Share

Bab 3. Semuanya Serba Baru

“Tuan Javier, putra Anda bisa pulang dan tidak boleh melakukan aktivitasnya selama satu minggu.” Kata dokter tersebut.

“Aku mengerti pak.”

“Tuan, ini adalah perundungan, aku menegaskan sekali lagi, bukankah seharusnya kejadian ini dilaporkan kepada polisi? Bahkan korban hampir meregang nyawa karena ada pendarahan di kepalanya.” Tanya dokter tersebut.

Zuan Javier menggertakkan giginya perlahan, “Keluarga Agam memiliki kekuasaan yang besar. Bahkan setelah kepolisian bertindak, diduga putraku hanya jatuh dari lantai. Ini masalah permainan uang. Sialan, bedebah sialan itu benar-benar.”

Siang itu Theo berjalan di koridor rumah sakit bersama ayahnya. Wajahnya benar-benar linglung karena ini terlihat sangat asing. Tidak juga sebenarnya, karena ingatan Theo Javier juga tercatat di pikiran Theo untuk saat ini. Sehingga dia bisa mengetahui satu persatu. Meski begitu, jiwa Theo Alknight berusaha untuk beradaptasi dengan hal yang berbeda dengan di alam Nirwana.

Tapi sejujurnya, baginya ini adalah hal yang baru. Kursi berjalan, kamar tidur berjalan ini terdengar cukup aneh. Apalagi mengangkut orang-orang sakit. Di sekitarnya juga terdapat kamar yang berisi pasien, orang juga ada yang menangis dan ada juga yang bersandar di dinding dan meratapi keluarganya.

Pikirnya bahwa mungkin kamar-kamar itu adalah rumah mereka dan tabib akan datang untuk menyembuhkan. Tapi nyatanya tidak bahwa tidak mungkin semua rumah di sini diisi oleh orang-orang sakit bagaikan terkena sebuah wabah.

Setelah menyadari bahwa ini adalah rumah sakit, Theo sekarang mengerti bahwa orang sakit akan datang ke rumah sakit, memesan kamar dan dokter spesialis dan profesionalis akan datang dan mengeceknya secara rutin. Konsep ini sangat berbeda dengan alam-alam dewa, yang mana tabib akan menjadi seseorang panggilan untuk orang sakit.

Pintu lift terbuka, Theo sadar bahwa hanya ada ruangan buntu. Tapi melihat ayahnya masuk, dia juga ikut masuk dengan tatapan bingung. Ya, lagi-lagi pikiran Theo Javier menyempurnakan jiwa Theo Alknight bahwa ini bukanlah sebuah masalah. Ini hanyalah sebuah alat teleportasi modern yang dirancang khusus oleh engineer.

Tidak ada konsep sihir, namun juga mesin teleportasi antar lantai yang membuat pikiran Theo Alknight berkata wah. Bahkan dia hampir tidak percaya bahwa mesin ini tidak menggunakan apa yang namanya sihir.

Lift bergerak, ada reaksi yang tak terduga dari Theo. Dimana dia langsung oleng dan kehilangan keseimbangannya. Bahkan dia juga tidak tahu harus berbuat apa-apa dengan mesin ini.

“Theo, tidak apa-apa. Mungkin karena akibat kamu belum pulih jadi keseimbanganmu masih belum sempurna.” Zuan memegangi Theo saat melihat putranya oleng. Hanya saja dia menganggap bahwa ini bukanlah sebuah masalah, karena putranya baru saja melakukan masa pemulihan.

Ayah itu benar-benar menyayangi anaknya lebih dari apapun. Sayangnya masalahnya hanya satu. Guna menghidupi Theo, dia harus bekerja paruh waktu yang membuat dia tidak bisa pulang seenaknya. Untuk saat ini, berhubung Theo mengalami masalah, dia diizinkan untuk cuti setidaknya satu bulan.

“Sial, jiwaku belum bisa beradaptasi meskipun aku memiliki ingatan Javier. Ayah kau mengirimkan aku ke dunia mana sebenarnya?” Batin Theo dengan geram.

Beberapa detik kemudian, mereka telah keluar. Theo bisa menyadari bahwa dia sudah berpindah tempat dengan praktis. Padahal tidak menggunakan mantra apapun dan dia hanya melihat ayahnya memencet tombol-tombol angka sebelumnya.

Mereka keluar dari rumah sakit, Theo dihadapkan dengan kendaraan berlalu lalang di pinggir jalan tanpa ada sebuah kuda yang menariknya. Ini terlihat sangat keren karena konsep kendaraan juga tidak menggunakan sebuah pola sihir apapun.

“Kita akan menunggu taxi di seberang jalan.” Ayah Theo menunjuk sebuah tempat di depan.

Theo berjalan di belakang ayahnya, tepat di atas sebuah zebra cross yang digunakan khusus untuk penyeberang jalan. Tapi dia kembali linglung dan berhenti, melihat keadaan di sekitar bahwa terdapat sebuah gedung-gedung tinggi yang menggapai langit.

Kendaraan berjalan menggunakan roda, orang-orang mengangkat sebuah benda berbentuk persegi dan menatapnya, sebuah layar besar menunjukkan video animasi juga keluar di dinding rumah sakit. Jiwa Theo Alknight belum bisa beradaptasi sepenuhnya. Wajahnya benar-benar linglung dengan konsep “Dunia modern.”

Sebuah truk melaju kencang, sopir truk baru menyadari ada seorang pemuda yang berdiri di tengah jalan. Secara refleks, supir truk itu menekan klakson dengan keras, bahkan menginjak pedal rem kuat-kuat.

Orang-orang yang melihat Theo berdiri di tengah jalan langsung histeris dan meneriaki Theo untuk segera pergi. Zuan juga melirik ke belakang, dan melihat bahwa putranya masih linglung. Sedangkan dari jarak yang hampir dekat ada sebuah truk besar yang kemungkinan tidak bisa berhenti tepat waktu.

Sehingga Zuan langsung berlari ke arah putranya.

Sedangkan Theo langsung sadar dari lamunannya, dia juga melihat sebuah truk di depannya mengeluarkan sebuah bunyi yang cukup kencang yang membuat telinganya berdengung.

Bagaikan sebuah peluru es yang melaju kencang dan akan memberikan sebuah serangan, dia melihatnya seperti itu.. Jadi secara refleks, Theo mengulurkan tangannya dan memejamkan matanya.

“Freezing ice wall!”

Apa yang dia harapkan? Hanya sebuah dinding es tajam keluar dan menahan laju truk itu. Kekuatan es yang dia miliki haruslah digunakan untuk melindungi dirinya juga. Tapi, sepertinya tidak ada reaksi apapun yang membuat jantung Theo langsung berdetak sekali dengan cukup kencang.

Tidak ada reaksi apapun.

Untungnya truk itu berhenti tepat waktu, tepat berada di depan Theo yang sedang mengulurkan tangannya dan seolah siap menerima hantaman kapanpun. Semua orang yang melihatnya menghela napas dan masih menganggap ini sebuah tontonan publik yang cukup mencengkam.

“Hei, apa kau bodoh! Dimana matamu?!” Supir truk itu mengeluarkan tubuhnya di jendela dan meneriaki Theo yang penuh emosi.

Zuan datang dengan menghela napas dengan lega, kemudian dia menjelaskan dengan perlahan sambil membungkukkan badannya, “Tolong maafkan putraku, dia mengalami kerusakan sedikit pada ingatannya. Jadi dia agak linglung untuk saat ini.”

“Bodoh, mentang-mentang rumah sakit ada di depan, kau ingin membuat musibah tanpa merepotkan ambulans!”

“Sekali lagi aku mengucapkan maaf tuan.” Katanya mengulang.

Zuan kemudian menuntun Theo dengan perlahan tanpa naik pitam. Setidaknya dia bersyukur bahwa putranya tidak kembali masuk ke IGD hanya karena kecerobohan dirinya yang tidak menuntun Theo sebelumnya. Padahal dia tahu bahwa Theo masih linglung setelah sadar.

Orang-orang yang melihat mencibir perlakuan Zuan yang tidak berhati-hati. Padahal sudah jelas bahwa putranya di balut perban pada bagian kepala dan baru saja keluar dari rumah sakit. Tapi ayah itu sama sekali kurang berhati-hati.

Yang menjadi masalah, saat ini Theo berpikir dengan tajam. Dia menatap ke depan dengan kebingungan, penyesalan, dan yang pasti benar-benar ingin marah, tapi kepada siapa? Hal yang sangat dia masalahkan adalah, kekuatan sihir es nya sebagai seorang pangeran kaisar dewa es, tidak keluar.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status