Share

TIDAK ADA NAMAKU
TIDAK ADA NAMAKU
Author: Emylia Arkana Putra

Bab 1

TIDAK ADA NAMAKU

(Aku Tidak Terdaftar di Acara Piknik RT)

Menggandeng tangan Azizah sambil mencari tempat duduk yang kosong. Menatap bangku satu ke bangku lainnya, dari belakang sampai depan. Tapi aku tidak menemukan satu bangku pun yang tersisa.

Berjalan menghampiri Bu RT yang duduk di belakang sopir bus. "Bu, maaf, saya tidak kebagian tempat duduk," terangku.

Bu RT menatapku datar. "Lho, Mbak Siti 'kan memang tidak terdaftar di acara piknik RT. Wajar kalau tidak mendapatkan tempat duduk."

"Kok begitu, Bu. Saya 'kan juga warga RT 01."

"Tapi kamu 'kan tidak pernah ikut kumpulan RT. Jadi kami semua sepakat kalau kamu tidak didaftar," sambung Bu Rita–pemilik warung kelontong tak jauh dari rumahku.

"Meski saya selalu absen kumpulan RT, tapi saya tetap bayar kas, nabung dan bayar iuran lainnya, Bu."

Karena keadaan'lah yang membuatku tidak bisa ikut berbagai kegiatan serta guyup rukun seperti warga lainnya. Waktuku habis untuk mencari rupiah dengan menjadi tukang buruh cuci di perumahan dan berjualan cilok keliling dari jam dua siang sampai malam. Semua kulakukan agar kebutuhan tercukupi.

Di mana suamiku? Aku sudah berpisah dengannya ketika Azizah baru berumur satu tahun. Kini Mas Agus–mantanku tersebut telah menikah dengan Rini–perempuan yang tak lain tetangga kami masih satu RT. Mereka memadu kasih disaat aku sedang hamil.

Awalnya aku masih berusaha sabar mempertahankan rumah tangga kami demi anak. Tapi ternyata apa yang kulakukan salah. Justru semakin bersabar, harga diriku semakin diinjak oleh dua manusia tak punya hati.

"Memangnya kamu nitip sama siapa? Tidak ada catatan yang menunjukkan kamu selalu bayar, tuh," tanya Bu RT.

"Saya nitip sama Mbak Narti. Iya 'kan Mbak. Saya selalu nitip uang RT-nan." Aku menoleh ke arahnya.

"Lhoh, kok bawa-bawa saya. Mbak Siti jangan cari masalah deh. Ngga, Bu RT. Saya tidak pernah dititipin uang sama dia."

Astaghfirullah, kenapa Mbak Narti mengelak? Padahal jelas-jelas aku selalu titip sama dia. Karena tidak mungkin membayarkan langsung pada bendahara RT yang tak lain Rini. Hubungan kami memang tidak baik.

Bukan karena aku sakit hati dia merebut Mas Agus. Tapi karena dia selalu merendahkan'ku dengan hinaan dan cacian yang selalu terlontar dari bibirnya.

"Kapan berangkat pikniknya kalau sibuk ngurusi satu orang ngga penting," celetuk Mas Agus yang membuatku mengalihkan pandangan ke arahnya.

"Aku memang tidak penting, tapi setidaknya mata kamu tidak buta untuk anak yang aku gandeng."

"Drama. Mau kamu apa, Sit? Bikin masalah saja. Kami semua ini mau senang-senang. Eh … malah diajak ribut. Kalau memang tidak terdaftar, ya, terima saja. Cepetan turun dari bus!" sambung Rini.

Semua orang memandangku dengan berbagai ekspresi.

"Nak, kita turun, ya. Nanti jalan-jalan sama Emak ke taman perumahan."

"Zizah ngga jadi naik bus, Mak?" tanyanya begitu polos dengan ucapan khas seorang anak-anak.

"Jadi, Nak. Tapi tidak sekarang," jawabku menahan sesak di dada. Dari semalam Zizah sangat antusias menanti hari ini tiba. Dia melontarkan banyak pertanyaan padaku. Sampai-sampai tidur larut malam karena saking tidak sabarnya.

"Zizah ngga ikut piknik, Zizah ngga ikut piknik." Terlontar ucapan berkali-kali dari teman-teman sebayanya.

Mata Zizah mulai mengembun mendengar hal tersebut. Aku segera menuntunnya keluar dari bus.

"Nak, kamu pengen jajan apa? Emak beliin. Es krim? Donat? Zizah bilang saja!" Aku berusaha menghibur bocah umur empat tahun tersebut agar tidak sedih.

Dia menggelengkan kepala. "Zizah 'kan sudah punya jajan, Mak." Dia menunjukkan kantong plastik berisi makanan ringan yang dibeli kemarin. Jajanan tersebut tadinya untuk bekal saat piknik.

Aku segera memeluk erat Zizah. Mengangkat wajah agar bulir bening yang sudah membendung di pelupuk mata tidak jatuh.

Salahku, kenapa tidak konfirmasi dulu soal ini, yang ada jadi mengecewakan Azizah. Kasihan dia.

Maafin, Emak, Zizah. Karena Emak belum bisa membahagiakan kamu. Tapi Emak janji, suatu saat nanti, Emak bisa mewujudkan apapun yang menjadi keinginan kamu, Nak.

Bersambung

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Yeni Sipayung
sedih banget! tapi soal uang knpa ceroboh titip tanpa bukti ...‍♂️
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status