“Kehidupanmu mengerikan sekali, ya?” Theo bermonolog. Kehidupan Javier terlalu menyedihkan. Dibandingkan dengan diri Theo di alam dewa yang memiliki kehidupan yang penuh hormat, diagungkan, Javier justru sebaliknya. Dia diinjak-injak oleh orang yang begitu kuat, dia bukan lagi diagungkan, tetapi direndahkan serendah-rendahnya. Layaknya seekor tikus yang tidak memiliki harga diri sama sekali.
Sebenarnya yang menjadi masalah, Theo Javier, terlalu penakut. Juga teman-teman sekelas Theo, seluruh guru, mereka semuanya terlau penakut. Lagipula kehidupan di sekolah ini layaknya alam liar, juga penuh dengan kehidupan superior. Tidak menurut? Kekayaan bisa membungkam.
Teman-teman sekelas Theo, alias 11 sains memang kaya-kaya. Itu fakta. Tapi dibandingkan dengan kekayaan orang yang berpengaruh di sekolah ini seperti Zhayn Agam, mereka memilih untuk tidak ikut campur urusan anak-anak orang yang lebih kaya dan berpengaruh itu, termasuk apabila anak-anak konglomerat itu mengganggu Theo. Reputasi jauh lebih penting, konglomerat bisa sangat mudah memutus kekayaan orang yang ada di bawahnya.
Beberapa orang mungkin yang tidak memiliki sebutan pengganggu dan justru merupakan turunan konglomerat, mereka juga memilih untuk diam. Bukan karena takut, tetapi orang kaya selalu tidak mau mencampuri urusan lain, selama tidak merugikan mereka. Inilah yang membuat Theo Alknight yang berada di posisi atas di kehidupan sebelumnya mengerti, bahwa beginilah menjadi posisi yang ada di bawah. Ayahnya mungkin benar.
Sekarang dia duduk, bangku tunggal paling belakang dengan penuh coretan seolah menyambutnya. Lirikan teman-teman Theo masih terus bergerak tapi mereka tidak mau memutar kepala mereka. Prinsip mereka, lebih baik mengurus diri sendiri daripada terlibat.
“Ini menyedihkan.” Pikirnya. Tapi dia akan berusaha untuk memperbaiki ini, hidup ini.
..........
Istirahat siang. Theo menghela napas. Tidak ada satupun teman yang peduli kedaannya, atau setidaknya menanyakan bagaimana kondisinya di rumah sakit. Ini benar-benar sangat keterlaluan jika diperhatikan. Namun, Theo sama sekali tidak peduli. Hari-hari dia bersikap Individual, tidak peduli di sini, atau di alam dewa. Hal itu menunjukkan bahwa setidaknya kedua Theo memiliki sifat yang sama, yaitu tidak terlalu suka jika berbaur dengan orang lain, kecuali ada keperluan. Sayangnya, sejatinya Theo Javier tidak pernah memiliki keperluan apapun dengan mereka. Paling tidak jika itu hanya berkaitan dengan tugas sekolah.
“Braak!”
Tidak terlalu santai seseorang masuk ke kelas ini. Pintu ditendang secara kasar. Seluruh siswa dan siswi di kelas ini terkejut. Bahkan beberapa siswa yang ada di depan pintu hampir berteriak karena tidak bisa menahan rasa kaget mereka.
Awalnya mereka protes, tapi setelah tahu, siapa yang datang, mereka diam. Sejatinya di kelas ini tidak ada yang mau berurusan dengan Zhayn. Mereka malas untuk ikut campur walau hanya sekadar membantahnya. Apalagi mereka atau teman sekelas Theo juga tahu, apa tujuan Zhayn kalau bukan Theo?
Zhayn datang. Remaja dengan postur tinggi besar itu membawa setidaknya dua pengikut di belakangnya. Temansekelas Theo memberi jalan, sementara Theo kembali menatap Zhayn. Tenang, tak gentar sedikitpun. Mereka pikir, sekarang dirinya siapa? Apa mereka tidak tahu jika di dalam tubuh Javier bersemayam jiwa dewa yang dihukum? Jika mereka tahu ini mereka pasti akan bersujud.
“Respon teman sekelasmu benar-benar buruk ya Theo.” Theo berkata pada dirinya sendiri. menatap betapa tercelanya kelas ini. Saling berbisik dan menatap Theo, seolah nasib Theo akan terus buruk lagi. Lakilaki perempuan, mereka semua saja, tidak ada yang peduli hanya karena sebatas reputasi.
“Lihatlah, aku sebenarnya kasihan, tapi aku tidak bisa berbuat apa-apa di depan Zhayn Agam.”
“Ayahku merupakan manager bagian di salah satu perusahaan Agam. Pura-pura buta dan tuli sungguh menyelamatkan reputasi keluarga.”
Ya sungguh, Theo bahkan bisa mendengar perbincangan dua orang siswi yang berbisik keras di pojok sana. begitu juga dengan siswa lainnya. Namun fokusnya, Zhayn sedang duduk di atas bangku Theo sekarang.
“Halo temanku, bagaimana keadaanmu? Bagaimana rasanya tinggal di kasur empuk rumah sakit denganjaminan makan setiap harinya.” Zhayn memulai provokasinya.
Theo menyeringai, jika dia menundukkan kepalanya, gemetar, mereka tertawa, berhasil. Tapi, respon menyenangkan bagi Theo jika dia menatap tajam Zhayn, menyeringai juga. Maka Zhayn akan tersenyum kecut. Itulah yang dia lakukan saat ini.
Siapa yang tidak terkejut? Mata Zhayn bahkan berkedut, teman sekelas Theo yang mengintip terdiam. Tidak pernah Theo seberani itu kecuali hari ini. Ini merupakan berita atau pencapaian yang begitu luar biasa.
Refleks bawahan Zhayn sayangnya buruk. Salah satu dari mereka, yang paling besar ukuran tubuhnya memegang kepala Theo dan hampir menjedotkannya ke meja.
“Apa maksudmu?” Tanyanya.
“Kau sekarang berani ya?” Zhayn menekan kedua pipi Theo. Tatapannya tajam penuh penghinaan.
“Bolehkah aku memukulnya?” Teman Zhayn satunya, gaya rambut sedikit mencolok dengan potongan pinggir. Apa orang modern ini menyebutnya?
Persetan dengan itu, Theo tidak tinggal diam. Dia menendang meja di depan yang diduduki oleh Zhayn. Itu tentu saja membuat Zhayn terseungkur di depan karena tendangan Theo pada meja terlalu keras. Zhayn terkejut, tangan yang menjepit pipi Theo terlepas.
Ini adalah hal yang mengejutkan, paling mengejutkan. Si potongan mulet yang hampir memukul Theo tak menghentikan aksinya. Dia tetap melayangkan pukulan dari belakang, tepat tengkorak belakang. Ya, sayangnya itu tidak kena. Dorongan dari tendangan meja yang dilakukan oleh Theo membuat kursinya terdorong ke belakang, mendorong si potongan mulet.
Pria gemuk mengambil langkah besar, Steve nama dia, namun Theo berdiri ke samping, mengambil kursi yang didudukinya dan memukul si pria besar Steve itu. Braak! Pukulannya terdengar nyaring memukul lengan pria besar. Dia merintih kesakitan, sayang badannya tidak terlalu kuat untuk menjadi perisai dirinya sendiri, padahal dia besar!
Sekarang, tiga vs satu, Theo vs Zhayn, Steve dan satu lagi, orang mengenalnya Jean. Hal yang mengejutkan yang tidak pernah terjadi di sekolah Swasta Saranja ini. Pasti akan menjadi sebuah berita yang mengejutkan.
Theo bahkan setelah memukul Steve itu mengayunkan pukulan dari bawah, tepat pada wajah Zhayn. Hal yang mengejutkan kembali terjadi lagi. Zhayn teprental ke belakang dengan kesadaran penuh. Darah segar mengalir dihidungnya seketika. Dia juga diam, membeku karena hal ini membuatnya tidak percaya.
“Sialan!” Si potongan aneh, Jean, itu naik pitam. Tangan kanan melayang kuat pada Theo, tatapan penuh amarah dan rasa tidak percaya melihat bahwa Theo seberani ini. Namun bagaimanapun juga, Theo tetap Theo, tidak dapat dipungkiri bahwa Theo bisa bertarung. Jadi Jean tetap memandang remeh Theo dan menganggap bahwa tindakan berani dan perlawanan itu hanya kebetulan saja.
Tapi siapa yang menyangka Theo menahan pukulan tersebut, tangan kiri ikut melayang tapi tak pada kepala Jean, Theo mengincar lehernya. Ini jauh lebih vital dibandingkan dengan kepala Jean. Paling tidak setelah terpukul bagian leher, dia akan kesulitan untuk bernapas, itu jika pukulan Theo tepat pada aliran pernapasannya.
Pukulan Theo juga cepat, sangat cepat. Jean bahkan hampir tidak menyadari jika pukulan Theo bisa secepat itu. Pukulannya berhasil hingga Jean terpental ke samping. Lehernya menjadi kaku.
Tidak berhenti, Theo juga berbalik badan, mendorong Zhayn ke depan. Ini akan menjadi momok yang menakutkan bagi Zhayn, dimana Theo tak menghentikan pukulannya. Bahkan Zhayn belum sempat melawn karena tidak mengerti mengapa Theo bisa sekuat ini? ataupun jika Steve, si pria besar itu mengambil inisiatif untuk mengambil kursi dan memukulkannya dari arah belakang, Theo seolah tiba-tiba memiliki insting yang begitu kuat. Tendangan kakinya sungguh panjang hingga mengenai wajah Steve sebelum kursi itu melayang.
Perkelahian ini jauh menjadi lebih intensif, tidak ada yang menduga hal ini. Semua teman sekelas Theo keuar dengan wajah yang buruk, terkejut, tidak menyangka, dan paling buruk adalah membuka mulut mereka. Theo tidak pernah sebrutal ini sebelumnya.Paling tidak, mereka mengerti sesuatu, bahwa Theo adalah siswa aneh, lemah dan gampang sekali ditindas. Dan itu sudah mengakar di pikiran mereka bahwa Theo orang yang seperti itu. Namun kondis hari ini benar-benar berubah 180 derajat, berubah drastis. Dimulai dari kedatangan Theo saat mengangkat kepalanya, hingga hal yang mengejutkan seperti memukuli Zhayn dan anteknya.Sekarang kelas ini menjadi ajang singa yang akan menerkam mangsanya, bahkan kondisi bangku sekolah mawut dan tidak dalam kondisi seperti semula. Kondisi Zhayn sangat mendominasi. Zhayn bahkan dipukuli tiada ampun, hingga dia terbaring lemas di sela kosongnya kelas ini. Paling kuat Steve mungkin, bahkan dia kewalahan menghadapi Theo. Sudah berapa kai dia terkena pukulan telak
“Dengan ini aku memberikan pedang Crystal Frostweaver kepada putraku, Theodoric Alknight.” Itulah ucapan yang Sirius Alnight ingat beberapa minggu yang lalu. Pedang yang hanya bisa diangkat oleh keturunan Alknight itu sekarang berada di tangan putranya. Harapan yang ingin nyata, bahwa pemegang pedang turun termurun bisa menjadi pelindung bagi orang-orang lemah di masa depan. Tapi nyatanya berbeda, Theodoric Alknight berdiri dengan sombongnya di puncak gunung. Menyangga dirinya dengan menggunakan sebuah pedang dengan tatapan yang cukup tajam. Menatap lawan atau ayahnya bagaikan mata pedang yang siap untuk menusuk kapapun. Alam Nirwana, tempat berkumpulnya para dewa baru saja melihat sebuah pertarungan ayah dan anak. Hanya karena anak, Theodoric Alknight menyalahgunakan kekuatannya hanya untuk bersenang-senang dengan cara yang salah. Usai mendapatkan Crystal Frostweaver, Theo justru semakin sombong. Dia menantang siapa saja untuk melawan dirinya. Dan itu berakibat fatal. Beberapa or
6 Juni 2045, Kota Angin (Kabupaten Nagayuka) Provinsi Javaland Timur, New Santara. Theo membuka matanya secara perlahan-lahan, tubuhnya mengalami kejut dan bangkit seolah dia mengalami mimpi yang cukup buruk. Tapi untuk saat ini, dia menyadari bahwa dia berada di suatu tempat yang cukup aneh. Saat dia bangun, seseorang berlari keluar. Seseorang yang sekilas adalah seseorang pria paruh yang tiba-tiba tergesa penuh kekhawatiran. Di sekitarnya adalah ruangan serba putih, sedangkan dirinya berada di atas sebuah kasur dengan selimut berwarna hitam putih bergaris. Selain itu juga, dia merasa bahwa sebuah selang menusuk tepat pada tangannya yang membuat dia cukup heran. Dia ingin menarik selang tersebut, tapi saat dia menurut selang tersebut dia bisa melihat sebuah cairan yang menggantung di sebuah tiang penyangga. Ekspresi Theo benar-benar tak karuan dan kacau. Dia tidak tahu dirinya berada di mana. Tempat ini cukup femillier dan aneh, terlihat asing dan cukup damai dan tidak ada apap
“Tuan Javier, putra Anda bisa pulang dan tidak boleh melakukan aktivitasnya selama satu minggu.” Kata dokter tersebut.“Aku mengerti pak.”“Tuan, ini adalah perundungan, aku menegaskan sekali lagi, bukankah seharusnya kejadian ini dilaporkan kepada polisi? Bahkan korban hampir meregang nyawa karena ada pendarahan di kepalanya.” Tanya dokter tersebut.Zuan Javier menggertakkan giginya perlahan, “Keluarga Agam memiliki kekuasaan yang besar. Bahkan setelah kepolisian bertindak, diduga putraku hanya jatuh dari lantai. Ini masalah permainan uang. Sialan, bedebah sialan itu benar-benar.”Siang itu Theo berjalan di koridor rumah sakit bersama ayahnya. Wajahnya benar-benar linglung karena ini terlihat sangat asing. Tidak juga sebenarnya, karena ingatan Theo Javier juga tercatat di pikiran Theo untuk saat ini. Sehingga dia bisa mengetahui satu persatu. Meski begitu, jiwa Theo Alknight berusaha untuk beradaptasi dengan hal yang berbeda dengan di alam Nirwana.Tapi sejujurnya, baginya ini adalah
Sempat mengalami kesulitan, akhirnya bisa beradaptasi di tubuh barunya. Beberapa ingatanjuga terkoneksi yang membuat dia sedikit paham cara kerja sistem dunia modern ini yang sungguh menakjubkan. Dimasa ini dia untuk sementara waktu akan hidup sebagai Theo Javier. Kehidupan yang baru ini sangat percuma untuk disesali, lagipula dia menyadari bahwa ini adalah hukuman ilahi dari ayahnya karena perbuatannya sendiri. Jadi lebih baik dia melanjutkan kehidupan apa yang ada, tidak peduli siapa dirinya tapi yang jelas dia menyandang bahwa identitasnya adalah Theo Javier, putra dari Zuan. Beberapa waktu yang lalu mereka pada akhirnya sudah pulang. Zuan berusaha untuk menuntun Theo tapi Theo menolak dan berjalan apa adanya dan semestinya. Pikirannya sudah tidak linglung lagi tentang adaptasi yang membuat dia kebingungan. Lagipula semuanya sudah ada yang membuat dia tidak untuk tidak paham, kecuali beberapa yang tidak diketahui oleh Theo sebelumnya. Apalagi seteleh Theo mencoba untuk mengangka
Bagi Zuan sendiri ini adalah perilaku yang cukup aneh untuk Theo. Dia bertanya-tanya, apakah selama dia beekrja, Theo akan melakukan aktivitias seperti ini? namun rasanya tidak, setiap dia pulang, Theo hanya akan bergegas untuk berangkat sekolah. Terlebih ini adalah masa pemulihannya, dan seharusnya Theo masih terbaring di atas kasur.Dia merasa, Theo seperti baik-baik saja.Pukul lima pagi, Theo hanya berjalan biasa. Saat itu juga bertepatan pada matahari yang akan terbit sehingga keadaan semakin terang. Dia melakukan ini hanya untuk membentuk fisiknya kembali. Karena dia merasa cukup aneh dengan keadaan fisik Theo yang sekarang.Jelas Theo Alknight harus bisa membuat tubuh Javier ini lebih berisi dan tidak akan menjadi bahan perundungan. Meski sebenarnya, di otaknya masih tertanam bahwa Theo Alknight bisa melakukan sebuah bela diri, sehingga melawan seseorang pun masih tergolong mudah untuk tubuhnya yang sekarang.Hanya saja Theo ingin hasil yang maksimal. Memang dia bisa mela diri,
“Aku tidak peduli, adik. Aku bukanlah orang bodoh dan yang memperdulikan hal itu.”“Aku hanya ingin olahraga, nona. Jadi, jangan mengganggu aktivitasku.” Kata Theo sambil berbalik badan dan kembali berlari.Lyra Winata tidak bisa berkutik, dia hanya bisa menghela napas terpaksa.“Tapi setidaknya beritahu aku siapa namamu!” Teriak Lyra Winata.“Theo, Theo Javier.” Teriak Theo kembali.Lyra kembali senang, setidaknya jika dia sudah mengetahui namanya maka dia bisa mencarinya kapanpun dia mau. Lagipula dia masih berhutang budi kepada Theo karena sudah menolongnya. Selain itu, dia merasa bahwa Theo masih lah seorang pelajar yang membuat Lyra semakin tertarik.Lyra lantas pergi dari tempatnya. Berjalan ke arah sebuah mobil Audi a8 berwarna biru yang terlihat mencolok di pinggir jalan. Sebenarnya dia ingin mengikuti kemana perginya Theo, tapi dia tidak memilik banyak di pagi hari ini.Theo berlari santai sambil melihat keadaan sekitarnya, meski dia lelah, tapi jiwanya seolah masih bisa mena
Di pikirannya bahwa kehidupan dunia modern ini benar-benar menakjubkan sekaligus agak mengerikan. Juga beberapa pelajaran-pelajaran yang dia pelajari semalaman terlihat begitu ilmiah dan juga sangat bertolak belakang dibandingkan dengan yang ada di dunia dewa.Kendati demikian, Theo sudah berhasil untuk beradaptasi dengan aturan-aturan di dunia ini, baik itu kehidupan, tradisi dan juga gaya hidup para manusia. Bahkan saat dia berangkat secara tergesa-gesa seperti ini, dia sudah tidak heran dengan gedung-gedung tinggi, kendaraan berlalu lalang serta kehidupan yang tentram tanpa adanya kekuatan sihir.Melalui pikirannya, dia merasa bahwa dirinya akan terlambat. Sehingga Theo terus berlari mengejar waktu sebelum dirinya terlambat. Pasalnya sangat jarang dia terlambat berangkat ke sekolah yang jelas akan sangat merepotkan.“Sial, ini pukul berapa.” Batin Theo.Dari kejauhan, dia bisa melihat seorang pria gendut sedang menyeret sebuah gerbang dicat biru. Jelas itu membuat Theo semakin pani