Di pikirannya bahwa kehidupan dunia modern ini benar-benar menakjubkan sekaligus agak mengerikan. Juga beberapa pelajaran-pelajaran yang dia pelajari semalaman terlihat begitu ilmiah dan juga sangat bertolak belakang dibandingkan dengan yang ada di dunia dewa.
Kendati demikian, Theo sudah berhasil untuk beradaptasi dengan aturan-aturan di dunia ini, baik itu kehidupan, tradisi dan juga gaya hidup para manusia. Bahkan saat dia berangkat secara tergesa-gesa seperti ini, dia sudah tidak heran dengan gedung-gedung tinggi, kendaraan berlalu lalang serta kehidupan yang tentram tanpa adanya kekuatan sihir.
Melalui pikirannya, dia merasa bahwa dirinya akan terlambat. Sehingga Theo terus berlari mengejar waktu sebelum dirinya terlambat. Pasalnya sangat jarang dia terlambat berangkat ke sekolah yang jelas akan sangat merepotkan.
“Sial, ini pukul berapa.” Batin Theo.
Dari kejauhan, dia bisa melihat seorang pria gendut sedang menyeret sebuah gerbang dicat biru. Jelas itu membuat Theo semakin panik dan mempercepat langkahnya karena jika gerbang itu ditutup seutuhnya maka akan menjadi sangat merepotkan.
“Tunggu!”
Satpam gendut itu sama sekali tidak menghiraukan teriakan Theo. Aturan tetaplah berlaku apabila gerbang ditutup seutuhnya alias tidak bisa masuk, maka akan ada sebuah konsekuensi yang merepotkan.
Untungnya Theo melihat sebuah pohon mangga yang berdiri kooh di depan gerbang. Dia hanya fokus pada satu tempat tersebut, dan sama sekali tidak peduli dengan gerbang yang ditutup. Selama dia bisa masuk, maka dia aman.
Pintu gerbang ditutup seutuhnya. Satpam gendut itu tersenyum puas karena bisa memberikan sebuah pelajaran bagi murid yang terlambat. Apalagi setelah satpam itu menyipitkan matanya, dia bisa mengenal siapa bocah itu.
“Theo Javier? Setelah berhari-hari akhirnya dia masuk. Tapi sayang sekali untuk saat ini dia akan menghadapi konsekuensi.”
Tapi, itu semua tidak seperti yang dia harapkan. Dimana Theo langsung melompat ke arah pohon mangga, dan langsung meloncati sebuah pagar sambil jungkir balik di udara. Kemudian, dia mendarat dengan bertumpu pada kedua kaki dan salah satu tangannya sehingga dia bisa masuk ke dalam sekolah sepenuhnya.
Barulah, dia berlari untuk menuju kelasnya, sebelum guru masuk terlebih dahulu.
Satpam tersebut mengucek matanya. Kejadian melompati pagar tentu saja merupakan sebuah kejadian pertama yang mana itu semua sama sekali belum pernah dilakukan oleh satu orang muridpun. Tapi kali ini, dia baru melihat salah satu murid yang bisa berakrobat seperti itu.
Apa yang membuatnya tidak percaya, sebenarnya adalah bahwa anak itu adalah Theo Javier!
“Apakah itu memang Theo?” dia melotot, lama untuk mempercayainya. “Itu Theo Javier?”
...........
SMA Swasta kota Saranja. Jelas itu merupakan sebuah sekolah bergengsi yang ada di kota angin ini. Beberapa murid merupakan putra dari keluarga berada, terutama Zhayn Agam yang menjadi sosok murid yang paling mencolok di sini.
Tidak, semuanya memang berani, selama seseorang memiliki uang, kekuasaan dan apa yang mereka kehendaki, siapapun akan mereka lawan. Bahkan jika dewan rakyat? Itu hanya sepele. Tapi, bagaimana dengan Theo? Ibarat dia adalah seorang tikus yang berada di kandang dengan ribuan singa.
Dan juga Theo tentunya. Hanya saja dia tidak tahu bagaiman dirinya membayar. Setiap waktu tempo pembayaran, tagihannya sudah lunas. Dan dia pasti yakin bahwa yang membayar adalah ayahnya. Meski sebenarnya hal paling berat ketika tahu bahwa ayahnya memang diam-diam membayar uang sekolahnya.
Padahal sekolah ini cukup bergengsi, dia tidak tahu bagaimana bisa ayahnya membayarnya. Bahkan dia sendiri juga tidak tahu apa pekerjaan ayah Theo yang sebenarnya.
Theo melewati lorong, menuju kelas miliknya. Sedikit informasi, dia adalah seorang siswa yang berada di 11 kelas Sains. Cukup keren sepertinya jika masuk ke dalam kelas matematika dan ipa yang membuat seseorang benar-benar pusing.
Tapi dia menyadari, saat ini dia melewati sebuah kelas yang sebelumnya neraka baginya. Social adalah tempat yang menakutkan, tapi bagi Theo sebelumnya. Sebelum dia koma, tempat ini kerap kali membuat dia harus masuk dan dipukuli oleh anak-anak 11 kelas sosial. Dan tentunya, Zhayn dan rekan-rekannya berada di tempat ini.
Namun, tiba-tiba dia teringat bahwa di kelas ini juga ada seorang wanita yang bisa dibilang nakal, tapi tidak terlalu. Dan, kebenarannya adalah .... Viona, kekasih Theo. Entah bagaimana bisa terjadi, yang pasti memiliki masa lalu yang panjang dan mungkin Viona melakukannya hanya sekedar sebagai sebuah permainan untuk mempermainkan Theo. Tapi, Theo dulu justru menganggapnya serius yang membuat dia tambah dipermalukan.
Melewati sebuah pintu, dia menoleh ke samping dengan pelan. Memberikan senyuman yang menakutkan dan memandang beberapa siswa 11 Kelas Sosial sebelum dia benar-benar pergi.
“Itu, itu Theo. Sial, dia ternyata masih hidup! Bos, Theo baru saja datang ke sekolah ini!” Salah satu siswa yang menyadari itu, dia langsung melaporkannya kepada Zhayn.
Seluruh siswa 11 kelas sosial ini benar-benar terkejut. Apalagi dibuktikan bahwa beberapa siswa yang melihat Theo berlari sambil melirik ke arah sini dengan tatapan yang tajam.
“Theo, sial! Bukankah seharusnya dia meninggal?! Haha tapi tidak apa-apa. Kita masih memiliki target untuk menjadi bahan perundungan.” Zhayn Agam benar-benar bersemangat.
Viona hanya diam dan sama sekali tidak peduli secara nyata. Tapi dalam hatinya dia tidak percaya bahwa anak itu masih hidup. Walaupun dia tidak tahu bagaimana menyikapinya, lagipula dia meminta Theo untuk menjadi pacarnya bukan karena perasaan, melainkan dia juga ingin mempermainkan Theo. Dan yang membuatnya mengundang gelak tawa ketika Theo justru menganggap hubungan ini benar-benar serius.
Siapa yang menyangka bahwa Theo Javier berani melakukan hal demikian? Viona misalnya adalah seorang keluarga yang terpandang. Orang-orang menganggap Theo yang rendahan benar-benar sangat bodoh. Dan Theo sekarang menyadari, bahwa dirinya bodoh akan hal itu.
Orang berpikir kembalinya Theo akan menjadi sasaran empuk bagi singa-singa di sini. Tapi Theo menyadari sesuatu bahwa, “Mulai hari ini, tidak akan terjadi lagi. Aku yang akan ada di puncak. Javier, kau tenang saja.”
“Istirahat, panggil dia kesini. Aku hanya ingin bermain-main.” Kata Zhayn dengan senyuman di wajahnya.
“Tapi bos, bukankah dia baru saja keluar dari rumah sakit? apakah itu tidak berlebihan?” Tanya bawaham Zhayn yang lainnya.
“Ayolah, kita hanya bermain-main.”
..............
“Selamat pagi!”
Siapa yang peduli dengan keberadaan seorang pecundang? Theo berdiri di depan pintu, menyapa dengan lembut kepada semua orang. Tapi, tatapan mata kosong hanya tertuju padanya, tidak ada yang begitu peduli kepada sosok pecundang yang tidak bisa berbuat apa-apa ini.
Tatapan kosong, dibalas tatapan kosong. Mereka tidak peduli? Baik, siapa yang akan peduli kepada mereka sekarang? Theo juga memberikan kesan kosong, ekspresi yang datar. Ini sebenarnya hal yang mengejutkan bagi orang-orang yang ada di kelas ini.
Awalnya mereka memang tidak peduli, apakah Theo masuk hari ini atau tidak setelah beberapa minggu lamanya, namun kedatangan Theo sungguh berbeda, sangat berbeda. Aura Theo tampak begitu tenang, dan tak ada sedikitpun kesedihan di dalam diri Theo. Jika dipikir-pikir, kedatangan Theo ke kelas, pasti dimulai dengan menundukkan kepalanya, tidak berani menatap siapa-siapa dan cukup memalukan.
Namun kali ini, mereka bak ditatap seorang pemburu, binatang buas atau hal lainnya yang intinya menunjukkan tatapan yang begitu tajam. Kesan yang berbeda sehingga 36 dari 37 siswa di kelas 11 sains ini tidak mengalihkan pandangannya.
“Kehidupanmu mengerikan sekali, ya?” Theo bermonolog. Kehidupan Javier terlalu menyedihkan. Dibandingkan dengan diri Theo di alam dewa yang memiliki kehidupan yang penuh hormat, diagungkan, Javier justru sebaliknya. Dia diinjak-injak oleh orang yang begitu kuat, dia bukan lagi diagungkan, tetapi direndahkan serendah-rendahnya. Layaknya seekor tikus yang tidak memiliki harga diri sama sekali.Sebenarnya yang menjadi masalah, Theo Javier, terlalu penakut. Juga teman-teman sekelas Theo, seluruh guru, mereka semuanya terlau penakut. Lagipula kehidupan di sekolah ini layaknya alam liar, juga penuh dengan kehidupan superior. Tidak menurut? Kekayaan bisa membungkam.Teman-teman sekelas Theo, alias 11 sains memang kaya-kaya. Itu fakta. Tapi dibandingkan dengan kekayaan orang yang berpengaruh di sekolah ini seperti Zhayn Agam, mereka memilih untuk tidak ikut campur urusan anak-anak orang yang lebih kaya dan berpengaruh itu, termasuk apabila anak-anak konglomerat itu mengganggu Theo. Reputasi j
“Dengan ini aku memberikan pedang Crystal Frostweaver kepada putraku, Theodoric Alknight.” Itulah ucapan yang Sirius Alnight ingat beberapa minggu yang lalu. Pedang yang hanya bisa diangkat oleh keturunan Alknight itu sekarang berada di tangan putranya. Harapan yang ingin nyata, bahwa pemegang pedang turun termurun bisa menjadi pelindung bagi orang-orang lemah di masa depan. Tapi nyatanya berbeda, Theodoric Alknight berdiri dengan sombongnya di puncak gunung. Menyangga dirinya dengan menggunakan sebuah pedang dengan tatapan yang cukup tajam. Menatap lawan atau ayahnya bagaikan mata pedang yang siap untuk menusuk kapapun. Alam Nirwana, tempat berkumpulnya para dewa baru saja melihat sebuah pertarungan ayah dan anak. Hanya karena anak, Theodoric Alknight menyalahgunakan kekuatannya hanya untuk bersenang-senang dengan cara yang salah. Usai mendapatkan Crystal Frostweaver, Theo justru semakin sombong. Dia menantang siapa saja untuk melawan dirinya. Dan itu berakibat fatal. Beberapa or
6 Juni 2045, Kota Angin (Kabupaten Nagayuka) Provinsi Javaland Timur, New Santara. Theo membuka matanya secara perlahan-lahan, tubuhnya mengalami kejut dan bangkit seolah dia mengalami mimpi yang cukup buruk. Tapi untuk saat ini, dia menyadari bahwa dia berada di suatu tempat yang cukup aneh. Saat dia bangun, seseorang berlari keluar. Seseorang yang sekilas adalah seseorang pria paruh yang tiba-tiba tergesa penuh kekhawatiran. Di sekitarnya adalah ruangan serba putih, sedangkan dirinya berada di atas sebuah kasur dengan selimut berwarna hitam putih bergaris. Selain itu juga, dia merasa bahwa sebuah selang menusuk tepat pada tangannya yang membuat dia cukup heran. Dia ingin menarik selang tersebut, tapi saat dia menurut selang tersebut dia bisa melihat sebuah cairan yang menggantung di sebuah tiang penyangga. Ekspresi Theo benar-benar tak karuan dan kacau. Dia tidak tahu dirinya berada di mana. Tempat ini cukup femillier dan aneh, terlihat asing dan cukup damai dan tidak ada apap
“Tuan Javier, putra Anda bisa pulang dan tidak boleh melakukan aktivitasnya selama satu minggu.” Kata dokter tersebut.“Aku mengerti pak.”“Tuan, ini adalah perundungan, aku menegaskan sekali lagi, bukankah seharusnya kejadian ini dilaporkan kepada polisi? Bahkan korban hampir meregang nyawa karena ada pendarahan di kepalanya.” Tanya dokter tersebut.Zuan Javier menggertakkan giginya perlahan, “Keluarga Agam memiliki kekuasaan yang besar. Bahkan setelah kepolisian bertindak, diduga putraku hanya jatuh dari lantai. Ini masalah permainan uang. Sialan, bedebah sialan itu benar-benar.”Siang itu Theo berjalan di koridor rumah sakit bersama ayahnya. Wajahnya benar-benar linglung karena ini terlihat sangat asing. Tidak juga sebenarnya, karena ingatan Theo Javier juga tercatat di pikiran Theo untuk saat ini. Sehingga dia bisa mengetahui satu persatu. Meski begitu, jiwa Theo Alknight berusaha untuk beradaptasi dengan hal yang berbeda dengan di alam Nirwana.Tapi sejujurnya, baginya ini adalah
Sempat mengalami kesulitan, akhirnya bisa beradaptasi di tubuh barunya. Beberapa ingatanjuga terkoneksi yang membuat dia sedikit paham cara kerja sistem dunia modern ini yang sungguh menakjubkan. Dimasa ini dia untuk sementara waktu akan hidup sebagai Theo Javier. Kehidupan yang baru ini sangat percuma untuk disesali, lagipula dia menyadari bahwa ini adalah hukuman ilahi dari ayahnya karena perbuatannya sendiri. Jadi lebih baik dia melanjutkan kehidupan apa yang ada, tidak peduli siapa dirinya tapi yang jelas dia menyandang bahwa identitasnya adalah Theo Javier, putra dari Zuan. Beberapa waktu yang lalu mereka pada akhirnya sudah pulang. Zuan berusaha untuk menuntun Theo tapi Theo menolak dan berjalan apa adanya dan semestinya. Pikirannya sudah tidak linglung lagi tentang adaptasi yang membuat dia kebingungan. Lagipula semuanya sudah ada yang membuat dia tidak untuk tidak paham, kecuali beberapa yang tidak diketahui oleh Theo sebelumnya. Apalagi seteleh Theo mencoba untuk mengangka
Bagi Zuan sendiri ini adalah perilaku yang cukup aneh untuk Theo. Dia bertanya-tanya, apakah selama dia beekrja, Theo akan melakukan aktivitias seperti ini? namun rasanya tidak, setiap dia pulang, Theo hanya akan bergegas untuk berangkat sekolah. Terlebih ini adalah masa pemulihannya, dan seharusnya Theo masih terbaring di atas kasur.Dia merasa, Theo seperti baik-baik saja.Pukul lima pagi, Theo hanya berjalan biasa. Saat itu juga bertepatan pada matahari yang akan terbit sehingga keadaan semakin terang. Dia melakukan ini hanya untuk membentuk fisiknya kembali. Karena dia merasa cukup aneh dengan keadaan fisik Theo yang sekarang.Jelas Theo Alknight harus bisa membuat tubuh Javier ini lebih berisi dan tidak akan menjadi bahan perundungan. Meski sebenarnya, di otaknya masih tertanam bahwa Theo Alknight bisa melakukan sebuah bela diri, sehingga melawan seseorang pun masih tergolong mudah untuk tubuhnya yang sekarang.Hanya saja Theo ingin hasil yang maksimal. Memang dia bisa mela diri,
“Aku tidak peduli, adik. Aku bukanlah orang bodoh dan yang memperdulikan hal itu.”“Aku hanya ingin olahraga, nona. Jadi, jangan mengganggu aktivitasku.” Kata Theo sambil berbalik badan dan kembali berlari.Lyra Winata tidak bisa berkutik, dia hanya bisa menghela napas terpaksa.“Tapi setidaknya beritahu aku siapa namamu!” Teriak Lyra Winata.“Theo, Theo Javier.” Teriak Theo kembali.Lyra kembali senang, setidaknya jika dia sudah mengetahui namanya maka dia bisa mencarinya kapanpun dia mau. Lagipula dia masih berhutang budi kepada Theo karena sudah menolongnya. Selain itu, dia merasa bahwa Theo masih lah seorang pelajar yang membuat Lyra semakin tertarik.Lyra lantas pergi dari tempatnya. Berjalan ke arah sebuah mobil Audi a8 berwarna biru yang terlihat mencolok di pinggir jalan. Sebenarnya dia ingin mengikuti kemana perginya Theo, tapi dia tidak memilik banyak di pagi hari ini.Theo berlari santai sambil melihat keadaan sekitarnya, meski dia lelah, tapi jiwanya seolah masih bisa mena