Share

Bab 72

Rambut Intan berantakan dan menjadi lengket karena darah musuh yang terciprat. Ada yang menjadi gulungan, ada yang mencuat ke luar, bahkan lebih kacau daripada kandang ayam.

Baju pelindung bambu yang dipakai Intan rusak di banyak tempat dan berlumuran darah. Wajahnya juga dikotori oleh darah dan tanah.

Sudah berhari-hari Intan tidak mandi. Intinya, pengemis di jalanan bahkan tampak lebih bersih dari Intan.

"Masih kuat tidak?" Raja Aldiso teringat akan gadis yang antusias, aktif dan leluasa yang dia temui saat mengunjungi Taliani setiap tahun. Kini, Intan berubah drastis.

"Lapar!" jawab Intan dengan bibirnya yang kering.

Kumis Raja Aldiso bergetar. "Ya, semuanya lapar, tahan."

"Capek!" Intan berkata dengan lemas, "Berdiri saja sudah capek."

"Intan Belima!" Ekspresi mata Raja Aldiso menjadi serius. "Apa kamu tahu? Sejak Negara Runa berdiri, tidak pernah ada jenderal yang mampu membunuh musuh sebanyak ini saat pertama kali maju ke medan perang, sekalipun ayahmu. Kamu sangat hebat. Jadi, k
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status