Share

15

Agam meremas baju bagian bawahnya. Wajah merah padamnya tak dapat ditutupi. Sementara Manda masih dengan wajah santai dan sumringahnya.

"Cukup Manda. Tidak usah kamu teruskan," tegur Agam.

Amanda tertawa kecil.

"Kenapa? Panas ya? Salah sendiri bermain api," balasnya dengan ketus.

Tidak disangka, justru langkah Manda menuju mobilnya kembali.

"Amanda, aku belum selesai bicara," kata Agam.

Amanda menoleh dengan tatapan sinis.

"Aku punya rumah. Aku bukan siput yang rumahku, aku bawa kemanapun aku pergi," jawabnya dengan ketus.

Agam tertunduk.

"Tapi Nda. Aku tak berani ke rumahmu. Apa kata orang tuamu nanti. Tolonglah mengerti aku," pintanya setengah mengiba.

"Mengerti kamu? Enak saja. Punya istri lain saja kamu berani, ketemu orang tuaku kok nyali kamu justru menciut? Laki laki macam apa sih. Pengecut," seru Amanda dengan kesal.

"Nda," panggil Agam lagi.

"Kamu dengar, penyesalan dalam hidupku yang paling mendalam adalah saat bertemu kamu. Andai aku boleh memutar waktu, aku tidak akan mau
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status