Share

Bab 3. Siapa Dia?

Senyum lebar Kemal seketika lenyap berganti sendu, ketika satu pertanyaan dari Heru mengusik hatinya.

"Tapi tunggu bos, who's that child? dia terlihat mirip dengan Anda."

Kemal langsung menajamkan penglihatannya, memfokuskan pada apa yang Heru ucapkan tadi.

Anak? Mirip? Siapa dia?

Berbagai pertanyaan muncul dibenak Kemal.

***

Seorang anak laki-laki berusia sekitar enam tahun muncul dari dalam rumah berlari ke teras rumah menghampiri Jasmine dan memeluknya erat.

Sayangnya Kemal tak bisa dengan jelas mendengar apa yang mereka bicarakan.

Rasa penasaran semakin besar. Mungkinkah Jasmine sudah menikah dan memiliki anak?

Kemal berkonflik dengan hati dan pikirannya sendiri.

Matanya berkabut, tatapannya sedih. Berharap apa yang ia pikirkan tidak benar.

Ia mencoba terus menyugesti dirinya, bahwa Ia dan Jasmine dipertemukan kembali oleh Tuhan karena mereka memang berjodoh.

“Lebih mendekat, pelan saja. Saya mau melihat lebih jelas” pintanya pada sopir taksi online yang ditumpanginya.

Kemal dan Heru menggunakan Taksi online untuk mengejar Jasmine, karena mereka tahu, Jasmine pasti mudah mengenali mobil mereka.

“Baik Mister” sang sopir memanggilnya mister karena ia mengira Kemal adalah orang bule yang sedang kerja di Indonesia.

Tak salah memang, karena memang Kemal memiliki postur tubuh tinggi besar dan wajah tampan, warna kulit khas bule, orang-orang bilang begitu.

Padahal bahasa Padang-Sunda pun kemal bisa. Karena dalam dirinya mengalir darah campuran Indonesia (Padang-Sunda dari Ibunya) dan Turki dari Ayahnya.

Mobil itu pun bergerak mendekat. Tanpa Jasmine sadari, Kemal menatapnya dalam.

Adegan seorang anak yang dengan ceria memeluk Jasmine terlihat jelas olehnya.

Wanita itu pun menunjukan wajah bahagia, jelas berbeda sekali dengan raut wajah yang tadi ditujukan padanya ketika bertemu. Ketakutan.

Kemal menurunkan sedikit kaca jendela disampingnya, sehingga udara dan suara dari luar dapat masuk ke mobil, dan dapat mendengar lebih jelas suara dari luar.

Mobil pun melintas, sampai pada saat mobil sedikit melewati teras rumah Jasmine, barulah terdengar suara,

“Masuk yuk, sayang!”

“Iya mama..”

Jantung Kemal seolah berhenti. Tiba-tiba terasa sesak, seolah oksigen pada saluran pernafasannya berkurang drastis.

Refleks ia menyuruh sopir berhenti

“Stop!”

Apa tadi katanya? Mama? Anak itu memanggil Jasmine mama? Siapa anak itu?

Sopir sigap menginjak rem.

Kemal otomatis memutar tubuhnya ke belakang, sambil melihat Jasmine dan anak kecil itu.

"Jazz.. siapa dia? Apa kau sudah menikah lagi?"

Pertanyaan itu berputar dalam pikiran Kemal.

Dengan mata berkaca, ia rekam pemandangan haru di depan matanya. Melihat bagaimana Jasmine memeluk anak lelaki yang sangat menggemaskan.

Kulitnya putih kemerahan tipe kulit kaukasoid (ras kulit putih) namun campuran Asia-Eropa, anak itu memiliki postur yang lebih tinggi dibanding dengan anak lelaki sebayanya dan memiliki pipi yang gembil kemerahan.

Ada rasa kagum saat melihat anak itu. Ada rasa tertarik yang tidak ia sadari, pun tak juga ia mengerti.

Ia amati rumah yang ditempati oleh Jasmine dan anak itu. Rumah dengan beberapa tanaman hias dan bunga yang ditaruh pada vas yang bertingkat-tingkat.

Indah.

Ciri khas Jasmine nya.. yang menyukai bunga.

eh?!

Masih boleh kan Kemal merasa Jasmine masih miliknya? Tidak salah kan?

Ya, masih ada rasa memiliki di hatinya.

Baginya Jasmine tetap miliknya.

Kemal membuyarkan lamunannya seraya tersenyum samar.

Kembali ia pandangi Jasmine, ada detak yang menggebu dalam dada, ada sesak yang dirasa, ada rindu yang membuncah, namun tak bisa ia gapai.

"Jalan!" Perintahnya pada sopir.

Sedikit lega bahwa ia kini telah mengetahui di mana Jasmine berada.

Walau masih menyisakan pertanyaan besar dalam pikirannya. Akankah mereka dipersatukan lagi?

Mengingat anak yang menyambut Jasmine tadi. Kemal sangsi kalau Jasmine sekarang masih seorang diri.

Tapi rasa yang telah lama ia simpan, keluar begitu saja saat melihat Jasmine, yaitu rasa cinta yang begitu besar pada wanitanya,

Namun Kemal sadar, ia memiliki kelemahan serta kesalahan terbesar yang disesalinya seumur hidupnya. Mungkin..

***

"Ma..mama kenapa kok sedih? Mama lagi capek ya?" tanya Zico pada Jasmine.

Anak itu melihat ibunya termenung di dekat jendela dan sesekali menyeka sudut matanya.

"Eh? Mama tidak apa-apa sayang. Iya mama sedikit capek tapi... lihat Zico sudah ganteng begini , dan hmm... wangi lagi! Capek mama hilang deh." Jawab Jasmine dengan mata berbinar sambil mengecupi pipi anaknya untuk menghilangkan kesedihannya.

Namun sia-sia. bukannya hilang, rasa sedih itu kian menghantam. air matanya justru jatuh tanpa bisa ia cegah.

Jasmine mengingat Kemal. Mereka berdua terlihat mirip sekali.

"Ma, Zico mau jajan kebab ya. Tadi Zi lihat teman-teman makan itu enaaaak banget ma. Boleh ya ma, Zi jajan itu. Yang namanya... Apa ya tadi namanya? Kebab.. Kebab apa ya tadi mbak Murni?" teriak Zico bertanya pada Mbak Murni, pengasuhnya yang sedang berada di dapur untuk membuat wedang jahe untuk majikannya.

"Kebab Arab, mas! iya benar kebab Arab." wanita muda itu mencoba mengingat kembali nama yang ada pada kedai kebab yang dimaksud.

"Kebab Arab Maklum! iya benar." ucapnya dengan yakin.

"Itu tuh bu, yang punyanya artis Dafi Ahad, lagi hits itu makanannya bu." adunya ada Jasmine.

"Siapa itu Dafi Ahad? Saya belum pernah dengar?!" sela Jasmine pada asistennya.

"Itu loh mah, artis yang ada di tiktok. Mbak Murni tuh sering ngikut joged-joged" Adu Zico pada mamanya, yang membuat Mbak Murni menepuk dahi dan meringis.

Merasa malu karena ketahuan sering bergoyang di aplikasi baru itu..

Ditengah canda tawanya, Jasmine menyimpan kekhawatiran. Ia takut bertemu lagi dengan Kemal.

Pasalnya ia belum siap jika Kemal mengetahui keberadaannya dan Zico. Kemal bahkan tidak tahu bahwa ia memilik anak darinya.

Alasan apa yang akan dikatakan jika Kemal sampai melihat bocah ini. Kemal pasti langsung tahu siapa Zico, karena mereka terlihat mirip.

"Ah Bismillah saja! semoga tak bertemu dengannya." Kembali, Jasmine meyakinkan dirinya.

***

"Itu dia mah!" Zico menunjuk sebuah kedai Kebab Arab Maklum yang dimaksud.

Jasmine tersenyum melihat anaknya begitu antusias.

Namun ada rasa miris, bahkan selera makan anaknya pun sama dengan ayahnya.

Zico senang sekali jenis-jenis makanan khas Turkiye dan Itali.

"Semoga mama rezekinya banyak ya nak, selera makan mu luar biasa." ucap Jasmine dalam hati.

Bukan apa, karena jenis makanan kesukaan anaknya membutuhkan modal yang tak sedikit, ditengah keadaannya yang baru saja menjadi pengangguran.

Sedangkan di seberang ruko itu, ada seorang laki-laki mengenakan jaket kulit dan kaca mata hitam, dengan topi bertuliskan NY, terlihat memainkan ponselnya.

Rupanya pria itu tengah mengamati Jasmine dan Zico dari jauh. Siapa dia?

***

Bersambung..

Dukung cerita ini, dan masukkan ke library ya gaes.. terima kasih

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status