Share

Aku Menjadi Dewa yang Menjalani Hukuman di Dunia Modern
Aku Menjadi Dewa yang Menjalani Hukuman di Dunia Modern
Penulis: Alhan Ard

Bab 1. Hukuman Ilahi

“Dengan ini aku memberikan pedang Crystal Frostweaver kepada putraku, Theodoric Alknight.”

Itulah ucapan yang Sirius Alnight ingat beberapa minggu yang lalu. Pedang yang hanya bisa diangkat oleh keturunan Alknight itu sekarang berada di tangan putranya. Harapan yang ingin nyata, bahwa pemegang pedang turun termurun bisa menjadi pelindung bagi orang-orang lemah di masa depan.

Tapi nyatanya berbeda, Theodoric Alknight berdiri dengan sombongnya di puncak gunung. Menyangga dirinya dengan menggunakan sebuah pedang dengan tatapan yang cukup tajam. Menatap lawan atau ayahnya bagaikan mata pedang yang siap untuk menusuk kapapun.

Alam Nirwana, tempat berkumpulnya para dewa baru saja melihat sebuah pertarungan ayah dan anak. Hanya karena anak, Theodoric Alknight menyalahgunakan kekuatannya hanya untuk bersenang-senang dengan cara yang salah.

Usai mendapatkan Crystal Frostweaver, Theo justru semakin sombong. Dia menantang siapa saja untuk melawan dirinya. Dan itu berakibat fatal. Beberapa orang yang ditantang oleh Theo berakhir jatuh di tangan tabib, mungkin juga mendapatkan luka yang cukup serius dari Theo.

Tidak heran, di dalam lingkungan istana, Theo mendapatkan sebuah seni bela diri yang hebat. Beberapa pegulat juga dia kalahkan yang seharusnya bisa membuat ayahnya bangga, tapi nyatanya tidak.

“Theodoric Alknight, kau menyalah gunakan kekuasaanmu untuk melawan orang-orang yang lemah. Tapi sekarang dimana kekuatanmu? Meski kau menggunakan pedang Crystal Frost, kau hanyalah serangga di hadapanku!” Teriak Sirius.

Theodoric menatap ayahnya dengan penuh ketegangan, tetapi di dalam hatinya masih terbakar api perlawanan.

“Ayahanda, kau benar-benar kehilangan akal kewarasanmu hingga mau bertarung dengan putramu sendiri.”

Theo mulai kembali mengangkat Crystal Frost, tatapannya masih maju ke depan dan mulai kembali menunjukkan sikap pemberontak. Tidak peduli apakah ayahnya adalah kaisar dewa es, tapi yang paling penting dia tidak suka apa yang namanya sebuah aturan yang mengekang dirinya sendiri.

Hidup sebagai putra kaisar dewa es membuat Theo merasa haus akan kehormatan. Tapi di sisi lain dia mendapatkan kekangan yang luar biasa untuk terus menjalankan etiket sebagai seorang pangeran. Seni bela diri harus dia pelajari setiap saat, ditambah dengan elemental ice yang dia miliki secara turun temurun membuatnya harus mempelajarinya tiap hari.

Reaksi jujurnya, sebenarnya dia ingin mendapatan sebuah kekuatan secara instant. Dan semenjak dia mendapatkan pedang Crystal Frost, barulah dia bisa bertindak semena-mena. Karena pedang itu merupakan kekuatan isntant yang diturunkan secara turun temurun dari kaisar es kepada putranya sebagai perwujudan pangeran mahkota.

Tidak ada siapapun yang bisa mengangkat pedang itu kecuali garis keturunan Alknight.

Gagang pedang yang dipegang oleh Theo berubah menjadi hawa dingin, mengeluarkan sebuah hembusan asap yang merupakan sebuah kabut bertebangan keluar. Dia lagi-lagi siap memberontak kepada ayahnya.

Wushhhh!

Beberapa kristal es muncul di sekitar Sirius yang sedang melayang. Kekuatan dahsyat mungkin akan keluar. Tapi itu benar saja, puluhan krsital itu melesat bergerak ke arah Theo yang sudah siap kapan saja menerima sebuah serangan.

Theo mengangkat pedang Crystal Frostweaver, dia melakukan sebuah gerakan memutarkan pedang secara cepat untuk membuat sebuah tameng.

Hal tersebut membuat seluruh kristal yang dikeluarkan oleh Sirius menjadi tertahan dan tidak mengenai atau menggores tubuhnya. Ini adalah suatu kebanggan bagi Theo, dia merasa senang dan hampir tertawa karena mampu untuk menahan kekuatan dari ayahnya.

Tapi seketika dia tidak menyadari ada sebuah kekuatan yang lebih besar, yang dikeluarkan oleh ayahnya. Sebuah rantai melesat, membuat Theo harus terpukul mundur meskipun rantai itu mengenai pedangnya.

Rantai es itu kemudian mengikat Theo dengan kuat, membuat Theo merasa cukup sesak. Dia lagi-lagi memberontak, berteriak dengan cukup kuat dan mengeluarkan tenaga-tenaganya.

Tidak berhenti begitu saja, Sirius melayang terbang di atas Theo. Itu membuat Theo cukup panik dan berusaha untuk berlari meski dalam kondisi terikat. Tapi semuanya sudah terlembat, karena Sirius membentuk sebuah segel tangan rumit.

Seketika sebuah kabut melesat ke arah Theo yang mulai berlari. Keadaan di atas puncak gunung tiba-tiba berubah suhu menjadi 0 derajat. Theo tidak bisa berkutik lagi, yang ada dia hanya mendekam dan membeku di dalam sebuah es kuat dan tak terpatahkan.

“Sirius Alknight!” Sebuah suaran lembut tapi nada tinggi menghentikan ketegangan di antara perseteruan seorang ayah dan anak.

“Carina, biarkan aku yang berbicara dengan putramu.” Sirius Alknight menoleh dan menatap seorang wanita yang baru saja muncul.

Carina adalah istri Sirius alias ibunda Theodoric Alknight. Dia adalah wanita yang tidak bisa meninggalkan kecantikannya. Orang-orang yang melihatnya juga bagaikan sebuah permata yang abadi dan tidak bisa disentuh oleh siapapun selain sang kaisar dewa itu sendiri.

Orang bilang bahwa sosok yang paling mengerti adalah ibu. Tapi bagi Theo itu hanya setengah-setengah. Bagaimana tidak? terkadang ibunya juga kerap memberikan sebuah pukulan keras untuk tidak melakukan apa yang namanya sebuah perlawanan, semuanya waktu harus dilakukan untuk belajar, berlatih dan yang lainnya.

Tapi di satu sisi, sang ibu sebenarnya juga tidak bisa orang lain memarahi Theodoric, bahkan ayahnya sekalipun tidak bisa memarahinya.

“Jika kau membunuhnya, maka kau harus berhadapan denganku. Apa yang kau lakukan jika tidak ada bedanya.” Kata Carina dengan tatapan sinis.

Tapi itu ada benarnya, Sirius tidak bisa bertindak untuk membunuh putranya sesuka hati. Dia masih memiliki perasaan.

Sirius berpikir sejenak. Dia berencana memberikan sebuah hukuman kepada putranya sebagai balasan karena dia bertindak kurang ajar. Ini mungkin sedikit menakutkan, tapi setidaknya akan memberikan sebuah pelajaran kepada Theodoric agar dia mengerti, bahwa orang biasa sekalipun tidak akan ada yang namanya sebuah kebebasan.

Tidak hanya orang besar yang hidup dalam belenggu, tapi orang kecil juga akan hidup dalam sebuah masalah. Jadi ini mungkin akan menjadi sebuah pembelajaran bagi Theo sekaligus juga hukuman baginya.

“Baik! Theodoric Alknight, dengarkan aku! Hukuman ini akan setimpal dengan apa yang kau perbuat.”

Theodoric terkejut mendengar keputusan ayahnya saat dia diam membeku. Meskipun ia seperti merasa akan ada ketidakadilan dalam hukumannya, ia juga merasakan getaran perubahan yang mendalam di dalam hatinya. Ia menyadari bahwa inilah kesempatan baginya untuk tumbuh dan berkembang sebagai individu yang mandiri.

Dalam sekejap, jiwa Theodoric Alknight merasa seperti terpisah dari tubuhnya dan mengambang di udara. Sirius Alknight mengarahkan kekuatan ilahi untuk memindahkan Theodoric ke dunia manusia. Dalam kilatan cahaya yang memukau Theodoric hampir terkejut sebuah getaran dan kekuatan yang cukup hebat menembus dirinya sendiri.

Sosok Theo seolah dihajar dengan kekuatan yang menakjubkan. Tubuhnya seperti melayang di udara bebas tanpa ujung yang membuat dia cukup ketakutan. Ada sebuah rasa sakit diseluruh tubuhnya.

Sirius menghela napas. Ini bukan membunuh anaknya, tapi melenyapkan jasadnya dan memindahkan jiwanya ke tempat lain. Kemudian dia menghampiri sebuah Crystal Frostweaver, menghampiri dan menciumnya.

“Tidak ada yang bisa mengangkatmu kecuali garis keturunan Alknight. Pergilah bersama jiwa yang tenang itu.”

Perlahan, Crsytal Frostweaver menghilang menjadi sebuah kabut, naik ke atas menuju alam bebas seolah menemani kemana perginya jiwa Theodoric Alknight.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status