Share

GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL
GARA-GARA LUPA MEMATIKAN VIDEO CALL
Penulis: Puspita852

Satu

"Suara apa sih?" Ambar berdecak ketika samar-samar mendengar suara desahan saat dia masuk ke kamarnya. Alisnya bertaut karena merasa mengenal suara tersebut. Apalagi ketika desahan itu diiringi dengan sebuah lenguhan.

"Kayak suara Mas Rudi, tapi dari mana?" gumam Ambar lagi sambil terus mencari asal suara. Sesekali wanita pemilik alis bak semut berbaris itu bergidik, ketika desahan itu diiringi dengan sebuah erangan. 

Ambar celingukan mencari sumber suara yang membuatnya risih. Wanita bermata bulat itu semakin menajamkan pendengarannya agar segera menemukan asal suara tersebut. 

Matanya tertuju pada benda yang baru saja ditemukannya di bawah bantal. Tangan kurusnya terulur secara perlahan ketika hendak meraih benda pintar miliknya. Tatapannya terkunci setelah melihat apa yang ditampilkan layar ponselnya. Jantung wanita bertubuh ramping itu seakan berhenti berdetak, ketika mata dengan bulu lentiknya memindai setiap adegan layaknya film dewasa.

Bibir tipis itu bergetar menahan getir, mata dengan manik kecoklatannya tiba-tiba memanas dan bersiap untuk menumpahkan cairan bening, penyampai rasa sakit yang dialaminya. Hatinya seakan diremas oleh kenyataan yang sama sekali tak pernah dibayangkan. Di dalam layar ponselnya, suami yang sangat dicintainya tengah berbagi peluh dengan wanita lain.

Jari-jari lentiknya meremas benda pintar tersebut hingga buku-buku tangannya memutih. Sekuat tenaga dia berusaha tegar, tubuh dengan berat enam puluh itu merosot di lantai. Untuk sesaat otaknya masih belum bisa menerima kenyataan yang dilihat netranya. Hatinya berusaha menolak bahwa lelaki yang berada di ponsel itu bukanlah suaminya.

"Bunda ...!" seru Alif setelah membuka pintu. Mendengar putranya memanggil, bergegas mengusap sudut matanya yang basah. Wanita pemilik alis bak semut berbaris itu berkali-kali menghela napas agar bisa bersikap normal.

"Bunda kenapa?" tanya Alif sambil memperhatikan wajah wanita yang telah melahirkannya dengan seksama.

Ambar merasa kikuk diperhatikan anaknya sedemikan rupa. Gegas dia bangkit dan mendekati sang buah hati. Bibirnya mengulas senyuman setelah jongkok di hadapan sang jagoan.

"Em, bunda tadi kelilipan, Kak," sahutnya dengan wajah memelas, bibirnya mengulas senyum tipis untuk menyamarkan luka. Sebuah sandiwara untuk menutupi duka.

Bocah berambut pirang itu mendekatinya, bersikap layaknya seorang pelindung dan penyelamat. "Sini kakak tiup." Setelah berucap, kedua tangan mungilnya menangkup pipi bundanya, kemudian secara perlahan bocah lelaki itu meniup area mata bundanya.

"Sudah," ucapnya, tangan mungil miliknya masih mengusap pipi lembut wanita yang sudah melahirkannya itu. "Gimana, Bunda? Udah enakan?" imbuhnya bertanya.

Ambar mengedipkan matanya beberapa kali untuk melengkapi sandiwaranya di depan putranya. "Alhamdulillah, masyaallah, langsung sembuh, Kak. Terima kasih ya. Sekarang mata bunda sudah baikkan," ucapnya sambil mencium pipi gembul Alif. Setelah itu dia bangkit, berpura-pura sibuk membereskan tempat tidur.

"Sama-sama, Bunda," sahut Alif tak kalah senang. Bocah itu kebingungan, sesekali mengangkat bantal yang masih berantakan.

"Ponsel bunda mana, ya? Tadi aku taruh di sini, kok sekarang ndak ada?"

Ambar tertegun, sekarang jelas kalau yang dilihatnya memang sebuah kenyataan bukan halusinasinya semata. Sekarang tak hanya rasa sakit yang dia rasakan setelah mengetahui dirinya dikhianati. Namun, ada juga marah karena mengganggap suaminya sudah gila. Bagaimana bisa dia melakukan itu sebelum mematikan video call dengan putranya? Bagaimana kalau putranya sampai tahu.

"Ponselnya lagi di-charge, Kak. Alif mau telpon ayah lagi?" tanyanya sambil menata bantal.

"Iya, Bunda. Alif masih kangen sama Ayah," sahut bocah itu dengan polos.

"Nanti kalau baterainya udah penuh ya, Kak." Alif mengangguk mengerti, bocah lelaki itu memang jarang membantah ucapan bundanya, bahkan hampir tidak pernah. Itulah yang membuat Ambar selalu berucap syukur pada Sang Pencipta.

Walaupun Hatinya sedang tidak baik-baik saja, Ambar tak pernah memperlihatkannya pada Alif. Dia tak ingin melihat putranya bersedih, karena baginya Alif adalah harta paling berharga.

"Ya udah, Alif mau gambar aja, ah," sahut bocah yang garis wajahnya mirip dengan lelaki yang tengah memadu kasih tanpa mematikan ponsel setelah melakukan video call. Bocah bermata bulat itu beranjak keluar kamar.

Ambar meraup udara sebanyak-banyaknya, setelah itu menghembuskannya secara perlahan. Tubuh rampingnya tak bertenaga, setelah beberapa saat menahan diri agar terlihat baik-baik saja.

Sudah seminggu setelah kejadian video itu, Bundanya Alif masih diam. Selama itu pula, setiap malam wanita berambut ikal itu tak bisa memejamkan matanya. Pikirannya dipenuhi dengan berbagai rencana dan perasan juga memikirkan tentang apa yang harus dilakukannya.

Semenjak saat itu Ambar tak pernah menelpon suaminya terlebih dulu, walaupun sekedar untuk bertanya kabar. Berbeda dengan sang suami, lelaki itu tetape bersikap biasa saja, hingga tak menyadari perubahan istrinya, yang hanya diam jika tidak ditanya.

"Bunda?" Sekali lagi Rudi memanggil Ambar setelah wanita berbintang Capricorn itu mengabaikan pertanyaannya ketika melakukan video call.

"Hem?" Hanya itu jawaban Ambar tanpa menatap sang suami.

"Bunda ada masalah? Marah sama ayah karena minggu kemarin ndak bisa pulang?" tanya Rudi dari ujung telepon. Tarikan napasnya terdengar jelas di gendang telinga Ambar, warnai itu menggeleng sebagai jawaban. Ridi pun mengakhiri obrolan mereka.

Besok adalah hari yang biasanya selalu dinanti Ambar dan Alif. Biasanya ibu dan anak itu akan sibuk di dapur untuk menyiapkan makanan kesukaan sang pujaan hati. Kali ini Ambar menyiapkan sesuatu yang berbeda, bukan makanan atau hidangan lezat lainnya, wanita itu sudah yakin dan mantap dengan resiko yang akan didapatkannya.

"Aku harap kamu tak mati berdiri setelah menerima kejutan dariku, Mas."

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Bunda Wina
Rudi Rudi gk punya p!k!ran ya istri di rumah tapi qm mlh selingkuh
goodnovel comment avatar
Fransisko Vitalis
masih awal sdh seru
goodnovel comment avatar
Isabella
belum" udah baper
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status