My Light

My Light

By:  Nurul Haruna  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
2 ratings
32Chapters
5.2Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

[SEDANG DIROMBAK] Cruel Boy Series 2 Cahaya kah? Selama ini kehidupanku begitu gelap, dan penuh lumuran darah. Dulu itu, kehadiranku tak diharapkan. Meskipun, masalah sudah usai. Entah kenapa, masih amat asing dengan hal baru yang kurasakan. Satu hal yang sangat sulit dipahami olehku. Saat dia terus mengusik, hingga berhasil membuatku merasakan kenyamanan yang baru. Berbeda dari yang biasa kurasakan setiap kali bersama kembaran. Katanya, ini perasaan wajar. Aku hanya perlu memahami sebaik mungkin meski cukup lambat. Jawabanku yang tidak terduga, yang tanpa sengaja terlontar untuk membalas pertanyaannya. Berhasil, membuatnya untuk terus ada di dekatku. Benar, perlahan tetapi pasti. Aku mulai paham, dan menganggapnya sebagai cahaya hidup, yang selama ini tidak aku miliki. "Kau datang sebagai cahaya, dan menghapuskan semua kegelapan ... yang ada di dalam diriku."

View More
My Light Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
SADBOY
cerita yang menarik
2021-10-04 08:02:29
1
user avatar
WarmIceBoy
semangat kk update-nya
2021-08-22 23:10:57
1
32 Chapters
Prolog
"Kau siapa?" tanya sang wanita."Hm?" Sang pria mengernyit heran, kembali mendudukkan dirinya di tepi ranjang. "Tidak ingat kah?" Dengan nada pelan, mulai membalas.Sang wanita menggeleng cepat, kemudian terdiam lagi dan juga—mencoba mengingat kembali. Namun, tersentak saat tubuhnya tertarik agak kencang hingga terduduk di pangkuan sang pria. Sang pria mengabaikan raut wajah sang wanita, karena sengaja menariknya. Di sisi lain, hanya ingin dekat dengannya sebentar. Karena, esoknya tidak bisa lagi."Ka-kau apaan sih?" Sang wanita mencoba melepaskan diri."Tadi, kau tanya siapa aku, 'kan?" tanyanya pelan dan terkesan berbisik.Satu tangannya semakin mempererat pelukan, terhadap sang wanita. Sedangkan sebelahnya lagi mulai terulur untuk mengelus lembut wajah, hingga terhenti di bibir mungilnya. "Namaku? Ehm, nanti kau juga akan tau. Tapi, kalau soal diriku siapa atau apalah ... nggak akan kujelaskan, bisa-bisa membuatmu bingung dan takut."Sang wanita mendadak bungkam untuk bertanya lag
Read more
Bab 01
"Kau ke sini lagi eh?" Raskal bersama beberapa anak buahnya, ternyata ada di hutan juga."Masalah?" Rafan melirik datar. "Kau ngapain?""Hm, ingin saja ke hutan. Tidak menyangka, bisa melihatmu asik liar lagi." Raskal, sejak awal penasaran dengan Rafan.Rafan mengabaikan Raskal dan anak buahnya mendadak muncul, yap seperti yang dikatakan sebelumnya. Kembali menjadi liar bukan berarti akan kembali melakukan hal buruk dan gila di mata orang awam. Sejak kemarin sore hingga pagi tiba, terkadang bisa 24 jam. Kalau dulu benar-benar betah, karena dasarnya terasingkan—ah bukan! Lebih tepat, mengasingkan diri.Rafan liar sekaligus melakukan hal ekstrem—tak ayal melatih kemampuan dan ketahanan tubuhnya. Kini terhenti dan duduk bersandar di dahan pohon. Mulai menghirup udara segar di pagi hari, sesekali melirik Raskal yang sedari tadi mengamati, ikut duduk di dahan pohon lain. Anak buahnya? Entah pergi ke mana.Raskal mencoba akrab dengan Rafan. "Kau lulus 'kan? Kau mau melakukan apa?"Rafan pali
Read more
Bab 02
Asya kembali menggerayangi biseps di tubuh Rafan, sesekali terpaku pada bekas luka kini terkesan menjadi tato alami di setiap jengkal tubuh Rafan. Kemudian membenamkan wajahnya, sesekali mengecup dan menggigit gemas.Rafan tadinya kembali mengabaikan, kini terusik. Lebih tepat, ikut merespon apa yang Asya lakukan terhadapnya. Untuk membalasnya, Rafan memilih mengincar leher jenjang Asya.Asya suka, itu sebabnya selalu memancing Rafan. Kini menggeliat dan semakin memberi ruang untuk Rafan.“Sengaja kah?” bisik Rafan, dianggap tidak pernah peka karena selalu mengabaikan bukan berarti tidak paham.“Ehm ya.” Asya mendorong Rafan dan menindihnya. Mendadak ingin mendominasi—eh?Rafan sendiri membiarkan Asya melakukan apa yang disukainya."Jalan-jalan yuk?" ajak Asya, seperti sudah puas setelah asik menggerayangi tubuh kekar dan berotot Rafan.Rafan mengangguk, langsung bangun dan mengambil kaus tanpa lengan dan jaket hitam.Asya membawa peralatan makan tadi, dan pergi ke dapur sebentar. Diik
Read more
Bab 03
Asya membiarkan, menunggu hingga Rafan tertidur. Setelahnya, perlahan melepas pelukan Rafan. Melihat Rafan masih pakai jaket, langsung melepasnya perlahan agar Rafan tidak terbangun. Lalu melipat dan menyimpannya di atas meja. Setelahnya, menutup balkon kamarnya dan keluar, membiarkan Rafan tertidur.Saat Asya ke dapur karena haus, mendadak terusik saat Aksa menatap aneh."Apa?""Kakak ngomong sama siapa?" Aksa heran, saat melewati kamar Asya, seperti sedang berbicara dengan seseorang."Oh, sama Rafan." Asya meneguk air di gelas hingga habis."Rafan? Kapan datang kok nggak liat?" Arina heran."Baru tadi, Rafan datang lewat balkon kamar." Asya berkata jujur, karena terkejut melihat Rafan muncul tadi."Oh pantesan," celetuk Aksa."Sekarang mana Rafan?" tanya Azdi, kebetulan mendengar pembicaraan anak dan isterinya."Tidur di kamarku." Asya mencuci gelas yang tadi dipakainya."Hm, gitu." Azdi hanya mengangguk paham.****"Kakakmu mana?" tanya Risa, heran hanya Refan saja yang pulang bersa
Read more
Bab 04
Tengah malam, Rafan masih terjaga. Seperti biasa insomnianya kambuh, "Hm, rasa takut ya?" Berpikir sejenak, sekaligus berusaha menebak sesuatu. "Sepertinya akan sedikit berbeda, tapi ...."Rafan tidak melanjutkan ucapannya, lalu melirik ke arah jam dinding yang ada di kamarnya. Ternyata sudah pukul tiga pagi."Cepat sekali ya?" Beranjak dari duduknya, melompat begitu saja dan melangkah santai menuju halaman belakang rumahnya. "Hm, hm, hm," gumam Rafan mulai berjalan santai—sesekali berlari-lari kecil. Terus melakukannya, hingga para pelayan mulai beraktivitas."Sejak kapan di luar?" Rivo kebetulan sedang ada waktu luang, bisa bersantai di rumah."Malam," balas Rafan singkat, masih betah duduk di teras rumah."Insomnia lagi kah? Nggak bisa kau hilangkan?" Rivo tidak suka, anak sulungnya terus-menerus insomnia."Nggak tau, sudah mencoba untuk tidur tetap saja susah." Setelahnya, Rafan masuk.Rivo hanya menghela napas gusar, karena anak sulungnya selalu sulit tidur. Kemudian, masuk dan pe
Read more
Bab 05
“Bengong mulu entar kesambet loh!” Vio muncul sembari menyenggol pelan tangan Asya.“A-aku nggak bengong! Cuma ....” Asya bingung mau menjelaskan, karena masih terganggu kehadiran Bagas yang mendadak."Cuma apa?" Vio kepo, karena tak biasanya Asya menyembunyikan sesuatu hal. "Kudengar Rafan ketempelan ya?"Asya mendengkus. "Iya, dan yang nempelin itu setan wanita."Vio terkekeh. "Emang sih, kesel liatnya. Bahkan, dulu saat kau deketin Refan, aku ngerasain."Asya berdecak. "Ayolah itu cuma kagum doang! Ada bedanya, karena saat itu aku nggak tau kau udah jalin hubungan sama Refan!""Iya aku tau." Vio bukan ingin mengungkit, hanya meledek. Lagi pun, sekarang sudah beda. Juga, untuk apa kembali mempermasalahkan?Selagi Asya bersama Rafan."Aku nggak bermaksud menyembunyikan sesuatu …."Vio mengernyit. "Lalu?"Asya belum mau melanjutkan, karena masih bimbang. Terusik sejenak dengan kemunculan Refan."Kenapa nih?" Refan heran, merasa situasi rada aneh."Oke aku cerita, tapi kalian jangan ter
Read more
Bab 06
Meskipun sudah mencoba untuk tidur, tetap saja kembali terbangun. Namun, terusik dengan kemunculan Asya. Tetapi, sorot matanya itu antara kesal dan khawatir terhadapnya."Apa?"Asya berdecak. "Apanya yang apa sih!" Mendadak dihubungi oleh Refan dan mengatakan kalau Rafan kacau lagi, dan hampir melakukan self harm.Detik itu juga, Rafan menyadari sesuatu hal. "Hampir, tapi enggak kok." Rafan menghela napas sejenak, mulai menatap serius juga. "Tiba-tiba emosiku meluap, ya tanpa sadar melukai tubuh lagi ... yang penting, aku tidak menusuk ataupun menyayat lagi 'kan?""Tetap saja! Kalo nggak diingatkan lagi, kau pasti akan kembali melakukan self harm lagi!" Asya tidak suka itu. "Luka lama yang kau buat, sudah perlahan samar kan? Memangnya, kau semakin ingin manambah luka di tubuhmu lagi?"Rafan hanya diam, menurutnya yang dikatakan Asya benar. "Tidak ingin, hanya saja emosiku tiba-tiba meluap."Asya paham, memang itu hal sulit bagi Rafan untuk mencegahnya. "Coba kendalikan emosimu." pintan
Read more
My Light : 07
“I cannot stop this sickness taking over. I takes control and drags me into nowhere.” ‘My demons by Starset Transmissions’ ••• Rafan masih menatap Asya yang tertidur pulas di dekapannya, sesekali menyentuh wajahnya. Setelahnya, melepaskan diri perlahan. Beranjak keluar dari kamar Asya, memilih duduk sejenak di ruang tengah. Hingga terdengar suara mesin mobil, tidak lama kemudian orang tuanya Asya muncul. “Asya mana?” tanya Arina, hanya melihat Rafan di ruang tengah. “Tidur.” Rafan hanya membalas singkat. Setelahnya, Rafan pamit pulang. Rafan terus melangkah ke manapun, niat awal memang ingin berkeliaran. Sempat tertunda untuk mengantar Asya pulang dulu dan menemaninya sebentar. Hm, teman lama kah? Rafan mulai berpikir positif mengenai sesuatu hal, sesekali mendeng
Read more
My Light : 08
Keesokan harinya, saat jam istirahat sekolah. Di halaman belakang, Rafan terpaku sejenak saat Asya bertanya soal tangannya yang lecet. Bisa dibilang sejak pagi, Asya sudah meminta penjelasan. Namun, sengaja tidak jawab dan memilih nanti saja."Rafan!" Asya mulai kesal, karena didiamkan. "Kenapa melukai lagi?" Kembali bertanya, dan tatapannya jadi serius.Rafan menghela napas sejenak, mulai menatap serius juga. "Tiba-tiba emosiku meluap, ya tanpa sadar melukai tubuh lagi ... yang penting, aku tidak menusuk ataupun menyayat lagi 'kan?""Tetap saja! Kalau tidak diingatkan lagi, kau pasti akan kembali melakukan self injury lagi!" Asya tidak suka itu. "Luka lama yang kau buat, sudah perlahan samar kan? Memangnya, kau semakin ingin manambah luka di tubuhmu lagi?"Rafan hanya diam, menurutnya yang dikatakan Asya benar. "Tidak ingin, hanya saja emosiku tiba-tiba meluap." Lalu mendekatkan diri dan memeluk erat, kemudian membenamkan wajahnya di l
Read more
My Light : 09
Rafan semakin dingin dengan sekitarnya, terus berjalan di setiap anak tangga menuju kamarnya. Bersama Asya yang sedari tadi tangannya digenggam erat olehnya. Langkahnya terhenti sebentar, itu membuat Asya mengernyit heran.“Rafan tenanglah.” Asya seketika paham, kala melihat Rafan kembali risi dengan sekitarnya. Bahkan, saat melewati ruang tengah tadi. Rafan benar-benar dingin, seolah sapaan keluarga Ambara hanya angin lalu saja.Rafan menghela napas sejenak, mencoba tenang dan bersikap biasaCih! Dia benar-benar merencanakan sesuatu.Rafan mengusap kasar wajahnya, kembali menarik Asya dan berjalan memasuki kamarnya. Rafan melepas genggamannya pada Asya, kemudian melempar tas sekolahnya ke sembarang arah dan membaringkan diri dengan posisi telungkup. Rafan berusaha tenang lagi, jujur Rafan benci sekali dengan orang asing yang mendekatinya.Karena tahu, pasti ada maksud terselubung. Sejak kembali bersama keluarganya, mulai berba
Read more
DMCA.com Protection Status