All Chapters of Diselingkuhi Suami Diratukan Preman Milyuner: Chapter 21 - Chapter 30
30 Chapters
Serangan Media Sosial
"Silvi, apa-apaan kamu!" Bastian melepas paksa tangan si wanita yang melingkari lengannya. Tatapan kami kemudian beradu, dia seakan tahu ada tanya yang menggelayuti benakku. "Nif, kamu sudah punya SIM?"Melihat Hanif mengangguk, Bastian merogoh saku celana lalu menyerahkan kunci mobil ke pemuda tersebut."Kamu antar Mbakmu dan Riana pulang. Ada yang harus Mas selesaikan."Hanif menerima ragu-ragu kunci mobil Bastian. Dia melirik ke arahku sekilas lalu mengangguk. "Tapi, Mas mau ke mana?"Pertanyaan Hanif mewakili rasa ingin tahuku. Aku ingin bertanya apa yang sebenarnya terjadi. Kalau wanita bernama Silvi itu mengaku istri Bastian berarti aku adalah orang ketiga di pernikahan mereka? Ah, semesta seakan tak pernah puas mengejek kemalanganku. Rumah tanggaku hancur karena kehadiran Laila, justru kini aku berada di posisi wanita tersebut."Najwa ....""Ayo pulang." Aku menyela ucapan Riana. Gadis itu menatapku dengan sorot prihatin. Aku mendahului berjalan menjauh dari Bastian tanpa sepat
Read more
Percaya Padaku
"Katakan, ada apa sebenarnya?" Aku kembali bertanya sembari menatap Riana dan Bastian bergantian. Aku gigih menuntut jawaban dari mereka, tetapi sepertinya tak ada yang berniat membuka suara. Gusar dengan sikap keduanya aku merampas ponsel yang dipegang Riana sejak tadi. Gadis itu selalu bicara tentang sosial media. Aku penasaran sosial media siapa yang dimaksud olehnya."Naj, sebaiknya kamu jangan lihat." Riana berusaha mempertahankan ponselnya, tetapi aku lebih keras. Aku tahu salah membuka ponsel milik orang lain tanpa izin. Namun, hanya ini satunya cara agar aku tahu apa yang keduanya bicarakan tadi.Beruntung ponsel Riana tidak disandi. Begitu menyentuh layar benda tadi terpampang postingan yang mendapatkan reaksi luar biasa dari penduduk dunia maya. Like dan komentar menembus ribuan. Tulisan macam apa yang membuat animo netizen sedemikian besar? Aku lebih tertarik membaca komentar terlebih dahulu. Mataku melotot membaca tajamnya ketikan para netizen. Banyak dari mereka menghuj
Read more
Kena Batunya
"Kamu tidak apa-apa?" Riana menyentuh bahuku mengembalikan kesadaranku kalau gadis itu masih duduk di sebelah.Aku mengangguk. "Maaf, kemarin aku tak peduli padamu dan Hanif. Maaf merepotkanmu," ucapku lirih. Setelah pulang dari hotel aku sibuk menata hati yang patah dengan mengurung diri di kamar.Riana tersenyum. "Tidak apa-apa, kayak sama siapa aja. Aku tahu kamu sedang tidak baik-baik saja, karena itu aku ijin sama Ibu nemanin kamu di sini barangkali kamu butuh sesuatu."Aku terharu, Tuhan membiarkan orang-orang jahat menghancurkan hatiku, tetapi mengirim teman-teman yang baik, selalu ada saat aku membutuhkan. "Makasih, kamu teman yang sangat baik.""Iya, dong." Tawa Riana menular padaku. Keceriaan gadis itu perlahan mampu menghalau kabut yang bergelayut di kepalaku. "Tapi aku ijinnya cuma semalam, kamu tidak apa-apa aku tinggal, kan?""Iya, aku baik-baik aja. Ini aja aku sudah makasih banget. Salam untuk Ibu, ya."Riana mengangguk. Dia berjalan ke kamar tamu yang terletak di sebe
Read more
Aku Wanita Picik?
"Kamu ... kamu memu-kulku demi membela wanita ini?" Aku menunjuk Najwa dengan semua kebencian yang ada padaku. Teganya Rafa mempermalukanku. Lihat saja, sekarang wanita itu tersenyum penuh kemenangan. Pasti dia besar kepala karena dibela suamiku."Berhenti membuat masalah, ayo pulang!" Alih-alih meminta maaf, Rafa malah menarik tanganku dengan keras untuk meninggalkan rumah Najwa. Tak ada lagi sikap lemah-lembut yang dulu dia perlihatkan di awal-awal menikah. Setelah bercerai dengan Najwa dia seakan membenciku. Bahkan, tak mau menggendong anak kami. Aku yakin wanita bu-suk itu sudah mengguna-guna suamiku. Bisa jadi, kan, dia tidak rela Rafa lebih memilihku? Lagipula untuk apa memelihara wanita mandul, sama saja menyiram tanaman yang tumbuh di gurun pasir. Aku semakin yakin ketika beberapa minggu yang lalu curhat di salah satu grup facebook. Banyak yang berkomentar besar kemungkinan Rafa memang dipelet. Bahkan, ada yang memberi alamat dukun yang bisa mematahkan pelet itu. Aku sudah m
Read more
Jangan Main-Main Denganku
Aku pergi setelah berhasil menenangkan Najwa. Aku tidak mengira setelah bertahun-tahun Silvi muncul di hadapanku dan menghadirkan ragu di hati wanita yang baru saja aku nikahi. Bertahun yang lalu aku menjatuhkan talak padanya setelah memergokinya berselingkuh dengan sahabat baiku. Aku memang tak pernah mengurus perceraikan kami ke pengadilan agama, karena aku tak pernah berpikir untuk menikah lagi. Aku tidak mengira ketidakpedulianku itu menjadi bumerang untuk hubunganku dengan Najwa.Entah bagaimana dan dari mana Silvi mengetahui sosial media Najwa. Aku bahkan baru tahu kalau wanita itu aktif di Facebook. Rianalah yang pertama kali melabrakku dan mengatakan kalau aku sumber masalah yang membuat Najwa dihujat ribuan orang di sosial media. Jangankan Riana, aku saja sebagai laki-laki geleng-geleng kepala membaca ketikan para netizen yang kebanyakan perempuan. Sepertinya pelakor selalu menjadi isu sensitif bagi kaum hawa tersebut."Sory, lama nunggu, ya."Aku mengangkat pandangan dari po
Read more
Benih-Benih Rasa
"Najwa, aku boleh panggil kamu, sayang?"Astaga, apa tadi? Kenapa tiba-tiba Bastian bertanya seperti itu? Aku menekan dada yang berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. Membayangkan raut lelaki itu saat bertanya memanaskan pipiku.'Mbak, airnya udah mendidih." Suara Hanif menarik kembali kesadaranku. Air yang aku masak sudah meletup-letup. Najwa, Najwa, bisa-bisanya melamun saat memasak."Mbak, Mas Bastian nanya kopinya udah mateng belum?""Iya, ini Mbak lagi bikin." Aku menuang air mendidih tadi ke dalam gelas yang sudah berisi campuran kopi dan gula. Aku tak tahu rasa kopi seperti apa yang disuka Bastian, saat bertanya dia menjawab apa pun yang aku buat pasti enak. Apa yang merasuki lelaki itu? Aku melihat sisi Bastian yang pintar membuatku kebat-kebit. Sepertinya aku harus menalikan hati kuat-kuat agar tak terlalu cepat jatuh ke dalam pesonanya. "Kamu antar ke Mas Bastian, ya." Aku meletakkan kopi di atas piring kecil lalu meminta Hanif membawa ke ruang tengah di mana Bastia
Read more
Lelaki Manis
Saat bangun aku tidak mendapati Bastian di sampingku. Aku tersenyum melihat selimut yang dia gunakan tadi malam terlipat rapi di atas bantal. Semalam mataku tak mau terpejam, hampir tujuh bulan tidur sendiri sekarang aku harus bersama seseorang yang sama sekali tidak kukenal siapa dia. Yang aku tahu dia mempunyai beberapa usaha rumah makan, percetakan, dan peternakan sapi. Yang aku dengar dari teman-teman, Bastian seorang pekerja keras, usaha rumah makan yang dirintis berawal dari menjual nasi bungkus berkeliling. Keuntungan yang didapat ditabung sedikit demi sedikit hingga mampu menyewa sebuah lapak. Setelah itu rezekinya meroket hingga sekarang.Selesai membersihkan diri lalu salat, aku keluar kamar bermaksud menyiapkan sarapan sembari mencari keberadaan lelaki itu. Mataku memicing melihat sosok Bastian sedang memasak di dapur.Seperti menyadari keberadaanku, Bastian menoleh. "Pagi, sayang, nyenyak tidurnya semalam?" Aku berdeham, ada yang menggelitik dada mendengar Bastian memangg
Read more
Tinggalkan Masa Lalu
Wanita bernama Nina tadi membuat suasana hatiku memburuk. Ekspresinya yang manja dan cara bicara yang dibuat-buat membuatku tak nyaman. Namun, aku juga tak mau berprasangka buruk pada wanita tersebut. Entah apa hubungannya dengan Bastian, yang pasti aku harus mencari tahu. Bukan ingin mengorek hidup lelaki itu, tetapi bila ingin melanjutkan rumah tangga yang baru hitungan hari setidaknya kami harus terbuka satu sama lain."Kamu lapar?" Suara Bastian lembut memecahkan gelumbung-gelembung lamunanku. Dia tersenyum dan menatap penuh perhatian.Aku menggeleng. "Langsung pulang aja, aku mau istirahat." Aku berjalan mendahului Bastian. Kesal telanjur bercokol di dada, menurut hematku Bastian tak seharusnya membiarkan wanita lain bersikap manja seperti tadi apalagi di depan istrinya. Itu sama saja dia tidak menghargai keberadaanku. "Hai, jalan cepat banget." Dari deru napasnya aku tahu Bastian tergopoh-gopoh mengejar langkahku. "Kamu kenapa, kok, tiba-tiba jutek gini?"Aku diam, rasa kesalk
Read more
Mungkinkah Terulang
"Aku sudah bercerai dengan Laila. Besok pembacaan ikrar talakku. Doakan semua lancar."Tak ada empati ketika membaca pesan yang dikirimkan Rafa, juga tak terbersit niat di hati mengejek laki-laki itu. Bisa saja aku mengatakan, "Apa cuma segitu wanita yang kau bangga-banggakan? Wanita yang membuatmu berubah dan mengorbankan pernikahan kita? Wanita yang membuat Ibumu tega menghasut agar menceraikanku."Namun, aku tidak akan mengujarkan kalimat tajam itu. Aku dan Rafa sudah selesai, apa pun yang terjadi padanya bukan urusanku lagi. Dulu dia sudah memilih dan sangat yakin akan bahagia dengan Laila, hanya karena aku tak bisa memberikan anak. Dia mengatakan poligami adalah jalan mendapatkan surga untukku. Aku tidak mengerti kenapa setiap laki-laki yang ingin mendua selalu mendoktrin istrinya agar ikhlas dengan iming-iming surga? Padahal surga bisa didapat dengan banyak cara tidak harus menghadirkan orang ketiga. Mungkin banyak wanita-wanita hebat merelakan suami mereka berbagi hati, pikir
Read more
Dusta Menghancurkan Hati
Sarapan yang disiapkan Bastian pagi ini tidak lagi menggugah seleraku. Padahal biasanya aku selalu antusias melahap apa saja yang dia masak. Selama dua bulan terakhir aku merasa diratukan oleh lelaki itu, tanpa kutahu dia juga meratukan wanita lain dengan uangnya. Aku yakin hubungam Bastian dengan Nina bukan sekadar teman, tetapi lebih dari itu. Logika saja, mana ada lelaki rutin mengirim uang dalam jumlah banyak setiap bulan kepada wanita yang tidak memiliki hubungan darah dengannya? Ini bukan perkara iri, dengki, atau semacamnya. Namun, aku seolah-olah merasa Bastian bertanggung jawab pada hidup Nina. Bayangkan saja, di luar kiriman yang sudah terjadwal setiap bulan, aku juga melihat transferan lain. Sangat janggal bukan kalau status mereka teman biasa?"Kenapa, makanannya tidak enak?" Pertanyaan Bastian menarik kesadaranku yang sempat melanglang buana kembali ke sisi. Mungkin dia heran melihatku hanya mengaduk-aduk nasi goreng seafood di depanku.Aku mengangkat pandangan dan menem
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status