Share

Ch. 1: Good Mourning, Kat

Kata dokter, aku tertidur selama hampir 2 bulan. Katanya trauma psikologisku mungkin sangat besar sampai aku sempat shut down begitu saja. Aku tetap terbangun pada pagi hari dengan teratur tetapi tidak responsif terhadap apapun, lalu malamnya aku akan tidur seperti biasa. Tetapi karena kondisi vitalku baik dan perlahan-lahan aku menunjukkan respons sosial, maka mereka membiarkan aku pulih dengan sendirinya.

Kudengar respons traumatisku itu sah-sah saja mengingat kota kami sedang berantakan. Para Pemburu dan Secondary sedang membuat kerusuhan sebagai upaya pemberontakan. Mereka membenci status quo yang terpaksa menjinakan dorongan berburu mereka. Para Penyihir mulai lepas dari Coven dan memilih sendiri-sendiri atau bergabung pada kultus-kultus sesat yang sedang menjamur.

Di negeri kami terdapat empat kaum. Kaum Penyihir, Pemburu, Secondary, dan Murni. Tempat kami bernama Voltaire, didirikan oleh Lord Gunther berabad-abad lalu. Lord Gunther bersama Dewan Ksatria yang ia bentuk, berinisiatif membawa mereka yang satu visi untuk melarikan diri dari bagian bumi lama. Bumi lama saat itu sedang bermandikan darah akibat perburuan masal yang keji dan sembrono.

Dewan Ksatria terdiri dari Sir Phillipe, seorang Murni yang menjadi penasehat negara, Lady Westwood, seorang Secondary yang menjabat sebagai diplomat, dan Baron Diechmier seorang Pemburu yang menjadi panglima perang. Bersama, mereka berempat berperan memimpin, mengelola, merawat, dan menjaga negeri kecil kami.

Lord Gunther adalah raja pertama kami yang memiliki sihir api. Konon katanya, pada masa sebelum itu sebenarnya tidak ada kaum Pemburu, Penyihir, maupun Secondary. Tetapi manusia sedang dalam abad kegelapan. Kehidupan masa itu sangat pelik, pemerintahnya opresif, pendidikan dan kesehatan sangat buruk sehingga banyak orang hidup susah dan jatuh miskin. Akhirnya masyarakat mulai jenuh dan melampiaskannya pada kerusuhan. Semua itu bermuara pada adu domba, maraknya kekerasan, dan mencari kambing hitam untuk segala masalah.

Masyarakat Voltaire mempercayai sebuah legenda bahwa leluhur kami di bumi lama akhirnya mengambil Pakta Iblis dengan setan. Para setan di neraka sangat senang dengan kerusuhan di bumi dan menganggap itu kesempatan untuk menghancurkan umat manusia. Para setan sepakat berlomba-lomba mengikat jiwa manusia ke neraka. Benar saja, banyak manusia memohon kekuatan dan perlindungan tanpa usaha pada setan, baik berupa sihir maupun bukan sihir.  

Kekuatan seperti itu menjadi lazim untuk diperoleh, terkecuali cikal bakal kaum Murni yang konsisten dengan kodrat asli karena alasan religius atau rasa waswas terhadap takhayul dan konsekuensi yang berhubungan dengan Pakta Iblis. Sudah rahasia umum dari kepercayaan kami bahwa leluhur asli yang mengambil Pakta Iblis memiliki tempat di neraka sampai ke Purgatory. Konon katanya para leluhur kesemuanya meninggal karena sakit keras yang lama, there were no swift, peaceful deaths.

Awal mulanya manusia meminta kekuatan dan ketangguhan. Seperti agar lebih tahan terhadap penyakit dan cedera bahkan saat tertabrak kendaraan atau jatuh dari gedung tinggi, untuk imun terhadap rasa lapar dan letih lebih lama. Lambat laun ada juga yang meminta kekuatan magis, seperti bisa menumbuhkan tanaman dimana saja, menggunakan air sebagai obat, tangan yang terampil untuk membuat perkakas, atau kekuatan untuk bisa mengetahui maksud hati seseorang dengan menyentuh barang milik orang tersebut.

Saat cikal bakal Pemburu mengetahui ada manusia yang meminta karunia terlarang yang tidak alamiah seperti sihir, mereka tidak terima dan akhirnya memutuskan untuk memakai kelebihan mereka untuk memburu orang-orang yang menjadi cikal bakal Penyihir. Pemburu lebih sering unggul dalam perang sepihak ini, karena seorang Penyihir biasanya hanya dikaruniai satu jenis sihir dan tidak semuanya efektif untuk melindungi diri dari perburuan. Ratusan Penyihir dan orang-orang Murni yang tertuduh Penyihir menjadi korban di perburuan pertama. Ada yang digantung, dibakar atau ditenggelamkan hidup-hidup.

Pada sejarah kelam bumi lama, Pemburu adalah pembunuh yang tidak pandang bulu. Penyihir pun banyak yang melepaskan kekuatannya kepada orang-orang tak bersalah. Kekuatan menumbuhkan tanaman menjadi kekuatan untuk menjerat dan mengikat orang, kekuatan astral membuat mereka menuai mimpi buruk yang membuat pemimpinya menjadi gila. Manusia marak berbuat keji entah karena jahat, marah pada keadaan, atau untuk melindungi diri.

Para Pemburu beranggapan bahwa sihir melawan hukum alam. Sebaliknya, para Penyihir percaya Pemburu tidak berhak menyerang mereka karena karunia Pemburu pun adalah buah dari Pakta Iblis. Manusia Murni lebih memilih bersembunyi karena tidak percaya bahwa Pakta Iblis dan tumpah darah sebagai solusi dari masalah. Saat perang meletus, para leluhur Pemburu dan Penyihir saling menyerang dengan kekuatan yang mereka peroleh dari kuasa iblis dengan kaum Murni sebagai ocassional collateral damage. Perang ini terjadi selama hampir dua abad.

Lord Gunther merupakan salah satu pemimpin kaum Murni dari kota kecil yang jauh dari pusat konflik. Saat mendengar kawanan Pemburu berencana datang menginvestigasi daerahnya, Lord Gunther dihinggapi rasa marah dan cemas atas keselamatan kotanya. Tanpa tahu harus berbuat apa, ia pergi menyepi ke sebuah danau. Disana ia dihampiri oleh Dewa Naga Wylaf, sesosok dewa berbentuk naga yang menjaga hutan, air, dan angkasa. Dewa Naga Wylaf yang bijak tersentuh dengan hati bersih dan tekad baik Lord Gunther.

Dewa Naga Wylaf memberi wangsit kepadanya agar berani memimpin orang-orang yang telah ia kumpulkan dan untuk menerima orang-orang dari kaum lain. Those who are not corrupted, will stay with you. You will have the best three of them all and they shall accompany you by your side as your most trusted companion. - Begitulah titah sang Dewa Naga.

Dewa Naga Wylaf memberikan setetes darahnya yang seketika menjadi batu semerah rubi. Dengan batu itu, Lord Gunther dianugerahi kekuatan selayaknya seorang Penyihir dengan kekuatan sihir api dan secuil kebijaksanaan Dewa Naga Wylaf. Dewa Naga Wylaf memberikan petunjuk dan kekuatan bagi Lord Gunther untuk membuka jalan ke bumi baru bersama cikal bakal masyarakatnya untuk membangun hidup damai.

Ketika mereka membangun Voltaire, sebuah pakta sihir dibuat oleh Lord Gunther sehingga penanda kaum akan selamanya nampak di atas nadi mereka seperti gurat hangus. Selain diwariskan, tanda tersebut tidak bisa disembunyikan atau dihilangan. Kami, anak cucu leluhur kami dari bumi lama akan selamanya teringat dosa awal yang membuat kami terpecah dan berbeda. Dahulu, Pemburu akan memburu siapapun yang mereka duga sebagai Penyihir dan Penyihir dapat membalas dendam tanpa tujuan.

Tanda ini menjadi pengingat bahwa dahulu leluhur kami adalah orang yang dapat menghakimi tanpa bukti. Melaluinya, Lord Gunther mengukir cita-citanya agar tak ada lagi kasta dan diskriminasi, kekakuan terhadap asal usul kaum, dan hukum rimba. Perburuan dilarang dan sihir tidak diperkenankan untuk dipakai di muka umum untuk meminimalisir disorder - kekacauan. Sihir yang bisa dimanfaatkan orang lain disediakan sebagai jasa di klinik sihir.

Kaum Murni sebagai mayoritas tidak pernah ada masalah dengan aturan. Mereka adalah kaum diplomatis, karena meskipun mereka dominan - mereka tidak punya kekuatan spesifik. Tidak punya sihir juga tidak punya ketangguhan dan kelincahan fisik jauh di atas rata-rata. Namun karena ketekunan mereka untuk beradaptasi, kaum Murni biasanya memiliki kemampuan belajar di atas rata-rata dan kebanyakan terafiliasi dengan sebuah agama atau keyakinan. 

Lain dengan kaum Secondary yang disebut demikian karena mereka diibaratkan warna baru yang lahir dari perpaduan dua warna primer. Seorang anak dari kawin campur, hampir pasti akan menjadi Secondary. Mereka bisa membaca sihir seorang Penyihir, tetapi tidak mendapatkan warisan sihir sekalipun salah satu dari orangtua mereka adalah Penyihir. Seorang Secondary akan lebih lincah dan tangguh dari kaum Murni tetapi tidak sekuat Pemburu. Meski demikian, mereka memiliki kemampuan berempati dan bersosialisasi yang paling baik, sehingga mereka sering berperan sebagai diplomat dan negosiator. 

Masyarakat Voltaire hidup berdampingan dengan menaati aturan-aturan baru. Namun manusia memang selalu saja menemukan kejenuhan. Belakangan muncul kultus-kultus baru, terutama dari kalangan Pemburu. Para Pemburu mencetuskan perlunya kembali ke kejayaan leluhur mereka dan mewujudkan kodrat mereka sebagai Pemburu. Tapi apalah seorang Pemburu jika ia tidak memburu Penyihir?

Kini, kaum Pemburu sedang aktif mencari cara menikmati adrenalin perburuan tanpa menarik perhatian.

Kakekku yang suka sekali menceritakan legenda tentang Voltaire, Lord Gunther dan Dewan Ksatria, serta dongeng tentang bumi lama selalu merangkum segalanya dengan, "Kesalahan dan kebohongan yang tidak diperbaiki untuk waktu lama akan selalu menjadi duri dalam darah daging. It will rot everything until you have nothing left to cut off."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status