Share

Bab 2. Dunia Lain

6 Juni 2045, Kota Angin (Kabupaten Nagayuka) Provinsi  Javaland Timur, New Santara.

Theo membuka matanya secara perlahan-lahan, tubuhnya mengalami kejut dan bangkit seolah dia mengalami mimpi yang cukup buruk. Tapi untuk saat ini, dia menyadari bahwa dia berada di suatu tempat yang cukup aneh.

Saat dia bangun, seseorang berlari keluar. Seseorang yang sekilas adalah seseorang pria paruh yang tiba-tiba tergesa penuh kekhawatiran.

Di sekitarnya adalah ruangan serba putih, sedangkan dirinya berada di atas sebuah kasur dengan selimut berwarna hitam putih bergaris. Selain itu juga, dia merasa bahwa sebuah selang menusuk tepat pada tangannya yang membuat dia cukup heran.

Dia ingin menarik selang tersebut, tapi saat dia menurut selang tersebut dia bisa melihat sebuah cairan yang menggantung di sebuah tiang penyangga.

Ekspresi Theo benar-benar tak karuan dan kacau. Dia tidak tahu dirinya berada di mana. Tempat ini cukup femillier dan aneh, terlihat asing dan cukup damai dan tidak ada apapun.

Apa yang sebenarnya terjadi? Itulah kalimat yang dia pikirkan. Perasaan aneh ini membuatnya khawatir. Ingatannya kacau, tapi terakhir kali dia mengingat, sesuatu hal yang dia ingat ada dua hal.

Pertama, dia tepat berhadapan dengan ayahnya secara buas yang membuat Theo sama sekali tidak bisa mengelak.

Yang kedua, ini cukup asing dan membuat anak itu menjadi cukup bingung tentang semuanya. Dimana hal kedua yang dia ingat adalah, dia dipukuli oleh sekelompok pria berseragam yang membawa tas sehingga dirinya berada di tempat seperti ini.

“Theo, apa yang terjadi sebenarnya? Ini, ini bukan alam Nirwana? Aku berada di tempat lain, bernama, Bumi?” Theo bertanya kepada dirinya sendiri.

Dia melihat sekeliling, tepat pada sebuah lemari kecil yang terdapat sebuah cermin. Dia menatap dengan serius. Tapi yang aneh adalah, dia sama sekali tidak melihat wajah dirinya sendiri.

Yang ada hanyalah seseorang yang terlihat biasa saja dan sama sekali tidak memiliki wibawa, penuh dengan kesedihan dan ada luka lebam di beberapa sisi, juga kain putih melilit kepalanya. Dan yang membuatnya terkejut, dia memiliki lengan yang kecil dan sama sekali tidak berisi. Bisa dibilang, tubuhnya berada di titik manusia paling lemah.

“Theo, ini seperti sistem reinkarnasi. Aku terlahir kembali tapi ..... ini benar-benar berbeda. Aku menempati tubuh orang lain yang jiwanya sudah meninggal. Ini benar-benar membingungkan.” Theo berkata sambil menyentuh kepalanya sendiri. Dia benar-benar membingungkan.

“Sial, ayah biadab. Apa yang kau lakukan padaku?” Theo menggertakkan giginya.

Beberapa detik kemudian, sebuah pintu ruangan terbuka lebar. Memperlihatkan sosok pria paruh baya yang menggunakan sebuah pakaian atau lebih tepatnya seperti jubah putih? Tidak, itu adalah sebuah jas putih yang dikenakan olehnya. Di belakang pria paruh baya itu terdapat seorang wanita yang membawa sebuah lembaran, di tambah menggunakan sebuah topi miring.

“Theodoric Javier, aku pikir kau ..... ini keajaiban!” Dokter paruh baya itu terkejut melihat Theo yang sudah bangun.

Padahal dia berpikir bahwa kemungkinan Theo hidup hanyalah empat puluh persen setelah menjalani oprasi yang cukup serius pada otaknya yang diduga mengalami pendarahan yang cukup berat. Meskipun selamat, masih ada kemungkinan terburuk adalah hilang ingatan.

“Theodoric Javier, namaku ....” Theo menghentikan ucapannya. Mungkin dia merasa bahwa itu bukanlah namanya, melainkan Theodoric Alknight. Tapi ada yang janggal, sekilas ingatannya kacau bahwa dia juga mengingat bahwa namanya adalah Theodoric Javier.

Hal tersebut membuat dia mengalami sakit kepala dan menyentuh kepalanya.

Dokter merasa was-was dan dengan sigap membaringkan Theodoric.

“Tidak apa-apa. Sepertinya kau mengalami hilang ingatan. Tapi kita tidak bisa menyimpulkan dalam satu pertanyaan.” Dokter itu berkata.

“Siapap namamu?” Tanya perawat tersebut.

“Theo Alk .... tidak, Theo Javier.”

“Umur?” Tanyanya kembali.

“20 .... tidak, umurku 18 tahun?” Theodoric berkata dengan penuh kebingungan.

“Nama Ayahmu, seharusnya kau bisa mengingatnya.” Perawat itu kembali mengecek ingatan Theo.

“Sirius Al .... Zuan Javier?” Theo berkata sambil menatap perawat itu dengan mata yang penuh kerutan seolah tidak bisa mengingat dengan benar.

Masalahnya saat Theo ingin menjawab, ada dua cabang pikiran yang membuatnya terganggu. Seperti pikiran kedua ini tiba-tiba ada di pikirannya dan berada di realita yang utama saat ini. Sehingga itu membuatnya bingung.

Hal tersebut membuat dokter dan perawat saling menatap dan merasa ada yang janggal. Mereka merasa mungkin ini adalah sebuah awal gejala bahwa Theo Javier mengalami hilang ingatan. Meski begitu yang menjadi aneh, Theo seperti mempunyai ingatan lain karena dia menjawab secara spotan identitasnya tapi secara salah dan langsung menggantinya.

“Perawat, panggilkan tuan Javier.” Ketus dokter dengan wajah yang cukup serius.

Perawat itu mengangguk, kemudian dia memanggil sosok tuan Javier yang sedang mondar-mandir di luar kamar.

Sosok pria yang mungkin berusia tiga puluh tahunan masuk secara tergesa-gesa. Datang yang kemudian langsung memeluk Theo dengan cukup erat. Pria itu cukup merasa sedih dan tidak ingin merasa kehilangan.

Apalagi sosok Theodoric adalah putra satu-satunya tuan Zuan Javier. Ibunya sudah meninggal sewaktu dia kecil sehingga membuat Zuan Jaivier harus bisa merawat dengan sendirinya.

Tapi itu bukan masalah, yang menjadi masalah Zuan Javier adalah pekerja paruh waktu. Bahkan dia pulang mungkin satu bulan sekali sehingga membuat Theodoric merasa kurang mendapatkan kasih sayang dari orang tuanya sendiri.

Tahun-tahun lalu sebenarnya Zuan Javier menyewa seorang pembantu untuk merawat Theodoric. Tapi sehubung Theo tumbuh besar, Zuan Javier berusaha membuat Theo tumbuh secara mandiri pada masa SMA nya. Hal tersebut semestinya membuat Theodoric tidak memiliki siapa-siapa lagi.

“Ini keajaiban, aku berpikir hal paling buruknya adalah kematian tuan Javier. Tapi takdir berkata lain bahwa putra Anda selamat dari pengroyokan tersebut. Meski hanya sedikit linglung.” Kata dokter tersebut.

Zuan Javier sedikit tersenyum, lantas dia berkata, “Terimakasih dokter.”

Theodoric mengusap wajahnya. Ini benar-benar menyedihkan. Mereka tidak tahu bahwa jiwa Theodoric Javier atau putra Zuan sudah tidak ada lagi di dunia ini, Theodoric Javir yang sebenarnya sudah meninggal, dan tubuhnya digantikan oleh Theodoric Alknight dari alam nirwana.

Jika mereka tahu fakta ini dari mulut Theo, mereka pasti akan menganggap sebuah kejadian yang cukup langka. Seperti misalnya Theo akan didiagnosa penyakit tertentu dan mendapatkan penyakit dari luar. Atau mungkin selama pingsan Theo dianggap dihadapkan di kehidupan yang berbeda dalam mimpinya.

Sehingga Theo hanya diam dan tidak ingin membuat fakta itu muncul. Ayahnya (Sirius) yang membuatnya seperti ini. Atau mungkin tanpa dia sadari ini adalah sebuah hukuman baginya.

Tapi di sisi lain Theo juga cukup penasaran tentang dunia ini. Beberapa ingatan aneh dan misterius juga muncul di pikirannya selain itu, hal buruk yang ada di pikirannya hanyalah satu, yaitu perundungan.

Ingatnya, Theo Javier berada di rumah sakit juga karena perundungan. Beberapa minggu yang lalu Theo Javier seperti telah menyinggung seseorang yang memiliki badan yang lebih besar, hal tersebut berakibat fatal karena seseorang itu kemudian memukulnya secara terus menerus bersama teman-temannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status