Share

Bab 5. Lyra Winata

Bagi Zuan sendiri ini adalah perilaku yang cukup aneh untuk Theo. Dia bertanya-tanya, apakah selama dia beekrja, Theo akan melakukan aktivitias seperti ini? namun rasanya tidak, setiap dia pulang, Theo hanya akan bergegas untuk berangkat sekolah. Terlebih ini adalah masa pemulihannya, dan seharusnya Theo masih terbaring di atas kasur.

Dia merasa, Theo seperti baik-baik saja.

Pukul lima pagi, Theo hanya berjalan biasa. Saat itu juga bertepatan pada matahari yang akan terbit sehingga keadaan semakin terang. Dia melakukan ini hanya untuk membentuk fisiknya kembali. Karena dia merasa cukup aneh dengan keadaan fisik Theo yang sekarang.

Jelas Theo Alknight harus bisa membuat tubuh Javier ini lebih berisi dan tidak akan menjadi bahan perundungan. Meski sebenarnya, di otaknya masih tertanam bahwa Theo Alknight bisa melakukan sebuah bela diri, sehingga melawan seseorang pun masih tergolong mudah untuk tubuhnya yang sekarang.

Hanya saja Theo ingin hasil yang maksimal. Memang dia bisa mela diri, tapi di alam dewa dia juga memiliki tubuh yang bagus sehingga dia bisa terlihat percaya diri. Tidak peduli bahwa dia baru saja keluar dari rumah sakit atau tidak, lagipula Theo mendapatkan jiwa baru yaitu Theo Alknight.

Lima ratus meter melewati pinggiran jalanan raya, sepertinya bukanlah sebuah masalah. Tapi ketika dia sudah lari sepanjag satu kilo meter, dia merasa napasnya sudah ngos-ngosan. Bahkan dia seperti tidak bisa melanjutkannya lagi.

“Sialan, kenapa tubuh Theo Javier ini benar-benar lemah?”

Maka dari itu, Theo terus memaksanya untuk berlari. Sehingga tidak peduli dengan napasnya, apa yang dia pikirkan hanyalah terus berlari, tidak peduli apa yang sebenarnya terjadi.

Setelah lima kilo meter, dia merasa kepalanya benar-benar pusing. Mungkin karena tubuhnya terlalu lemah dan juga dehidrasi yang membuat dia mungkin sulit untuk bisa melanjutkannya kembali.

“Aku yakin malam ini semua tubuhku mengalami semua rasa sakit.” Ungkap Theo mengeluh.

Dia istirahat sebentar, dengan duduk sambil meluruskan kakinya. Jika dia kembali, maka dia akan menempuh jarak lima kilo meter lagi dan itu akan sanga sulit. Sehingga dia bernapas terlebih dahulu sebelum dia kembali melanjutkan perjalannya.

Barulah saat dia sanggup mengumpulkan tenaga, dia kembali berlari. Tidak peduli apa yang akan terjadi setelahnya, tapi tekadnya benar-benar sudah bulat untuk berlari lagi pulang dengan jarak lima kilo meter.

Saat dia berlari, hari sudah mulai menunjukkan waktu pagi. Jalanan mulai ramai dan orang-orang berangkat bekerja. Perlahan juga, Theo sanggup untuk berdaptasi dengan lingkungan hanya dengan memanfaatkan pikiran dari Theo Javier sebelumnya.

Yang menjadi masalah, sampai kapan dia harus menjadi seperti ini? apakah elemen es nya akan tetap tidak ada dan dia menjadi manusia biasa seutuhnya? Itu jelas membuat dia merasa cukup kebingungan dan merasa menyesal telah melakukan perbuatan yang buruk di alam nirwana.

Tapi satu hal yang pasti bahwa keadaanya sudah berubah. Dia akan menerima apa adanya dan menegaskan sekali lagi bahwa dirinya telah menyandang gelar sebagai Theo Javier yang tidak memiliki apa-apa, bukan lagi Theo Alknight yang memiliki segalanya.

“Tolong!”

“Hentikan, apa yang kau lakukan! Apa kau tidak tahu siapa yang kau todongkan senjata?!”

“Aku tidak peduli! Tidak boleh ada satupun yang boleh melaporkan kepada polisi atau aku akan membunuh nona muda ini!”

Sebuah kerumunan di depan rumah makan membuat Theo menghentikan langkahnya. Dan dia bisa melihat ada seorang pria yang menggunakan masket dan topi tengah menyandra seorang wanita yang memiliki wajah anggun, cantik dan terlihat bahwa wanita itu berada di kalangan atas.

Pria yang menyandra wanita tersebut sebenarnya tidak tahu bahwa wanita yang sebelumnya dia sandra adalah Lyra Winata, yang mana dia adalah seorang putri keluarga Winata yang juga merupakan orang terkaya di kota besar ini, tidak, bahkan di provinsi Javaland timur ini! karena semuanya sudah pasti mengenalnya.

“Tapi ini sudah terlanjur, aku hanya perlu dia menyerahkan semua yang dia miliki dan aku lari di tempat ini.” Batinnya dengan cukup panik.

Sedangkan Lyra benar-benar bergidik ketakutan saat pria itu menguncinya dari belakang sedangkan tangan kanan orang tersebut menodongkan pisau ke arah lehernya.

Sayangnya pria itu benar-benar lengah, dari arah kirinya, seorang pemuda berumur belasan tahun berlari dengan sangat cepat. Siapa lagi jika bukan Theo yang melompat dan memberikan sebuah tendangan tepat pada leher pria  tersebut?

Hal tersebut membuat keduanya terlempar, tapi Theo langsung menarik tangan Lyra ke arahnya dan berhasil membuat perempuan itu berada di dekapannya. Hal tersebut membuat orang yang ada di sekitar, termasuk Lyra benar-benar kaget melihat aksi tersebut. Apalagi dia menyadari bahwa dia berada di dekapan seseorang.

“Sialan, kau benar-benar berani denganku?” Pria tersebut berdiri. Tapi dia tidak memiliki waktu lagi untuk melawan atau yang terjadi semua orang akan mengeroyoknya. Sehingga dia memilih untuk berlari.

Theo melepaskan Lyra Winata terlebih dahulu dan memilih untuk mengejar pria tersebut. Meskipun dia baru berlari jauh, tapi setidaknya dia masih memiliki sisa energi yang bisa untuk mengejar dia.

“Telepon polisi!” Teriak Theo.

Pria tersbeut menoleh ke belakang dan memperhatikan bahwa Theo berlari sangat kencang. Sehingga pria tersebut berbalik badan dan langsung menodongkan pisaunya ke arah Theo.

Meski tubuhnya lemah, Theo masih memiliki ingatan bahwa dia memiliki bela diri yang terampil. Sehingga dia bergerak ke arah samping dan mengangkat tangan pria tersebut, dan langsung membantingnya tepat di atas tanah.

Theo menghela napas dengan lega, meski sebenarnya dia terengah-engah di tambah dengan keringatnya yang bercucuran.

“Sial, aku tertengkap!”

Orang-orang langsung mengerubungi Theo dan mencuri tersebut, mereka langsung menangkapnya agar tidak bisa lari sambil menunggu polisi datang. Sedangkan Theon langsung memilih agar pencuri itu diurus oleh mereka.

Theo menyeka keringat di dahinya, dia lantas berjalan tanpa peduli ikut campur dan memilih untuk kembali berjalan pulang.

“Tunggu!” Wanita yang baru saja Theo tolong memanggilnya.

Sehingga Theo menghentikan langkahnya, dan melirik ke belakang.

“Aku bukanlah orang yang buta akan terimakasih.” Lyra menghampiri Theo sambil membungkukkan setengah badannya.

Siapa yang tidak kenal dengan wanita primadona yang ada provinsi Javaland timur ini? Kota besar seperti Nagayuka pasti juga mengenalnya, bahkan di pikiran Theo juga sudah terukir siapa sebenarnya orang ini.

Bahkan dibandingkan dengan keluarga Agam, keluarga Winata masih berada di atasnya jauh. Sehingga orang-orang banyak yang mencari perhatian untuk membangun sebuah koneksi kepada Winata, bahkan mungkin keluarga Agam sekalipun.

“Adik, dimana rumahmu? Aku akan mengantarmu pulang.” Lyra menawarkan bantuan.

Theo berbalik badan, kemudian dia meregangkan tangnnya.

“Lihat nona, aku berkeringat. Dan mungkin juga bau karena aku habis berolahraga. Aku tidak ingin mengotori mobilmu.” 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status