Share

Bab 7. New Beggining

Di pikirannya bahwa kehidupan dunia modern ini benar-benar menakjubkan sekaligus agak mengerikan. Juga beberapa pelajaran-pelajaran yang dia pelajari semalaman terlihat begitu ilmiah dan juga sangat bertolak belakang dibandingkan dengan yang ada di dunia dewa.

Kendati demikian, Theo sudah berhasil untuk beradaptasi dengan aturan-aturan di dunia ini, baik itu kehidupan, tradisi dan juga gaya hidup para manusia. Bahkan saat dia berangkat secara tergesa-gesa seperti ini, dia sudah tidak heran dengan gedung-gedung tinggi, kendaraan berlalu lalang serta kehidupan yang tentram tanpa adanya kekuatan sihir.

Melalui pikirannya, dia merasa bahwa dirinya akan terlambat. Sehingga Theo terus berlari mengejar waktu sebelum dirinya terlambat. Pasalnya sangat jarang dia terlambat berangkat ke sekolah yang jelas akan sangat merepotkan.

“Sial, ini pukul berapa.” Batin Theo.

Dari kejauhan, dia bisa melihat seorang pria gendut sedang menyeret sebuah gerbang dicat biru. Jelas itu membuat Theo semakin panik dan mempercepat langkahnya karena jika gerbang itu ditutup seutuhnya maka akan menjadi sangat merepotkan.

“Tunggu!”

Satpam gendut itu sama sekali tidak menghiraukan teriakan Theo. Aturan tetaplah berlaku apabila gerbang ditutup seutuhnya alias tidak bisa masuk, maka akan ada sebuah konsekuensi yang merepotkan.

Untungnya Theo melihat sebuah pohon mangga yang berdiri kooh di depan gerbang. Dia hanya fokus pada satu tempat tersebut, dan sama sekali tidak peduli dengan gerbang yang ditutup. Selama dia bisa masuk, maka dia aman.

Pintu gerbang ditutup seutuhnya. Satpam gendut itu tersenyum puas karena bisa memberikan sebuah pelajaran bagi murid yang terlambat. Apalagi setelah satpam itu menyipitkan matanya, dia bisa mengenal siapa bocah itu.

“Theo Javier? Setelah berhari-hari akhirnya dia masuk. Tapi sayang sekali untuk saat ini dia akan menghadapi konsekuensi.”

Tapi, itu semua tidak seperti yang dia harapkan. Dimana Theo langsung melompat ke arah pohon mangga, dan langsung meloncati sebuah pagar sambil jungkir balik di udara. Kemudian, dia mendarat dengan bertumpu pada kedua kaki dan salah satu tangannya sehingga dia bisa masuk ke dalam sekolah sepenuhnya.

Barulah, dia berlari untuk menuju kelasnya, sebelum guru masuk terlebih dahulu.

Satpam tersebut mengucek matanya. Kejadian melompati pagar tentu saja merupakan sebuah kejadian pertama yang mana itu semua sama sekali belum pernah dilakukan oleh satu orang muridpun. Tapi kali ini, dia baru melihat salah satu murid yang bisa berakrobat seperti itu.

Apa yang membuatnya tidak percaya, sebenarnya adalah bahwa anak itu adalah Theo Javier!

“Apakah itu memang Theo?” dia melotot, lama untuk mempercayainya. “Itu Theo Javier?”

...........

SMA Swasta kota Saranja. Jelas itu merupakan sebuah sekolah bergengsi yang ada di kota angin ini. Beberapa murid merupakan putra dari keluarga berada, terutama Zhayn Agam yang menjadi sosok murid yang paling mencolok di sini.

Tidak, semuanya memang berani, selama seseorang memiliki uang, kekuasaan dan apa yang mereka kehendaki, siapapun akan mereka lawan.  Bahkan jika dewan rakyat? Itu hanya sepele. Tapi, bagaimana dengan Theo? Ibarat dia adalah seorang tikus yang berada di kandang dengan ribuan singa.

Dan juga Theo tentunya. Hanya saja dia tidak tahu bagaiman dirinya membayar. Setiap waktu tempo pembayaran, tagihannya sudah lunas. Dan dia pasti yakin bahwa yang membayar adalah ayahnya. Meski sebenarnya hal paling berat ketika tahu bahwa ayahnya memang diam-diam membayar uang sekolahnya.

Padahal sekolah ini cukup bergengsi, dia tidak tahu bagaimana bisa ayahnya membayarnya. Bahkan dia sendiri juga tidak tahu apa pekerjaan ayah Theo yang sebenarnya.

Theo melewati lorong, menuju kelas miliknya. Sedikit informasi, dia adalah seorang siswa yang berada di 11 kelas Sains. Cukup keren sepertinya jika masuk ke dalam kelas matematika dan ipa yang membuat seseorang benar-benar pusing.

Tapi dia menyadari, saat ini dia melewati sebuah kelas yang sebelumnya neraka baginya. Social adalah tempat yang menakutkan, tapi bagi Theo sebelumnya. Sebelum dia koma, tempat ini kerap kali membuat dia harus masuk dan dipukuli oleh anak-anak 11 kelas sosial. Dan tentunya, Zhayn dan rekan-rekannya berada di tempat ini.

Namun, tiba-tiba dia teringat bahwa di kelas ini juga ada seorang wanita yang bisa dibilang nakal, tapi tidak terlalu. Dan, kebenarannya adalah .... Viona, kekasih Theo. Entah bagaimana bisa terjadi, yang pasti memiliki masa lalu yang panjang dan mungkin Viona melakukannya hanya sekedar sebagai sebuah permainan untuk mempermainkan Theo. Tapi, Theo dulu justru menganggapnya serius yang membuat dia tambah dipermalukan.

Melewati sebuah pintu, dia menoleh ke samping dengan pelan. Memberikan senyuman yang menakutkan dan memandang beberapa siswa 11 Kelas Sosial sebelum dia benar-benar pergi.

“Itu, itu Theo. Sial, dia ternyata masih hidup! Bos, Theo baru saja datang ke sekolah ini!” Salah satu siswa yang menyadari itu, dia langsung melaporkannya kepada Zhayn.

Seluruh siswa 11 kelas sosial ini benar-benar terkejut. Apalagi dibuktikan bahwa beberapa siswa yang melihat Theo berlari sambil melirik ke arah sini dengan tatapan yang tajam.

“Theo, sial! Bukankah seharusnya dia meninggal?! Haha tapi tidak apa-apa. Kita masih memiliki target untuk menjadi bahan perundungan.” Zhayn Agam benar-benar bersemangat.

Viona hanya diam dan sama sekali tidak peduli secara nyata. Tapi dalam hatinya dia tidak percaya bahwa anak itu masih hidup. Walaupun dia tidak tahu bagaimana menyikapinya, lagipula dia meminta Theo untuk menjadi pacarnya bukan karena perasaan, melainkan dia juga ingin mempermainkan Theo. Dan yang membuatnya mengundang gelak tawa ketika Theo justru menganggap hubungan ini benar-benar serius.

Siapa yang menyangka bahwa Theo Javier berani melakukan hal demikian? Viona misalnya adalah seorang keluarga yang terpandang. Orang-orang menganggap Theo yang rendahan benar-benar sangat bodoh. Dan Theo sekarang menyadari, bahwa dirinya bodoh akan hal itu.

Orang berpikir kembalinya Theo akan menjadi sasaran empuk bagi singa-singa di sini. Tapi Theo menyadari sesuatu bahwa, “Mulai hari ini, tidak akan terjadi lagi. Aku yang akan ada di puncak. Javier, kau tenang saja.”

“Istirahat, panggil dia kesini. Aku hanya ingin bermain-main.” Kata Zhayn dengan senyuman di wajahnya.

“Tapi bos, bukankah dia baru saja keluar dari rumah sakit? apakah itu tidak berlebihan?” Tanya bawaham Zhayn yang lainnya.

“Ayolah, kita hanya bermain-main.”

..............

“Selamat pagi!”

Siapa yang peduli dengan keberadaan seorang pecundang? Theo berdiri di depan pintu, menyapa dengan lembut kepada semua orang. Tapi, tatapan mata kosong hanya tertuju padanya, tidak ada yang begitu peduli kepada sosok pecundang yang tidak bisa berbuat apa-apa ini.

Tatapan kosong, dibalas tatapan kosong. Mereka tidak peduli? Baik, siapa yang akan peduli kepada mereka sekarang? Theo juga memberikan kesan kosong, ekspresi yang datar. Ini sebenarnya hal yang mengejutkan bagi orang-orang yang ada di kelas ini.

Awalnya mereka memang tidak peduli, apakah Theo masuk hari ini atau tidak setelah beberapa minggu lamanya, namun kedatangan Theo sungguh berbeda, sangat berbeda. Aura Theo tampak begitu tenang, dan tak ada sedikitpun kesedihan di dalam diri Theo. Jika dipikir-pikir, kedatangan Theo ke kelas, pasti dimulai dengan menundukkan kepalanya, tidak berani menatap siapa-siapa dan cukup memalukan.

Namun kali ini, mereka bak ditatap seorang pemburu, binatang buas atau hal lainnya yang intinya menunjukkan tatapan yang begitu tajam. Kesan yang berbeda sehingga 36 dari 37 siswa di kelas 11 sains ini tidak mengalihkan pandangannya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status