipun berkali-kali dia diusir dari rumah ini namun sejak
Baca selengkapnya
BAB 39
Nancy begitu bersemangat sejak bangun di pagi hari, hatinya riang gembira.Dia segera menuju kamar mandi dan membersihkan dirinya, memilih baju yang cantik untuk dia kenakan hari ini. Dia akan mengunjungi toko furniture, serta meminta orang untuk merapikan kamar untuk cucunya.Ya, Dirra sudah menandatangani perjanjian yang dia berikan.Tidak sabar, dia segera meminta Eveline untuk mengontak orang yang bisa dengan cepat mengatur ulang isi kamar. Hari ini, dia akan membeli furniture baru.“Gala, bagaimana persiapan untuk pembangunan kantor cabang di desa Permadani?” Nancy turun dari tangga, berbicara pada Janggala yang tengah duduk di sofa ruang keluarga.Pria itu menoleh kepada ibunya, mengerenyitkan kening karena merasa ada yang aneh dengan sang ibu. Wajah berseri-seri itu wajib di curigai.Ibunya duduk, wajahnya tersenyum lebar, kerutan yang baru beberapa hari lalu dihilangkan dengan botox membuat kening dan senyumnya tidak luwes karena masih kaku. Wanita tua itu menyilangkan kakinya
Baca selengkapnya
BAB 37
Nancy turun dari dalam mobil, matanya berjalan kesana kemari memperhatikan sekitar. Pemandangan yang tidak berubah sejak beberapa minggu terakhir dia datang kesini. Udara yang sejuk, pepohonan yang rindang dan angin yang berhembus memainkan anak rambut di kepalanya.Dia suka desa ini.Semakin mengunjungi desa ini semakin dia jatuh cinta.“Mau langsung ke atas, nyonya?” Eveline bertanya, berdiri dengan manis di sebelah Nancy. Tatapannya yang tajam itu selalu membuat Nancy bertanya-tanya apakah diluar pekerjaannya dia selalu menatap orang lain dengan seintens itu?Mungkin juga, karena Eveline sampai diusianya yang lebih dari tiga puluh tahun itu belum juga memiliki seorang kekasih.“Saya pernah kesini sebelumnya..” Kalimat itu keluar dari mulut Nancy, membuat Eveline kini menoleh pada wanita tua di sampingnya yang sudah membuatnya mengabdi begitu lama.“Betul, nyonya pernah kesini dahulu sekali dengan tuan besar.” Ujar Eveline mengiyakan, dulu sekali ketika dia masih sangat kecil.“Maka
Baca selengkapnya
BAB 38
Elang segera pergi ke rumah Dirra ketika dia baru saja mendengar kabar terbaru mengenai apa yang terjadi di rumah mereka.Tidak banyak yang tahu, selain keluarganya serta pak RT.Dirra dan keluarganya akan pindah ke rumah di bawah beberapa minggu lagi. Tetapi hanya Kaili yang ada disana, Dirra dan Dalenna akan dibawa pergi.“Dir!” Janggala mengetuk pintu dengan kasar, dia lupa kalau ini sudah lewat tengah malam. Napasnya memburu, dia ingin segera bertemu Dirra.Beruntung, wanita itu masih bangun dan keluar dari rumah. Masih mengenakan baju tidur dengan rambut hitam panjang terurai Dirra menemui Elang. Pria itu duduk di teras rumah, masih sempat mengagumi betapa cantik Dirra yang tengah berada di depannya.“Kamu baru pulang?”“Aku baru pulang dari kota dan dengar orangtuaku cerita kamu mau pergi dengan keluarga Tantra, ada apa?” Elang bertanya dengan tidak sabar, dia ingin mendengar secara langsung penjelasan dari mulut Dirra sendiri.Dirra tidak langsung menjawab, wanita itu menyelipk
Baca selengkapnya
BAB 40
Lavani mengacak rambutnya sembari berjalan masuk ke dalam kantornya sendiri, dia melempar tasnya dengan kasar dan menjatuhkan dirinya ke atas kursi kantor yang empuk.Kepalanya penuh dengan ucapan ibu mertuanya pagi ini.Wanita tua gila itu menginginkan mantan kekasih suaminya masuk ke rumah tangga mereka, lebih gilanya lagi dia menginginkan Lavani merelakan Janggala menduakannya.Dia menggebrak mejanya, kesal.Meskipun pernikahannya dengan Janggala tidak dilandasi rasa cinta, tetap saja hal itu mengganggunya.“Hei,” Sebuah suara mengejutkannya, dari balik pintu kantor Sivan sudah berdiri dengan raut wajah kebingungan karena melihat Lavani dengan mood yang berantakan. “Kamu kenapa?” Dia berjalan mendekat ke arah meja kerja Lavani yang kini sudah mengganti posisi duduknya lebih tegak.Keduanya belum berbaikan sejak terakhir kali cekcok dan Lavani sempat menghindari Sivan beberapa hari.“Kamu pasti sudah dengar.” Lavani berkata pada Sivan yang berdiri di depannya, pria itu memakai setel
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status