“Hari ini, tepatnya lima menit yang lalu, saya Adnan Malik telah menikahi wanita yang teramat saya cintai, Aisyah Medina Suryadinata binti Rahadi Suryadinata. Namun, saat ini juga saya kembalikan wanita ini kepada orang tuanya, Aisyah Medina Suryadinata ... mulai saat ini, kamu bukan istriku lagi, aku menjatuhkan talak untukmu!”_Adnan Malik Seketika mataku membulat sempurna, sangat jelas di foto itu menyuguhkan gambar yang sangat tidak bermoral, sepasang manusia yang tengah memadu kasih di atas ranjang dengan tanpa sehelai benang pun menutupi tubuh mereka. Namun, bukan hanya itu yang membuatku syock, tetapi gambar wanita yang ada di foto itu ... aku!_Aisyah Medina Suryadinata Tunai. Ya, tunai sudah janjiku untuk menikahimu, Aisyah. Aku bukan lelaki yang dengan mudah mengingkari janji. Namun, aku juga bukan manusia yang memiliki keluasan hati untuk menerima rasa sakit ini. Kutunaikan janjiku, lalu kukembalikan kita pada semula. Kamu dengan orang tuamu dan aku kembali kepada orang tuaku._Adnan Malik
Lihat lebih banyakBab 19: Siapa Dia? "Dia? Dia siapa maksudmu Yudha?" tanyaku penasaran. Teka-teki yang tak kunjung mendapat titik terang ini malah menghasilkan rahasia baru yang harus dibongkar satu-persatu. Yudha terdiam sejenak. Dia menatap lurus ke depan, sepertinya mengingat kejadian mengerikan yang menyebabkan tubuhnya cedera di beberapa bagian. "Yudha?" "Astagfirullah! Maaf, tadi aku tidak sengaja teringat kejadian itu." "Kejadian? Apakah kejadian yang membuat kamu jadi seperti ini, Yud? Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa banyak sekali luka di tubuhmu, Yudha? Kamu tidak memberikan nyawamu cuma-cuma karena masalahku, ‘kan?" ucapku menodongnya dengan banyak pertanyaan. Menanggapi kekhawatiranku, Yudha malah tertawa lebar. Bahkan suaranya sampai menggema ke seluruh ruangan inapnya, dan aku tahu dia melakukan itu seraya menahan rasa sakit yang seketika menjalar ke seluruh bagian tubuhnya yang cedera. "Aisyah, kita berteman sudah berapa lama sih? Kamu tenang saja, aku ini bukan pria
Bab 18: "Aisyah …." Suara parau Yudha, bercampur dengan nada serak terdengar oleh telingaku. Dia memaksakan diri untuk duduk meski badannya terasa sangat lemah, terdengar dari rintihan sakitnya membuatku merasa iba. Aku mendekati ranjang Yudha, menahan tubuhnya agar tidak memaksakan diri. Terlihat Tiara bergegas menghampiri, tetapi entah kenapa dia tiba-tiba menahan langkahnya dan membuang pandangan ke lain arah. "Yudha ... sudah, jangan banyak gerak dulu. Maaf, sepertinya suaraku terlalu keras sehingga membangunkanmu.” "Aisyah ... terima kasih, ya, terima kasih banyak. A—aku ... a—ku ..." Sorot mata Yudha terlihat pilu. Dia pasti menangkap wajah lelahku yang beberapa hari ini menungguinya dengan setia di rumah sakit, meski sempat pulang sebentar ke rumah. "Yudha, badan kamu masih lemah. Sekarang fokus saja untuk pemulihan. Aku tidak bisa melihat sahabatku sakit seperti ini, apalagi karena aku penyebabnya." Yuda sempat ingin mengelak pernyataanku, tetapi aku langsung me
Bab 17Kedatangan TiaraWalaupun Yudha telah sadar dan Dokter menyatakan tidak ada yang terganggu dalam fisiknya, luar maupun dalam. Namun, pihak rumah sakit belum memberikan izin kami untuk membawanya pulang.“Yudha masih butuh penanganan yang serius, Syah.” Begitu kata Mas Pram saat kucoba bertanya padanya kapan kira-kira Yudha bisa dibawa pulang.Penyelidikan polisi atas kasus yang menimpa Yudha pun kini mulai dilanjutkan kembali. Alhamdulillah Yudha bisa memberikan keterangan dengan lancar sehingga itu bisa membantu memudahkan polisi untuk mengungkap siapa pelakunya.Hari ini sudah hari ketiga semenjak Yudha dinyatakan sadar dari koma, aku tengah bersiap untuk berangkat ke rumah sakit saat ponsel berdering tanda masuk satu panggilan.Hmm, lagi-lagi kontak dengan nama ‘Sayangku’.“Assalamualaikum, Mas, selamat pagi ...,” jawabku sesaat setelah panggilan tersambung.[Mau ke rumah sakit?] tanyanya.“Iya, ini udah mau berangkat, kok,” imbuh Aisyah.[Gak usah bawa mobil, bareng aku aj
Lelaki di hadapanku itu menggaruk kepalanya yang kuyakin tak gatal. Lalu terkekeh seraya berkata, “Kamu ini bener-bener paket komplit.” “Sini, mana ponselnya biar kupinjam sebentar,” pintanya kembali.Dengan setengah ragu akhirnya aku memberikan juga ponselku padanya. Dia menerima lalu mengotak-atiknya sebentar dan mengembalikannya padaku.“Enggak jadi?” tanyaku.“Sudah,” jawabnya.Sudah, dia bilang? Padahal kan barusan cuma mengotak-atik sedikit saja.“Ya sudah, aku lanjut kerja, ya,” pamitnya.Kemudian ia berbalik memunggungiku dan aku pun kembali menuju ke tujuan awal, ruang tunggu.Hanya sesaat aku duduk di ruang tunggu, tiba-tiba ponselku berdering tanda satu panggilan masuk. Seketika keningku mengernyit, tertera di layar ponsel nama ‘Sayangku’ sebagai pemanggil.Sayangku? Siapa sayangku? Aku tidak pernah menamai kontak selebay itu, karena penasaran akhirnya kuangkat juga teleponnya.“Hallo ....”“Akhirnya ... panggilanku diterima juga.” Suara di seberang sana sepertinya kukenal
Dokter Pramudya Aksana.Sudah tiga hari Yudha berada di ruang ICU, selama itu pula belum ada perkembangan yang lebih baik. Aku hanya bisa menatapnya melalui dinding kaca. Hari ini, aku berencana akan meminta izin pada Dokter supaya bisa masuk. Ingin rasanya membisikkan kalimat-kalimat penyemangat untuk Yudha.Dokter yang menangani Yudha belum datang, menurut informasi yang kuterima beliau akan datang sekitar satu jam lagi. Kugunakan waktu itu untuk sarapan, saat berangkat tadi aku tak sempat sarapan karena ingin segera sampai di rumah sakit dan melihat keadaan Yudha.Tepat saat aku mengangkat sendok untuk memasukkan suapan terakhirku ke mulut, netra ini menangkap pemandangan yang cukup membuat dada ini berdesir.Di ujung koridor, tepatnya di sebuah taman kecil, Mas Adnan duduk di kursi roda dengan ditemani Sheila, adik perempuannya.Tatapannya lurus ke depan. Kosong. Sementara Sheila asyik dengan ponselnya. Tak ingin mereka melihatku, segera membayar makanan dan pergi dari tempat itu
Bertahanlah, Yudha!Astagfirullah!Mas Adnan dan Yudha pernah menjadi saingan bisnis dan berujung kekalahan pada Mas Adnan, tetapi ... Mas Adnan? Ah, tidak mungkin!Segera aku mengusir pikiran itu. Tidak mungkin! Mas Adnan orang baik dan saleh tidak mungkin melakukan hal kotor itu dan lagi kini Mas Adnan tengah dirawat karena percobaan bu nuh diri. Ya Tuhan! Kembali pikiran negatif hinggap di kepalaku. Mas Adnan bisa melakukan percobaan bu nuh diri tidak menutup kemungkinan juga bisa membayar orang untuk mencelakai Yudha, bukankah melakukan itu tidak harus dengan tangan sendiri? Apalagi seorang Adnan, tidak sulit baginya mengeluarkan berapa pun untuk kepuasan hatinya. Bukankah Mas Adnan juga seorang manusia?Akan tetapi, jika benar Mas Adnan pelakunya, lantas mengapa dia melakukan percobaan bu nuh diri? Lalu misi menghabisi Yudha untuk apa?“Aaarrghh ....” Aku meremas kepala dan mencengkeram rambut dengan kuat sebagai luapan emosi yang tak dapat kutumpahkan.“Syah ... kenapa? Ada apa?
BAB 13_Siapa yang Melakukan Ini?Ya,Tuhan! Aku baru menyadarinya jika tadi Tiara hanya mengenakan sebelah anting, dan ... anting itu, ya, tak salah lagi ... sebelah antingnya, ada padaku!Gegas aku mengejarnya, aku tidak akan bertanya lagi kenapa ia menggunakan anting sebelah saja. “Ini bukan satu kebetulan, aku yakin itu!” Kupercepat langkah, Tiara jangan sampai lolos. Aku harus mendapat jawaban saat ini juga.“Aisyah ....” Tiba-tiba seseorang memanggil sehingga menghentikan langkahku.“Mama ....”“Sudah? Kita pulang?”“Ehm, itu, Ma ... sebentar, Ma, Aisyah ada perlu dulu,” ucapku seraya melanjutkan langkah tanpa menunggu jawaban Mama yang bertanya, ”Ada apa? Yudha kenapa?”Kini aku telah sampai di lobi rumah sakit dan mataku tak dapat menemukan Tiara, ke mana dia? Secepat itu dia pergi? Aku celingukan mencarinya, tetapi masih juga tak kutemukan. Si*l! Kuputuskan untuk kembali ke ruangan Yudha, dengan langkah gontai dan kepala dijejali beribu pertanyaan aku menuju kamar Yudha.Sa
Misteri sebelah antingSudah dua hari tak ada kabar apa pun dari Yudha. Tumben, aneh sekali dia. Sejak di rumah sakit tempo hari, dia tak pernah muncul lagi. Tentang perempuan yang Ayah pergoki tengah mengendap pun tak jelas infonya, hilang bersama dengan si pencari info.Ponsel Yudha pun selama dua hari ini tidak aktif. Ah, apa dia ke Singapore, ya? Bukankah selama ini Yudha selalu bolak-balik Singapore untuk mengurus bisnis ayahnya. “Ya, sudahlah nanti juga dia nongol sendiri.” “Syah ....” Terdengar panggilan Ibu dari arah belakang dan sukses membuatku melonjak.“Ibu ....” Tak bisa kusembunyikan rasa kagetku.“Aisyah lagin mikirin apa? Kok, sekaget itu?“Enggak, Bu, Aisyah hanya kepikiran Yudha. Kok, sudah dua hari ini enggak ada kabar sama sekali.“Hmm, mungkin Nak Yudha sedang banyak urusan dan gak sempat kasih kabar,” ucap Ibu bijak.“Maybe,” jawabku seraya menghampiri Ibu dan duduk di sampignya.Aku menatap wajah Ibu yang katanya lebih mirip aku, padahal menurutku terbalik, a
PoV Yudha“Hei! Siapa itu!” Terdengar seruan Om Rahadi dari luar kamar dan refleks membuatku berlari menghampiri.“Ada apa, Om?” tanyaku.“Ada seseorang mengendap barusan.”“Ke mana sekarang, Om?”“Lari ke arah sana.” Aku mengikuti arah yang ditunjukkan Om Rahadi, masih terlihat seseorang berlari menjauh, gegas aku mengejarnya, tak begitu sulit. Kini jarak kami sudah semakin mendekat dan jelas terlihat kalau dia ... seorang wanita!“Hei, Tunggu!” aku semakin melebarkan langkah untuk segera dapat menyusulnya.“Tunggu!” Kini aku telah benar-benar dapat mengejarnya, kucengkeram pergelangan tangan dan menyeretnya ke tempat yang lebih sepi.“Siapa kamu dan apa maksudmu?”“Lepas, Yudha! Sakit!”Dia menyebut namaku yang artinya dia mengenalku! Dan sepertinya aku tidak asing dengan suaranya.“Ti-Tiara? Apa benar ini kamu, Tiara?” “Ya, ini aku.” Jawabnya seraya melepas masker dan topi yang dikenakannya.“Ngapain kamu di sini? Dan tadi, apa yang kamu lakukan?” selidikku.“Hanya mengikutimu.”
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.