Sempat mengalami kesulitan, akhirnya bisa beradaptasi di tubuh barunya. Beberapa ingatanjuga terkoneksi yang membuat dia sedikit paham cara kerja sistem dunia modern ini yang sungguh menakjubkan.
Dimasa ini dia untuk sementara waktu akan hidup sebagai Theo Javier. Kehidupan yang baru ini sangat percuma untuk disesali, lagipula dia menyadari bahwa ini adalah hukuman ilahi dari ayahnya karena perbuatannya sendiri. Jadi lebih baik dia melanjutkan kehidupan apa yang ada, tidak peduli siapa dirinya tapi yang jelas dia menyandang bahwa identitasnya adalah Theo Javier, putra dari Zuan. Beberapa waktu yang lalu mereka pada akhirnya sudah pulang. Zuan berusaha untuk menuntun Theo tapi Theo menolak dan berjalan apa adanya dan semestinya. Pikirannya sudah tidak linglung lagi tentang adaptasi yang membuat dia kebingungan. Lagipula semuanya sudah ada yang membuat dia tidak untuk tidak paham, kecuali beberapa yang tidak diketahui oleh Theo sebelumnya. Apalagi seteleh Theo mencoba untuk mengangkat semua perlengkapan yang berat setelah dia pulang, Zuan hampir marah karena Theo baru saja masa pemulihan. Tapi Theo seperti merasa tidak masalah dan masih merasa bugar. Zuan merasa bahwa di hadapannya bukanlah Theo. Sebelum berada di rumah sakit, Theo hanyalah anak yang cukup lemah dan kurang mendapatkan perhatian dari ayahnya. Asupan gizi dan nutrisi juga kurang dipenuhi yang membuat dia kurus kering. Apalagi tubuhnya hanya digunakan untuk berbarik dan sekolah tanpa melakukan aktivitas apapun, dia merasa bahwa Theo seperti tidak memiiki kehidupan. Itulah yang dia sesali. Theo pun juga paham akan situasi, dia memegang lengannya dan dia merasakan bahwa ini terlalu kecil. Tidak cocok bagi seorang remaja yang berusia delapan belas tahun. Apalagi setelah dia baru saja mengangkat koper, dia sudah merasa kelelahan yang membuat dia menyadari bahwa Theo kurang olahraga. Benar-benar payah, itulah yang dia agak kurang memberikan respect kepada Theo yang ada di tubuh ini karena sama sekali kurang bergerak dan berakibat bertubuh kecil. Dibandingkan dengan teman-teman yang lainnya, sudah begitu jelas bahwa dia memiliki tubuh paling kecil. Tidak heran mengapa kelas lain selalu merundungnya dan memberinya sebuah julukan sebagai pecundang kecil. Untungnya, beberapa teman kelasnya juga begitu peduli dengannya. Bahkan kadang dia juga dilindungi oleh beberapa teman sekelasnya yang bisa berkelahi. Tapi bisa dibilang, jika dibandingkan dengan kelas yang lain, maka kelas lain lebih unggul sedikit. “Beristirahatlah yang baik Theo, ayah akan membelikan makanan untukmu untuk makan malam. Setidaknya kau harus menjaga pola makan yang baik, dan kau bisa kembali ke kelas satu minggu lagi.” Zuan berkata, dia kemudian keluar dar rumahnya tanpa khawatir dengan Alta. Malamnya mereka makan malam dengan sederhana, bebeberapa makanan dengan beberapa makanan berkuah yang menggugah selera, serta beberapa masakan kedelai yang masih hangat setelah Zuan membelinya. Tapi bagi Theo sebelumnya merasa cukup asing dengan tempe dan tahu ini. Tapi dia menyadari sesuatu jika makanan ini merupakan sebuah sumber protein. Setidaknya pikiran Theo Javier membantunya bahwa makanan ini tidak lebih buruk. Sehingga tanpa ragu dia akan memakannya. Zuan senang jika putranya makan dengan lahap. Setidaknya dia bisa tenang akan putranya yang tidak terjadi apa-apa karena sebelumnya dia sudah was-was dan prihatin kepada Theo yang baginya berubah. Bahkan Zuan merasakan kejanggalan itu semenjak tadi yang membuat dia merasa cukup bingung. Tapi dia segera melupakan hal itu. Melihat putra sati-satunya bisa kembali sadar, dan tidak peduli memiliki sikap yang berubah, dia sama sekali menjadi tidak peduli. Selama akan hal itu putranya baik-baik saja. “Besok ayah akan sedikit mengurus pengaduan ke kantor polisi. Beberapa waktu yang lalu rasanya cukup sulit, seolah mereka memiliki sebuah orang besar di belakang keluarga Agam..” Kata Zuan. “Tidak perlu.” Theo menatap ayahnya. Beberapa waktu yang lalu dia menyadari bahwa di dunia ini yang memiliki materi lah yang berkuasa. Seseorang seperti keluarga Agam, yang memiliki anak dan merundungnya sebenarnya bukanlah sosok yang bisa dia singgung. Tapi mereka cukup semena-mena dan memperlakukan murid lain dengan buruk. Sebenarnya pelaku yang sebenarnya bukanlah Agam. Tapi otak dibalik semua ini adalah salah satu siswa tahun ketiga atau kelas 12. Hanya saja, dia melakukannya secara provokasi. Dan, guru yang melihat hal itu hanya tutup mata dan tutup telinga seolah tidak tahu bahwa kejadian perundungan itu benar-benar ada. Itu terjadi karena kepala keluarga Agam merupakan salah satu donatur terbesar di sekolah Theo. Sehingga tidak heran mengapa para guru berada di bawah kendali mereka. Alasan mengapa Theo menolak ayahnya terus membawa ini ke pengadilan itu karena sama sekali tidak akan berguna. Mereka jelas memilih untuk berat kepada keluarga Agam karena salah satu keluarga berkuasa di kota ini. Tapi Theo sama sekali tidak membiarkan itu begitu saja, sehingga di lain waktu dia berkeinginan untuk membalas dendam. Dia sadar setelah dilempar di dunia ini. Bahwa perlakuan semena-mena merupakan hal yang buruk dan dirinya tidak bisa bertindak sesuka hati. Meskipun dia berkuasa, tapi juga harus mengikuti sebuah aturan. Sebelumnya, di alam dewa dia adalah pelaku yang berkuasa dan bertindak semena-mena. Kemudian dia menyadari bahwa kali ini dia telah menjadi korban dan merasakan bagaimana rasanya ditindas oleh orang yang berkuasa. Maka dari itu, Theo akan merubah dan menebusnya. “Ke-kenapa?” “Itu tidak akan berguna ayah. Kita hanya orang biasa, mereka orang yang berkuasa dan bermateri.” “I-itu benar. Tapi setelah ini ayah akan memindahkanmu di sekolah yang lain. Bagaimanapun jika kau tetap bersekolah di sana, Zhayn tidak akan melepaskanmu.” Zuan menatap putranya dengan kecemasan. Zhayn adalah murid yang satu seolah dengan Theo. Dan dia seharusnya orang yang bertanggung jawab saat Theo seperti ini. Tapi Zhayn adalah anggota keluarga Agam, sehingga dia tidak bisa bertindak sesuka hati. Tapi setelah ini, Theo sama sekali tidak akan melepaskannya. Mendengar ucapan ayahnya bahwa dia akan pindah, Theo menjadi prihatin. Dia tidak bisa melepaskan teman-teman sekelasnya yang jelas baik kepadanya. Sehingga Theo hanya menghela napas dan menjawab, “Itu sepertinya tidak perlu. Biaya untuk pindah pasti tidak akan murah ayah. Selain itu, aku memiliki teman-teman satu kelas yang cukup baik.” Zuan jelas tidak ingin anaknya kenapa-kenapa. Tapi melihat anaknya penuh tekat, itu membuat Zuan semakin cemas. Apalagi dia tahu bahwa Zhayn tidak akan diam lagi dan terus merundungnya. “Ayah akan memberikanmu waktu dua minggu. Ayah tidak kekurangan uang.” “Tapi ....” Theo tidak bisa berkutik. Dia sadar bahwa ini demi kebaikannya. Tapi dalam dua minggu ini, dia akan berusaha untuk meyakinkan ayahnya agar dia bisa berseokalah di tempat tersebut. Keesokan harinya. Theo bangun tepat pukul lima pagi. Apa yang dia lakukan adalah melakukan joging di pagi hari dan keluar. Sebelumnya ayahnya benar-benar terkejut dan mencegah Theo untuk melakukan aktivitas yang berat. Tapi Theo meyakinkan ayahnya bahwa dirinya tidak akan kenapa-kenapa. Sehingga Zuan hanya bisa mengiyakan.Bagi Zuan sendiri ini adalah perilaku yang cukup aneh untuk Theo. Dia bertanya-tanya, apakah selama dia beekrja, Theo akan melakukan aktivitias seperti ini? namun rasanya tidak, setiap dia pulang, Theo hanya akan bergegas untuk berangkat sekolah. Terlebih ini adalah masa pemulihannya, dan seharusnya Theo masih terbaring di atas kasur.Dia merasa, Theo seperti baik-baik saja.Pukul lima pagi, Theo hanya berjalan biasa. Saat itu juga bertepatan pada matahari yang akan terbit sehingga keadaan semakin terang. Dia melakukan ini hanya untuk membentuk fisiknya kembali. Karena dia merasa cukup aneh dengan keadaan fisik Theo yang sekarang.Jelas Theo Alknight harus bisa membuat tubuh Javier ini lebih berisi dan tidak akan menjadi bahan perundungan. Meski sebenarnya, di otaknya masih tertanam bahwa Theo Alknight bisa melakukan sebuah bela diri, sehingga melawan seseorang pun masih tergolong mudah untuk tubuhnya yang sekarang.Hanya saja Theo ingin hasil yang maksimal. Memang dia bisa mela diri,
“Aku tidak peduli, adik. Aku bukanlah orang bodoh dan yang memperdulikan hal itu.”“Aku hanya ingin olahraga, nona. Jadi, jangan mengganggu aktivitasku.” Kata Theo sambil berbalik badan dan kembali berlari.Lyra Winata tidak bisa berkutik, dia hanya bisa menghela napas terpaksa.“Tapi setidaknya beritahu aku siapa namamu!” Teriak Lyra Winata.“Theo, Theo Javier.” Teriak Theo kembali.Lyra kembali senang, setidaknya jika dia sudah mengetahui namanya maka dia bisa mencarinya kapanpun dia mau. Lagipula dia masih berhutang budi kepada Theo karena sudah menolongnya. Selain itu, dia merasa bahwa Theo masih lah seorang pelajar yang membuat Lyra semakin tertarik.Lyra lantas pergi dari tempatnya. Berjalan ke arah sebuah mobil Audi a8 berwarna biru yang terlihat mencolok di pinggir jalan. Sebenarnya dia ingin mengikuti kemana perginya Theo, tapi dia tidak memilik banyak di pagi hari ini.Theo berlari santai sambil melihat keadaan sekitarnya, meski dia lelah, tapi jiwanya seolah masih bisa mena
Di pikirannya bahwa kehidupan dunia modern ini benar-benar menakjubkan sekaligus agak mengerikan. Juga beberapa pelajaran-pelajaran yang dia pelajari semalaman terlihat begitu ilmiah dan juga sangat bertolak belakang dibandingkan dengan yang ada di dunia dewa.Kendati demikian, Theo sudah berhasil untuk beradaptasi dengan aturan-aturan di dunia ini, baik itu kehidupan, tradisi dan juga gaya hidup para manusia. Bahkan saat dia berangkat secara tergesa-gesa seperti ini, dia sudah tidak heran dengan gedung-gedung tinggi, kendaraan berlalu lalang serta kehidupan yang tentram tanpa adanya kekuatan sihir.Melalui pikirannya, dia merasa bahwa dirinya akan terlambat. Sehingga Theo terus berlari mengejar waktu sebelum dirinya terlambat. Pasalnya sangat jarang dia terlambat berangkat ke sekolah yang jelas akan sangat merepotkan.“Sial, ini pukul berapa.” Batin Theo.Dari kejauhan, dia bisa melihat seorang pria gendut sedang menyeret sebuah gerbang dicat biru. Jelas itu membuat Theo semakin pani
“Kehidupanmu mengerikan sekali, ya?” Theo bermonolog. Kehidupan Javier terlalu menyedihkan. Dibandingkan dengan diri Theo di alam dewa yang memiliki kehidupan yang penuh hormat, diagungkan, Javier justru sebaliknya. Dia diinjak-injak oleh orang yang begitu kuat, dia bukan lagi diagungkan, tetapi direndahkan serendah-rendahnya. Layaknya seekor tikus yang tidak memiliki harga diri sama sekali.Sebenarnya yang menjadi masalah, Theo Javier, terlalu penakut. Juga teman-teman sekelas Theo, seluruh guru, mereka semuanya terlau penakut. Lagipula kehidupan di sekolah ini layaknya alam liar, juga penuh dengan kehidupan superior. Tidak menurut? Kekayaan bisa membungkam.Teman-teman sekelas Theo, alias 11 sains memang kaya-kaya. Itu fakta. Tapi dibandingkan dengan kekayaan orang yang berpengaruh di sekolah ini seperti Zhayn Agam, mereka memilih untuk tidak ikut campur urusan anak-anak orang yang lebih kaya dan berpengaruh itu, termasuk apabila anak-anak konglomerat itu mengganggu Theo. Reputasi j
“Dengan ini aku memberikan pedang Crystal Frostweaver kepada putraku, Theodoric Alknight.” Itulah ucapan yang Sirius Alnight ingat beberapa minggu yang lalu. Pedang yang hanya bisa diangkat oleh keturunan Alknight itu sekarang berada di tangan putranya. Harapan yang ingin nyata, bahwa pemegang pedang turun termurun bisa menjadi pelindung bagi orang-orang lemah di masa depan. Tapi nyatanya berbeda, Theodoric Alknight berdiri dengan sombongnya di puncak gunung. Menyangga dirinya dengan menggunakan sebuah pedang dengan tatapan yang cukup tajam. Menatap lawan atau ayahnya bagaikan mata pedang yang siap untuk menusuk kapapun. Alam Nirwana, tempat berkumpulnya para dewa baru saja melihat sebuah pertarungan ayah dan anak. Hanya karena anak, Theodoric Alknight menyalahgunakan kekuatannya hanya untuk bersenang-senang dengan cara yang salah. Usai mendapatkan Crystal Frostweaver, Theo justru semakin sombong. Dia menantang siapa saja untuk melawan dirinya. Dan itu berakibat fatal. Beberapa or
6 Juni 2045, Kota Angin (Kabupaten Nagayuka) Provinsi Javaland Timur, New Santara. Theo membuka matanya secara perlahan-lahan, tubuhnya mengalami kejut dan bangkit seolah dia mengalami mimpi yang cukup buruk. Tapi untuk saat ini, dia menyadari bahwa dia berada di suatu tempat yang cukup aneh. Saat dia bangun, seseorang berlari keluar. Seseorang yang sekilas adalah seseorang pria paruh yang tiba-tiba tergesa penuh kekhawatiran. Di sekitarnya adalah ruangan serba putih, sedangkan dirinya berada di atas sebuah kasur dengan selimut berwarna hitam putih bergaris. Selain itu juga, dia merasa bahwa sebuah selang menusuk tepat pada tangannya yang membuat dia cukup heran. Dia ingin menarik selang tersebut, tapi saat dia menurut selang tersebut dia bisa melihat sebuah cairan yang menggantung di sebuah tiang penyangga. Ekspresi Theo benar-benar tak karuan dan kacau. Dia tidak tahu dirinya berada di mana. Tempat ini cukup femillier dan aneh, terlihat asing dan cukup damai dan tidak ada apap
“Tuan Javier, putra Anda bisa pulang dan tidak boleh melakukan aktivitasnya selama satu minggu.” Kata dokter tersebut.“Aku mengerti pak.”“Tuan, ini adalah perundungan, aku menegaskan sekali lagi, bukankah seharusnya kejadian ini dilaporkan kepada polisi? Bahkan korban hampir meregang nyawa karena ada pendarahan di kepalanya.” Tanya dokter tersebut.Zuan Javier menggertakkan giginya perlahan, “Keluarga Agam memiliki kekuasaan yang besar. Bahkan setelah kepolisian bertindak, diduga putraku hanya jatuh dari lantai. Ini masalah permainan uang. Sialan, bedebah sialan itu benar-benar.”Siang itu Theo berjalan di koridor rumah sakit bersama ayahnya. Wajahnya benar-benar linglung karena ini terlihat sangat asing. Tidak juga sebenarnya, karena ingatan Theo Javier juga tercatat di pikiran Theo untuk saat ini. Sehingga dia bisa mengetahui satu persatu. Meski begitu, jiwa Theo Alknight berusaha untuk beradaptasi dengan hal yang berbeda dengan di alam Nirwana.Tapi sejujurnya, baginya ini adalah