Bagi Zuan sendiri ini adalah perilaku yang cukup aneh untuk Theo. Dia bertanya-tanya, apakah selama dia beekrja, Theo akan melakukan aktivitias seperti ini? namun rasanya tidak, setiap dia pulang, Theo hanya akan bergegas untuk berangkat sekolah. Terlebih ini adalah masa pemulihannya, dan seharusnya Theo masih terbaring di atas kasur.
Dia merasa, Theo seperti baik-baik saja.
Pukul lima pagi, Theo hanya berjalan biasa. Saat itu juga bertepatan pada matahari yang akan terbit sehingga keadaan semakin terang. Dia melakukan ini hanya untuk membentuk fisiknya kembali. Karena dia merasa cukup aneh dengan keadaan fisik Theo yang sekarang.
Jelas Theo Alknight harus bisa membuat tubuh Javier ini lebih berisi dan tidak akan menjadi bahan perundungan. Meski sebenarnya, di otaknya masih tertanam bahwa Theo Alknight bisa melakukan sebuah bela diri, sehingga melawan seseorang pun masih tergolong mudah untuk tubuhnya yang sekarang.
Hanya saja Theo ingin hasil yang maksimal. Memang dia bisa mela diri, tapi di alam dewa dia juga memiliki tubuh yang bagus sehingga dia bisa terlihat percaya diri. Tidak peduli bahwa dia baru saja keluar dari rumah sakit atau tidak, lagipula Theo mendapatkan jiwa baru yaitu Theo Alknight.
Lima ratus meter melewati pinggiran jalanan raya, sepertinya bukanlah sebuah masalah. Tapi ketika dia sudah lari sepanjag satu kilo meter, dia merasa napasnya sudah ngos-ngosan. Bahkan dia seperti tidak bisa melanjutkannya lagi.
“Sialan, kenapa tubuh Theo Javier ini benar-benar lemah?”
Maka dari itu, Theo terus memaksanya untuk berlari. Sehingga tidak peduli dengan napasnya, apa yang dia pikirkan hanyalah terus berlari, tidak peduli apa yang sebenarnya terjadi.
Setelah lima kilo meter, dia merasa kepalanya benar-benar pusing. Mungkin karena tubuhnya terlalu lemah dan juga dehidrasi yang membuat dia mungkin sulit untuk bisa melanjutkannya kembali.
“Aku yakin malam ini semua tubuhku mengalami semua rasa sakit.” Ungkap Theo mengeluh.
Dia istirahat sebentar, dengan duduk sambil meluruskan kakinya. Jika dia kembali, maka dia akan menempuh jarak lima kilo meter lagi dan itu akan sanga sulit. Sehingga dia bernapas terlebih dahulu sebelum dia kembali melanjutkan perjalannya.
Barulah saat dia sanggup mengumpulkan tenaga, dia kembali berlari. Tidak peduli apa yang akan terjadi setelahnya, tapi tekadnya benar-benar sudah bulat untuk berlari lagi pulang dengan jarak lima kilo meter.
Saat dia berlari, hari sudah mulai menunjukkan waktu pagi. Jalanan mulai ramai dan orang-orang berangkat bekerja. Perlahan juga, Theo sanggup untuk berdaptasi dengan lingkungan hanya dengan memanfaatkan pikiran dari Theo Javier sebelumnya.
Yang menjadi masalah, sampai kapan dia harus menjadi seperti ini? apakah elemen es nya akan tetap tidak ada dan dia menjadi manusia biasa seutuhnya? Itu jelas membuat dia merasa cukup kebingungan dan merasa menyesal telah melakukan perbuatan yang buruk di alam nirwana.
Tapi satu hal yang pasti bahwa keadaanya sudah berubah. Dia akan menerima apa adanya dan menegaskan sekali lagi bahwa dirinya telah menyandang gelar sebagai Theo Javier yang tidak memiliki apa-apa, bukan lagi Theo Alknight yang memiliki segalanya.
“Tolong!”
“Hentikan, apa yang kau lakukan! Apa kau tidak tahu siapa yang kau todongkan senjata?!”
“Aku tidak peduli! Tidak boleh ada satupun yang boleh melaporkan kepada polisi atau aku akan membunuh nona muda ini!”
Sebuah kerumunan di depan rumah makan membuat Theo menghentikan langkahnya. Dan dia bisa melihat ada seorang pria yang menggunakan masket dan topi tengah menyandra seorang wanita yang memiliki wajah anggun, cantik dan terlihat bahwa wanita itu berada di kalangan atas.
Pria yang menyandra wanita tersebut sebenarnya tidak tahu bahwa wanita yang sebelumnya dia sandra adalah Lyra Winata, yang mana dia adalah seorang putri keluarga Winata yang juga merupakan orang terkaya di kota besar ini, tidak, bahkan di provinsi Javaland timur ini! karena semuanya sudah pasti mengenalnya.
“Tapi ini sudah terlanjur, aku hanya perlu dia menyerahkan semua yang dia miliki dan aku lari di tempat ini.” Batinnya dengan cukup panik.
Sedangkan Lyra benar-benar bergidik ketakutan saat pria itu menguncinya dari belakang sedangkan tangan kanan orang tersebut menodongkan pisau ke arah lehernya.
Sayangnya pria itu benar-benar lengah, dari arah kirinya, seorang pemuda berumur belasan tahun berlari dengan sangat cepat. Siapa lagi jika bukan Theo yang melompat dan memberikan sebuah tendangan tepat pada leher pria tersebut?
Hal tersebut membuat keduanya terlempar, tapi Theo langsung menarik tangan Lyra ke arahnya dan berhasil membuat perempuan itu berada di dekapannya. Hal tersebut membuat orang yang ada di sekitar, termasuk Lyra benar-benar kaget melihat aksi tersebut. Apalagi dia menyadari bahwa dia berada di dekapan seseorang.
“Sialan, kau benar-benar berani denganku?” Pria tersebut berdiri. Tapi dia tidak memiliki waktu lagi untuk melawan atau yang terjadi semua orang akan mengeroyoknya. Sehingga dia memilih untuk berlari.
Theo melepaskan Lyra Winata terlebih dahulu dan memilih untuk mengejar pria tersebut. Meskipun dia baru berlari jauh, tapi setidaknya dia masih memiliki sisa energi yang bisa untuk mengejar dia.
“Telepon polisi!” Teriak Theo.
Pria tersbeut menoleh ke belakang dan memperhatikan bahwa Theo berlari sangat kencang. Sehingga pria tersebut berbalik badan dan langsung menodongkan pisaunya ke arah Theo.
Meski tubuhnya lemah, Theo masih memiliki ingatan bahwa dia memiliki bela diri yang terampil. Sehingga dia bergerak ke arah samping dan mengangkat tangan pria tersebut, dan langsung membantingnya tepat di atas tanah.
Theo menghela napas dengan lega, meski sebenarnya dia terengah-engah di tambah dengan keringatnya yang bercucuran.
“Sial, aku tertengkap!”
Orang-orang langsung mengerubungi Theo dan mencuri tersebut, mereka langsung menangkapnya agar tidak bisa lari sambil menunggu polisi datang. Sedangkan Theon langsung memilih agar pencuri itu diurus oleh mereka.
Theo menyeka keringat di dahinya, dia lantas berjalan tanpa peduli ikut campur dan memilih untuk kembali berjalan pulang.
“Tunggu!” Wanita yang baru saja Theo tolong memanggilnya.
Sehingga Theo menghentikan langkahnya, dan melirik ke belakang.
“Aku bukanlah orang yang buta akan terimakasih.” Lyra menghampiri Theo sambil membungkukkan setengah badannya.
Siapa yang tidak kenal dengan wanita primadona yang ada provinsi Javaland timur ini? Kota besar seperti Nagayuka pasti juga mengenalnya, bahkan di pikiran Theo juga sudah terukir siapa sebenarnya orang ini.
Bahkan dibandingkan dengan keluarga Agam, keluarga Winata masih berada di atasnya jauh. Sehingga orang-orang banyak yang mencari perhatian untuk membangun sebuah koneksi kepada Winata, bahkan mungkin keluarga Agam sekalipun.
“Adik, dimana rumahmu? Aku akan mengantarmu pulang.” Lyra menawarkan bantuan.
Theo berbalik badan, kemudian dia meregangkan tangnnya.
“Lihat nona, aku berkeringat. Dan mungkin juga bau karena aku habis berolahraga. Aku tidak ingin mengotori mobilmu.”
“Aku tidak peduli, adik. Aku bukanlah orang bodoh dan yang memperdulikan hal itu.”“Aku hanya ingin olahraga, nona. Jadi, jangan mengganggu aktivitasku.” Kata Theo sambil berbalik badan dan kembali berlari.Lyra Winata tidak bisa berkutik, dia hanya bisa menghela napas terpaksa.“Tapi setidaknya beritahu aku siapa namamu!” Teriak Lyra Winata.“Theo, Theo Javier.” Teriak Theo kembali.Lyra kembali senang, setidaknya jika dia sudah mengetahui namanya maka dia bisa mencarinya kapanpun dia mau. Lagipula dia masih berhutang budi kepada Theo karena sudah menolongnya. Selain itu, dia merasa bahwa Theo masih lah seorang pelajar yang membuat Lyra semakin tertarik.Lyra lantas pergi dari tempatnya. Berjalan ke arah sebuah mobil Audi a8 berwarna biru yang terlihat mencolok di pinggir jalan. Sebenarnya dia ingin mengikuti kemana perginya Theo, tapi dia tidak memilik banyak di pagi hari ini.Theo berlari santai sambil melihat keadaan sekitarnya, meski dia lelah, tapi jiwanya seolah masih bisa mena
Di pikirannya bahwa kehidupan dunia modern ini benar-benar menakjubkan sekaligus agak mengerikan. Juga beberapa pelajaran-pelajaran yang dia pelajari semalaman terlihat begitu ilmiah dan juga sangat bertolak belakang dibandingkan dengan yang ada di dunia dewa.Kendati demikian, Theo sudah berhasil untuk beradaptasi dengan aturan-aturan di dunia ini, baik itu kehidupan, tradisi dan juga gaya hidup para manusia. Bahkan saat dia berangkat secara tergesa-gesa seperti ini, dia sudah tidak heran dengan gedung-gedung tinggi, kendaraan berlalu lalang serta kehidupan yang tentram tanpa adanya kekuatan sihir.Melalui pikirannya, dia merasa bahwa dirinya akan terlambat. Sehingga Theo terus berlari mengejar waktu sebelum dirinya terlambat. Pasalnya sangat jarang dia terlambat berangkat ke sekolah yang jelas akan sangat merepotkan.“Sial, ini pukul berapa.” Batin Theo.Dari kejauhan, dia bisa melihat seorang pria gendut sedang menyeret sebuah gerbang dicat biru. Jelas itu membuat Theo semakin pani
“Kehidupanmu mengerikan sekali, ya?” Theo bermonolog. Kehidupan Javier terlalu menyedihkan. Dibandingkan dengan diri Theo di alam dewa yang memiliki kehidupan yang penuh hormat, diagungkan, Javier justru sebaliknya. Dia diinjak-injak oleh orang yang begitu kuat, dia bukan lagi diagungkan, tetapi direndahkan serendah-rendahnya. Layaknya seekor tikus yang tidak memiliki harga diri sama sekali.Sebenarnya yang menjadi masalah, Theo Javier, terlalu penakut. Juga teman-teman sekelas Theo, seluruh guru, mereka semuanya terlau penakut. Lagipula kehidupan di sekolah ini layaknya alam liar, juga penuh dengan kehidupan superior. Tidak menurut? Kekayaan bisa membungkam.Teman-teman sekelas Theo, alias 11 sains memang kaya-kaya. Itu fakta. Tapi dibandingkan dengan kekayaan orang yang berpengaruh di sekolah ini seperti Zhayn Agam, mereka memilih untuk tidak ikut campur urusan anak-anak orang yang lebih kaya dan berpengaruh itu, termasuk apabila anak-anak konglomerat itu mengganggu Theo. Reputasi j
“Dengan ini aku memberikan pedang Crystal Frostweaver kepada putraku, Theodoric Alknight.” Itulah ucapan yang Sirius Alnight ingat beberapa minggu yang lalu. Pedang yang hanya bisa diangkat oleh keturunan Alknight itu sekarang berada di tangan putranya. Harapan yang ingin nyata, bahwa pemegang pedang turun termurun bisa menjadi pelindung bagi orang-orang lemah di masa depan. Tapi nyatanya berbeda, Theodoric Alknight berdiri dengan sombongnya di puncak gunung. Menyangga dirinya dengan menggunakan sebuah pedang dengan tatapan yang cukup tajam. Menatap lawan atau ayahnya bagaikan mata pedang yang siap untuk menusuk kapapun. Alam Nirwana, tempat berkumpulnya para dewa baru saja melihat sebuah pertarungan ayah dan anak. Hanya karena anak, Theodoric Alknight menyalahgunakan kekuatannya hanya untuk bersenang-senang dengan cara yang salah. Usai mendapatkan Crystal Frostweaver, Theo justru semakin sombong. Dia menantang siapa saja untuk melawan dirinya. Dan itu berakibat fatal. Beberapa or
6 Juni 2045, Kota Angin (Kabupaten Nagayuka) Provinsi Javaland Timur, New Santara. Theo membuka matanya secara perlahan-lahan, tubuhnya mengalami kejut dan bangkit seolah dia mengalami mimpi yang cukup buruk. Tapi untuk saat ini, dia menyadari bahwa dia berada di suatu tempat yang cukup aneh. Saat dia bangun, seseorang berlari keluar. Seseorang yang sekilas adalah seseorang pria paruh yang tiba-tiba tergesa penuh kekhawatiran. Di sekitarnya adalah ruangan serba putih, sedangkan dirinya berada di atas sebuah kasur dengan selimut berwarna hitam putih bergaris. Selain itu juga, dia merasa bahwa sebuah selang menusuk tepat pada tangannya yang membuat dia cukup heran. Dia ingin menarik selang tersebut, tapi saat dia menurut selang tersebut dia bisa melihat sebuah cairan yang menggantung di sebuah tiang penyangga. Ekspresi Theo benar-benar tak karuan dan kacau. Dia tidak tahu dirinya berada di mana. Tempat ini cukup femillier dan aneh, terlihat asing dan cukup damai dan tidak ada apap
“Tuan Javier, putra Anda bisa pulang dan tidak boleh melakukan aktivitasnya selama satu minggu.” Kata dokter tersebut.“Aku mengerti pak.”“Tuan, ini adalah perundungan, aku menegaskan sekali lagi, bukankah seharusnya kejadian ini dilaporkan kepada polisi? Bahkan korban hampir meregang nyawa karena ada pendarahan di kepalanya.” Tanya dokter tersebut.Zuan Javier menggertakkan giginya perlahan, “Keluarga Agam memiliki kekuasaan yang besar. Bahkan setelah kepolisian bertindak, diduga putraku hanya jatuh dari lantai. Ini masalah permainan uang. Sialan, bedebah sialan itu benar-benar.”Siang itu Theo berjalan di koridor rumah sakit bersama ayahnya. Wajahnya benar-benar linglung karena ini terlihat sangat asing. Tidak juga sebenarnya, karena ingatan Theo Javier juga tercatat di pikiran Theo untuk saat ini. Sehingga dia bisa mengetahui satu persatu. Meski begitu, jiwa Theo Alknight berusaha untuk beradaptasi dengan hal yang berbeda dengan di alam Nirwana.Tapi sejujurnya, baginya ini adalah
Sempat mengalami kesulitan, akhirnya bisa beradaptasi di tubuh barunya. Beberapa ingatanjuga terkoneksi yang membuat dia sedikit paham cara kerja sistem dunia modern ini yang sungguh menakjubkan. Dimasa ini dia untuk sementara waktu akan hidup sebagai Theo Javier. Kehidupan yang baru ini sangat percuma untuk disesali, lagipula dia menyadari bahwa ini adalah hukuman ilahi dari ayahnya karena perbuatannya sendiri. Jadi lebih baik dia melanjutkan kehidupan apa yang ada, tidak peduli siapa dirinya tapi yang jelas dia menyandang bahwa identitasnya adalah Theo Javier, putra dari Zuan. Beberapa waktu yang lalu mereka pada akhirnya sudah pulang. Zuan berusaha untuk menuntun Theo tapi Theo menolak dan berjalan apa adanya dan semestinya. Pikirannya sudah tidak linglung lagi tentang adaptasi yang membuat dia kebingungan. Lagipula semuanya sudah ada yang membuat dia tidak untuk tidak paham, kecuali beberapa yang tidak diketahui oleh Theo sebelumnya. Apalagi seteleh Theo mencoba untuk mengangka