Share

Bab 71

Pria itu memungut kantong bir di tanah, membukanya dan menciumnya. Mata pria itu berbinar dan penuh kegirangan. Namun, dia malah membentak, "Kurang ajar! Beraninya kamu menyembunyikan bir di kamp militer? Kusita!"

Kemudian, pria itu pergi.

Intan berjongkok di tanah sambil menggosok hidungnya. Dengan mata yang berlinang air mata, dia hanya samar-samar melihat seorang pria jangkung bergegas kembali ke tenda panglima.

"Disita Panglima," kata Wandi dengan lesu. Lalu, dia mengembuskan napas. "Andai aku bisa minum seteguk saja. Buat apa main-main? Sekarang sudah disita."

Marsila juga tidak menyangka panglima akan datang. Dia terkekeh-kekeh. "Memangnya aku hanya simpan satu kantong bir di tasku yang besar itu?"

Wandi dan Ranto bergegas menyusul ke dalam sambil bersorak. Mereka berlima menghabiskan sekantong bir yang lain.

Nikmat!

Peperangan babak kedua dimulai. Kuda-kuda berderap, seperti hendak meratakan tanah air.

Raja Aldiso memberi perintah bahwa tujuan peperangan kali ini adalah melukai
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status